Querencia, 28]
“Home”
“Home is where the heart is”
Tag(s) // mention of kissing
4 tahun kemudian
Taman belakang rumah Yeonjun dihiasi dengan banyaknya lampu kecil beserta perlengkapan pesta, dengan banyaknya makanan di meja taman serta alunan musik pembangkit suasana.
Ya, ini pesta perayaan sebelum pernikahan Soobin dan Yeonjun minggu depan.
“Taehyun, tolong ambilin tisu di dapur, dong. Tanya ke Bibi aja dimananya.”
Kang Taehyun, sahabat satu-satunya Yeonjun selama mengenyam perguruan tinggi itu mengangguk paham tanpa kata dan berjalan masuk ke dalam rumah. Taehyun adalah seorang alpha yang ia temui di jurusan tata boga, dan sempat menjadi 'musuh' Soobin saat sang omega baru di tahun pertama kuliahnya. Soobin sempat cemburu saat tahu jika ada alpha yang menjadi teman dari omeganya. Hal itu tentu membuat jiwa kepemilikannya keluar, membuatnya posesif dan lebih manja dari sebelumnya.
Namun saat Taehyun menunjukkan bahwa ia memiliki seorang kekasih yang juga mate-nya, Soobin langsung meminta maaf pada sahabat dari sang omega, menerimanya sebagai orang yang dapat Yeonjun percaya, juga menjadi salah satu yang bisa dimintai tolong untuk menjaga Yeonjun selama di kampus kala itu.
“Yeonjun, mate gue kemana?”
Itu Choi Beomgyu, kekasih sekaligus mate dari sahabatnya tadi, Taehyun. Seorang omega, saat dibawa bertemu dengan Yeonjun, mereka dengan cepat akrab seperti teman lama yang baru bertemu kembali. Mudah bergaul dan memiliki banyak kesamaan dengan Yeonjun. Walau berbeda jurusan perkuliahan dengan Beomgyu (Seni Musik), tapi mereka rajin bertemu bahkan mereka memiliki jadwal untuk hang out tiap minggu. Omegas night out kalau kata si pemuda jurusan seni musik itu.
“Ada di dalem rumah, tadi gue mintain tolong ambil tisu. Nempel amat kaya perangko, deh.”
“Ngaca, ya! Kak Soobin nempelnya lebih parah sama kamu!”
“Siapa yang sebut nama aku?” Soobin datang ke taman belakang bersama Kai dan mendengar namanya disebut. Ia baru saja selesai dari perusahaan, mengerjakan kewajibannya sebagai CEO yang sudah cukup handal. Ia dan Kai sekarang sudah seperti kakak beradik yang tak dapat dipisahkan.
“Tuh, Kak, si Beomgyu. Ngatain Kakak tadi.”
“Heh, kapan gue ngatain?!”
Soobin terkekeh melihat pertengkaran kecil dua omega itu. “Udah, jangan bertengkar terus. Ini udah semua? Nggak ada yang perlu dibeli lagi? Kalo masih ada, nanti biar Kai yang beli,” tanyanya melihat keadaan taman belakang rumah tersebut. Terlihat sudah cukup tertata dan lengkap untuk pesta kecil-kecilan mereka.
Kai langsung mengernyit. “Soobin, ini udah bukan di kantor. Gue bukan asisten lo kalo di luar kantor, in case lo lupa.”
Yeonjun terkekeh mendengar protes dari asisten pribadi sang alpha lalu mengangguk. “Udah lengkap semua, kok.” Senyum kecil terpatri di wajah sang omega. Ia menggapai tangan Soobin lalu menariknya saat melihat Taehyun sudah membawa tisu menuju meja tempat mereka akan melakukan makan-makan. “Ayo, Kak, Kai.”
Ajakan itu tak dijawab oleh sang alpha, namun membiarkan omega berwajah manis itu menarik tangannya hingga ke meja, duduk di hadapan yang lainnya.
Soobin menatap semua yang ada di sana. Sang asisten dan kedua sahabat sang omega, serta sang omega sendiri yang duduk di sebelahnya memberi senyum manis saat ia menatapnya lembut. Ia kembali menatap ke depan, memulai ucapan pembuka.
“Pertama-tama, terima kasih untuk kalian yang sudah bersedia datang kemari, sebenarnya saya juga nggak paham kenapa harus ada acara begini- aduh! Kok aku dipukul, Sayang?”
Ketiga orang di hadapan Soobin terkekeh, melihat Yeonjun memukul pelan pundak sang alpha. “Ini namanya acara pelepasan status dari 'lajang' jadi 'menikah', Kak. Gimana, sih!” omel sang omega dengan cemberut, bibirnya mengerucut lucu.
