Querencia, 27]

“Always Be Together”

“We'll always be together, don't you worry, and I'll always be by your side.”


3 bulan kemudian

Congraduation, Choi Yeonjun!”

Suara teriakan dari seorang alpha di gerbang sekolah itu terdengar hingga bermeter-meter jauhnya. Itu Soobin, dengan wajah ceria berdiri di sana sembari memegang buket bunga cukup besar yang didominasi dengan bunga berwarna putih, jelas itu bunga mawar. Yeonjun yang baru saja selesai dengan kegiatan upacara kelulusannya itu tersenyum lebar.

Benar, hari ini merupakan hari kelulusan Yeonjun.

Setelah kejadian sang ayah yang bunuh diri, Haera dinyatakan bersalah dan dipenjari untuk waktu yang cukup lama. Walau masih ada hari-hari dimana Yeonjun merasa semua itu seperti mimpi, tapi hidupnya harus tetap berjalan. Ia sangat bersyukur memiliki seorang mate yang menemaninya dan membawanya menjadi lebih baik lagi, memberinya semangat untuk menjalani hidup lagi.

Sehingga Yeonjun menuruti perkataan sang ayah, agar ia menempuh pendidikan setinggi mungkin, menjadi omega yang pintar, menjadi dirinya sendiri dan bahagia. Ia akhirnya kembali ke sekolah, mengejar ketertinggalannya dan melakukan ujian akhir bersama teman satu angkatannya. Semua kembali normal, tanpa ada penindasan padanya lagi seperti dulu tentu saja. Kehidupan sekolahnya selama tiga bulan terakhir terasa tenang, walau tanpa teman, setidaknya ia tak takut untuk datang menuntut ilmu.

“Kak.” Yeonjun segera berlari ke arah sang alpha, memeluknya dengan erat.

Soobin tersenyum semakin lebar. “Feromon kamu wangi banget, kamu seneng banget sekarang, ya?” tanyanya dengan lembut, lalu mengecup kepala omeganya.

“Iya, akhirnya lulus juga dari sini,” jawab Yeonjun dengan nada ceria, sedikit nyaring seperti kucing yang mengeong lucu. Ia tarik tubuhnya dari sang alpha, menatap bingung setelahnya. “Katanya Kakak sibuk kerja?”

“Buat kamu, aku sempetin buat dateng.”

“Gombal banget.” Yeonjun memukul pelan pundak sang alpha yang masih melingkarkan tangannya pada pinggang miliknya. “Terus siapa yang ngurus perusahaan?” tanyanya dengan nada mengejek.

“Ya, Kai, dong. Toh, dia yang lebih paham juga.”

“Licik, dasar.” Sang omega terkekeh mendengar jawaban Soobin. “Jadi, mau balik lagi ke kantor?”

Soobin menggeleng dengan wajah senang. “Hari ini aku khusus buat kamu, Sayang,” jawabnya dengan nada lembut nan menyebalkan, membuat Yeonjun tertawa.

“Kak, geli banget gombalnya.” Tawa Yeonjun begitu indah mengalun, membuat Soobin seperti terhipnotis oleh sang omega, tersenyum dengan tatapan teduh.

“Kalo gitu, ayo, kita selebrasi kelulusan kamu.”

Yeonjun mengangguk, lalu berjalan menuju mobil yang terparkir. Terlihat di sana seorang supir yang sudah menunggu, memberi senyum kepada keduanya lalu membukakan pintu belakang untuk mereka.

“Selamat, Tuan Yeonjun,” ucap pria paruh baya yang menjadi supir pribadi Soobin itu. Beliau merupakan salah satu pegawai bagian kebersihan di perusahaan dan akhirnya diangkat menjadi supir pribadi oleh Kai karena sudah bekerja di perusahaan cukup lama.

“Makasih, Pak.” Yeonjun memberi senyum manisnya, lalu masuk ke dalam mobil diikuti sang alpha di belakangnya.

“Kak,” panggil omega itu, membuat Soobin menoleh. “Itu bunganya nggak akan dikasih ke aku?”

Mendengar itu sang alpha langsung membelalakan mata dan menepuk jidatnya kencang. “Ah, iya, Sayang. Ini, selamat hari kelulusan,” ucap Soobin sembari memperlihatkan giginya, merasa malu. Buket bunga yang ada di tangannya ia sodorkan pada sang omega yang terkikik geli.

“Dasar, tapi makasih, Kak.”

Keduanya tersenyum sembari terkekeh. Perjalanan terasa sebentar, tanpa Yeonjun mengetahui kemana mereka akan pergi merayakan kelulusannya. Dan kala memasuki area yang sangat ia kenal, Yeonjun meihat sekeliling.

