Mohon Ampun

Oh ya tuhan, mohon maaf jika tulisan ini kualamatkan pada kau, kau, kau, dan kau lagi.

Aku bahkan tidak habis pikir, enggan menerima, hati ini isinya masih pada pemilik tubuh yang sama, pemilik senyum yang memabukkan, pembuat rindu yang menyesakkan.

Aku harus apa? tak terdengar lagi kabar darimu, apa perlu perbincangan perdana sebagai obat mujarabnya alih-alih suatu bencana bagimu?

Oh, sial yang namanya rindu itu. Si monster biadab penghancur pertahanan diri.

Setiap hari.

AZK, 2020. – tengah malem, lagi pusink nugas