“Iya, pokoknya itu lah,” ucap Soobin kembali pada pidatonya. “Kami cukup mengundang kalian karena, ya, kami pikir orang-orang terdekat kamilah yang sangat berjasa memantapkan kami untuk melaksanakan pernikahan minggu depan.”
“Bukannya emang lo yang ngebet, Soobin?”
“Diem, Kai. Jangan merusak suasana.” Soobin langsung memelototi sang asisten pribadi yang tentu saja main-main. Lagi-lagi yang lain hanya terkekeh, termasuk Yeonjun.
“Kembali ke topik. Intinya, kami merasa kalian sudah seperti keluarga kami sendiri. Dan karena itu, kami mengadakan acara ini untuk merayakan kemantapan kami serta meminta doa untuk kelancaran hingga hari pernikahan kami serta kelancaran kehidupan pernikahan kami hingga tua kelak.”
“Kak, lo bisa berwibawa juga, ya. Gue kira bisa bucin doang.”
Soobin menatap Taehyun yang kali ini membuka suara. “Gini-gini gue CEO perusahaan.”
“Perasaan yang lebih kaya CEO perusahaan Kai, deh.”
Sang alpha tertua di tempat itu mencoba menahan kekesalan atas perkataan Beomgyu. Kai hanya terkekeh, termasuk Yeonjun yang ada di sebelah. Omeganya segera mengusap pundak kirinya, menenangkan dirinya yang terus diganggu saat memberi ucapan pembuka.
“Udah, hey. Kak Soobin jadi nggak selesai-selesai ngomongnya. Aku udah laper, nih.” Yeonjun membela alphanya, membuat mereka mengangguk-anggukan kepala sembari tersenyum senang karena membuat Soobin kesal.
Setelah itu, Soobin dengan segera menyelesaikan ucapannya tanpa berlama-lama. Mengingat sang omega yang sudah lapar, ia langsung sudahi pidatonya dengan memberi ucapan terima kasih.
Semua berjalan lancar, acara makan-makan yang begitu ribut oleh suara perdebetan Yeonjun dan Beomgyu yang tak ada habisnya, Kai yang ikut menimpali, sedangkan Soobin dan Taehyun hanya duduk sembari kedua omega mereka bertengkar yang sudah seperti kebiasaan sehari-hari. Waktu berjalan begitu cepat hingga makanan dan minuman mulai berkurang di meja. Alunan musik dari salah satu sisi taman, diiringi dengan suara gitar yang dipetik oleh Beomgyu dan nyanyian Taehyun yang begitu merdu.
Setelah semua selelsai dan waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, ketiga kawan mereka pulang ke kediamannya masing-masing. Di sana tersisa sepasang manusia yang akan melangsungkan pernikahannya minggu depan. Soobin dan Yeonjun duduk di ayunan panjang yang ada di taman belakang. Berayun pelan, keduanya menatap langit yang bertabur bintang tanpa terhalang oleh awan sedikit pun.
“Udah empat tahun aja, ya.”
Ucapan Soobin itu membuat sang omega tersenyum kecil, mengingat kejadian empat tahun lalu. “Iya, empat tahun lalu Kakak ngelamar aku,” jawabnya dengan nada lembut, mulai bernostalgia.
Sang alpha mendesah, membuang nafas berat karena perjalanan yang sudah mereka lalui. “Banyak yang terjadi di empat tahun lalu. Aku yang ketemu kamu pas baru keterima jadi guru di sekolah kamu, aku yang nolongin kamu di sekolah, waktu kamu minta aku buat temenin ke acara makan malam dan jadi kali pertama aku ketemu Ayah sama Ibu tiri kamu, kamu yang dijodohin, kabur ke ansan, sampe akhirnya ... semua keungkap. Empat tahun lalu,” ucap Soobin menggantung, menatap sendu ke langit malam karena mengingat kematian Ayah dari sang mate. “semua cepet dan berat buat kamu. Aku bersyukur ketemu kamu saat itu.”
“Aku juga bersyukur,” ucap Yeonjun kemudian, senyumnya terlukis menampakkan pilu dan haru juga bahagia dalam satu waktu. “Padahal aku berusaha buat nggak terikat sama Kakak dan bawa Kakak ke masalah kehidupanku. Tapi, Kakak selalu dateng, tolongin aku, ada buat aku saat aku butuh, dan aku selalu dateng ke Kakak, selalu ingin Kakak buat tolongin aku, selalu berharap kalo Kakak ada buat aku kapanpun.