“Loh, kok pulang? Katanya mau selebrasi?”

Soobin tersenyum. “Iya, aku mau selebrasi di rumah aja, berdua kamu,” jawabnya dengan misterius.

Yeonjun mengendikkan bahunya tak peduli, toh, selama bersama Soobin, ia senang-senang saja. Ia tak terlalu suka perayaan, apalagi hal-hal mewah. Jadi, ia tak keberatan.

Namun saat pintu apartemen terbuka, betapa terkejutnya sang omega dengan pemandangan yang ia lihat di dalamnya.

Bunga mawar putih bertebaran di sepanjang lantai, mengarahkannya ke dalam apartemen. Semua jendela tertutup oleh gorden, tidak membiarkan sedikitpun cahaya luar masuk karena banyaknya lampu-lampu kecil berwarna putih kekuningan di dalamnya. Di ujung jalan setapak yang terbuat dari kelopak bunga mawar putih itu terdapat meja makan yang biasa mereka gunakan, hanya saja dengan tatanan berbeda. Meja tersebut dibalut dengan kain putih bersih, di atasnya terdapat lilin yang menyala, makanan yang terhidang menunggu untuk disantap, sudah seperti tatanan restoran mahal.

Yeonjun menganga, terlihat terkejut sekaligus senang. “Kak, ini- ya ampun.”

Ia hanya berjalan menyusuri kelopak mawar putih dan lampu-lampu kecil itu, membiarkannya mengikuti kemana kakinya membawanya. Soobin hanya mengikutinya di belakang, memasukan satu tangannya ke dalam saku yang sudah terdapat sesuatu untuk nanti.

Saat mereka sampai di meja makan, tempat kelopak bunga dan lampu-lampu itu membawa, Soobin menarik salah satu kursi untuk sang omega, lalu tersenyum.

“Duduk, Sayang. Aku udah siapin ini khusus buat hari ini, loh,” ujarnya dengan bangga. Senyum masih terpatri di wajah.

Yeonjun menurut, duduk di kursi tersebut dengan rasa senang. “Makasih, Kak. Tapi, ini makanannya nggak beracun, kan?” tanyanya dengan jahil.

Soobin pun segera menatap sang omega dengan terkejut dan tak terima. “Sayang, ya nggak akan aku yang masak, dong. Aku minta orang buat masaknya.”

Tawa Yeonjun menggema di ruangan tersebut, membuat Soobin ikut terkekeh. “Kirain demi aku, Kakak sampe masak.”

“Aku nggak mau ngeracunin kamu di hari kelulusan kamu, sih.”

“Jadi, kalo bukan hari kelulusan, Kakak mau ngeracunin aku, gitu?”

“Nggak gitu konsepnya, Sayang.”

Keduanya tertawa, menyiapkan alat makan dan memulai menyantap makanan yang sudah tersedia di hadapan.

Dengan musik yang lembut mengalun sejak tadi, suasana di sekitar mereka terasa begitu romantis. Ini tidak seperti selebrasi kelulusan, tapi lebih dari itu. Namun percakapan keduanya tak terpaku pada hal-hal semacam asmara atau kisah kasih keduanya.

“Kak, aku udah milih buat kuliah.”

“Hm?” Soobin yang sedang mengunyah makanannya itu menatap Yeonjun dengan senang. “Mau kemana, Sayang?” tanyanya setelah menelan makanan di mulutnya, lalu meraih satu tangan Yeonjun.

“Jurusan masak, aku udah cari-cari juga. Aku mau jadi chef, nggak mau ngurus perusahaan apalagi ke pemerintahan. Boleh, kan?”

Sang alpha tersenyum lembut, mengangguk sebagai jawaban. “Boleh, dong. 'Kan perusahaan udah aku yang ngurus, kalo pemerintahan aku juga nggak mau kamu ke sana. Jadi, kamu bebas pilih jurusan apapun buat masa depan kamu, pokoknya pilih yang bikin kamu bahagia, Sayang.”

Yeonjun mendesah lega, lalu berjalan menuju kursi sang alpha, duduk di pangkuannya dan memeluknya dengan erat.

“Makasih banyak, Kak. Aku sayang banget sama Kakak,” ucapnya dengan suara yang teredam karena wajahnya berada pada perpotongan leher sang alpha.

Namun Yeonjun tak mendapat jawaban. Tak seperti biasanya Soobin membalas dengan jawaban 'aku juga sayang kamu' atau hal-hal yang lebih manis dari itu, sang omega justru hanya mendapat keheningan dan membuatnya cemas.