Sejauh dan sekeras apapun aku ingin jauh, aku nggak bisa, karena Kakak udah kaya rumah buatku. Sejauh dan sekeras apapun aku mencoba, tempat aku kembali cuma Kakak. Kakak segalanya buat aku.”
Soobin terkekeh mendengar tuturan panjang nan tulus dari sang omega. “Harusnya aku yang bilang gitu, Sayang. Aku nggak pernah ketemu sama seseorang yang bikin aku senyaman ini dan serela ini untuk berkorban. Bukannya aku pilih-pilih untuk nolongin orang, nggak pernah. Tapi liat kamu kesakitan, liat kamu menderita, rasanya sakit banget buatku, dan aku merasa kalo jagain kamu adalah kewajibanku bahkan sejak kita pertama ketemu.
Yeonjun, mungkin kamu merasa kalo aku kaya rumahmu, tapi hal itu juga berlaku buatku. Cuma kamu yang bikin aku nyaman, bikin aku ngerasa kaya di rumah, tempatku kembali.”
Air mata Yeonjun menggenang di pelupuk mata, namun ia tahan sembari tetap mendongak menatap langit bertabur bintang. Sungguh, Yeonjun merasa sempurna, ia merasa bahagianya saat ini tak ada tandingannya, ia bahagia bersama sang alpha, sang mate yang selalu ada untuknya.
Tangan Soobin bergerak menggenggam tangan bebas sang omega, mengusap punggung tangannya penuh sayang. “Makasih, udah mau nerima aku di kehidupan kamu, Choi Yeonjun. Makasih udah jadi rumah buatku.”
Yeonjun menurunkan pandangannya, kini menatap lamat-lamat manik dari sang alpha yang sangat ia cintai itu. Cairan bening akhirnya tak dapat ia bendung lagi, mengalir begitu saja ke pipinya yang merona karena udara malam juga haru. “Aku juga makasih, Kak. Karena udah dateng ke hidupku, karena udah jadi penyelamatku, karena udah jadi tempat aku kembali jadi rumahku. Makasih banyak.”
Keduanya melihat keseriusan dalam pandangan yang dilemparkan, merasa beruntung telah bertemu di waktu yang tepat, dan merasa begitu dicintai dengan sempurna. Senyum terpatri, feromon kebahagiaan dan jatuh cinta begitu kuat, hingga manik keduanya berpendar sekejap berwarna keemasan. Bahagia karena cinta dari seorang yang diciptakan untuk satu sama lain.
Dengan langit malam dan bintang yang bertaburan menjadi saksi, kedua bibir sang alpha dan omega menyatu lembut. Tak menuntut, tak terburu-buru, hanya saling menyampaikan perasaan cinta yang teramat dalam yang tak bisa disampaikan melalui kata-kata. Semua yang mereka rasakan saat ini, semua kebahagiaan dan ketenangan karena ada untuk satu sama lain, mereka sampaikan melalui ciuman lembut yang terasa memabukkan, membuat keduanya yakin bahwa mereka ditakdirkan untuk menjadi rumah masing-masing.
Kalian tahu, mungkin semua ucapan mereka terdengar klise. Menjadi rumah masing-masing hanya dalam waktu singkat, jatuh cinta dalam waktu yang singkat.
Namun siapa yang tahu, bahwa jatuh cinta tak membutuhkan waktu lama. Bahkan jika semesta sudah menentukan bahwa takdirmu adalah dirinya, kamu tidak bisa mengelak sekeras apapun kamu menolak, sekeras apapun kamu menepis.
Karena pada akhirnya, cinta yang sudah ditakdirkan semesta untukmu adalah rumahmu, tempatmu kembali.
THE END
Setelah beberapa bulan, akhirnya AU Querencia sampai di akhir cerita. Terima kasih banyak atas semua yang sudah membaca, memberi komentar melalui QRT dan secreto, kritik dan saran, menunggu update yang semakin lama semakin jauh jaraknya (hehe) dan semuanya. Terima kasih banyak. Tanpa kalian, penulis mungkin tidak akan bisa menyelesaikan cerita ini. Maaf jika terdapat banyak kekurangan, hal-hal menyinggung yang tidak disengaja, atau cerita yang kurang menarik. Semua yang ada dalam cerita ini murni dari imajinasi penulis tanpa ada unsur menjiplak atau mengambil dari kejadian nyata para karakter yang digunakan.
Akhir kata, semoga kita bertemu lagi di cerita selanjutnya. Terima kasih.
Tertanda, -Kiya @binjuniverse
• komentar, kritik, saran dan pertanyaan bisa ke sini ya: https://secreto.site/20749976