Alpha itu masih diam, merogoh saku jasnya mengambil sesuatu dari dalam sana. Hingga saat Yeonjun mengangkat kepalanya hendak bertanya mengapa sang alpha tak menjawab perkataannya, yang ia lihat pertama justru sebuah kotak kecil yang dibalut kain buludru berwarna biru tua, membuat perut Yeonjun serasa dipenuhi kupu-kupu namun juga perih seperti tertusuk duri.

“Yeonjun,” ucap sang alpha dengan lembut. “Aku tau mungkin ini kesannya buru-buru, tapi aku pengen kamu sah menjadi mate aku seutuhnya, jalani hari sampe tua sama aku, punya anak dan ngebesarin sama-sama apapun statusnya. Aku nggak mau kehilangan kamu, kamu udah jadi duniaku, Yeonjun.”

Soobin lalu membuka kotak berlapis kain beludru tersebut, menampakkan cincin sederhana berbahan emas putih yang berkilau terkena cahaya lampu kecil di sekitar mereka.

“Choi Yeonjun, will you marry me?

Senyum indah beserta gugup tercetak di bibir sang alpha, sedangkan yang ada pada wajah Yeonjun justru sebuah keraguan.

Dan hal itu seketika membuat senyum Soobin luntur, digantikan dengan wajah sedih dan khawatir.

“Sayang, kenapa?” tanya sang alpha dengan hati-hati, membawa satu tangannya untuk mengusap pipi kiri Yeonjun.

Sang omega menggigit bibir bawahnya, memperlihatkan keraguan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan alpha yang sedang memangkunya. Feromon yang tercium tak terlalu mengenakkan mulai mengudara, tercium oleh sang alpha. Seketika hati Soobin terasa pedih, mengetahui apa yang akan diucapkan oleh Yeonjun.

“Kak ... maaf.”

Sudah Soobin duga. Dadanya terasa sedikit sesak mendapat jawaban tersebut. Walau tak terlalu jelas, tapi satu kata itu cukup menggambarkan maksud dari apa yang ingin disampaikan sang omega.

“Ah, aku ditolak, ya?” Soobin berkata dengan lirih, jelas terdengar nada kecewa.

Yeonjun seketika menggeleng berulang kali, terlihat kepanikan di wajahnya. “Maaf, Kak. A-Aku belum kepikiran sampe sejauh itu,” jawabnya dengan cepat. “T-Terlalu banyak kejadian buatku beberapa bulan terakhir, Kak. Aku ... belum siap.”

Benar, Yeonjun mungkin sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya, sudah bisa hidup seperti biasa, bahkan terlihat lebih bahagia. Namun informasi tentang ibu kandungnya, kematian ayahnya, masuknya sang ibu tiri ke penjara, dan hal lain pasti membuat Yeonjun trauma. Ia butuh menata jiwanya terlebih dulu sebelum ke jenjang pernikahan.

Soobin tersenyum teduh sekarang, mengetahui alasan dibalik penolakan yang ia terima. Tangannya mengusap pipi sang omega, berpindah ke pucuk kepalanya dan menatapnya dalam.

“Ya udah, nggak apa-apa. Kakak ngerti, kok. Kakak juga nggak mau maksa kamu kalo kamu belum siap, Sayang.”

Yeonjun merasa lega, melihat wajah sang alpha yang tak sekecewa sebelumnya setelah mendengar penjelasannya. Ia tersenyum kecil, menatap wajah indah Soobin dengan sedikit memelas.

“Tunggu sampe aku lulus kuliah, ya. Kakak mau nungguin aku, kan?”

Dan Soobin dengan mantap menjawab, “pasti, Yeonjun. Pasti aku tungguin kamu sampe kapanpun.”

Senyum keduanya merekah, menandakan kebahagiaan. Feromon keduanya bercampur, tercium begitu manis, membuat keduanya sadar bahwa jawaban yang diberikan untuk masing-masing tak membuat mereka kecewa pada akhirnya.

Karena pada akhirnya, pilihan yang mereka ambil akan selalu membawa mereka tetap bersama, apa pun yang terjadi.



NEXT CHAP IS THE LAST CHAP LOH! Aku merasa endingnya ga ending(?) banget huhu, agak aneh dan kaya gantung trs flow serta klimaksnya gak 'wah' :( tp inti permasalahan dah selesai sih yaudahlah ya hehe. Well, siapa yg mau ke nikahan soobjun ntar aku sebar undangannya! :))

• komentar, kritik, saran dan pertanyaan bisa ke sini ya: https://secreto.site/20749976