after taste.

denting jam menggema, memecah kesunyian yang menyergap ruangan bernuansa putih yang tampak rapi dan nyaman untuk ditempati. diiringi dengan suara sendok teh yang beradu dengan cangkir serta gesekan kertas buku yang sedang dibaca oleh sesosok pria mungil dengan rambut hitam legamnya yang menari-nari; diterpa oleh semilir angin dari pendingin ruangannya.

namanya alecy, atau mungkin akrab disebut dengan aley. sosok kutu buku yang diidamkan oleh banyak mata. sikapnya yang kalem serta ramah membuat siapa saja akan jatuh dalam pesonanya. namun, itu semua hanyalah topeng yang ia gunakan selama ia berada di luar kawasan mansionnya. tak banyak yang tahu bahwa aley adalah putra bungsu dari keluarga theodore; termasuk dalam kelompok mafia paling berpengaruh di italia. ada beberapa alasan kenapa aley memutuskan untuk merahasiakannya, salah satunya adalah ia ingin menjalani hidup layaknya remaja pada umumnya walau hanya pada siang hari.

aley membalikkan halaman buku yang ia baca sembari menyesap teh chamomile di cangkirnya. menikmati kilas balik dari hidupnya tidaklah membosankan. apalagi jika kita berbicara tentang kisah romansanya, ah aley akui dia benar-benar malu jika harus mengakui ini. namun, ia tidak mau melihat pacarnya ini didekati oleh wanita ataupun lelaki lain. posesif? tidak juga.

namanya adalah ez. mereka berdua bertemu di suatu bar, dimana pada saat itu aley hanya menemani kakaknya untuk minum-minumㅡtenang, dia hanya memesan air putih kala itu. karena toleransinya terhadap alkohol rendah, ia tidak ingin membunuh dirinya sendiri dengan minuman-minuman beralkohol tinggi di hadapannya. saat ia merasa keramaian di bar mulai membuatnya pusing, ia memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar.

dari sinilah semuanya berawal. pada saat ia sibuk merapikan rambutnya, ada sesosok lelaki jangkungㅡyang ia duga sedang mabuk saat itu mendekatinya dan memojokkannya ke tembok. alecy terdiam, terlampau kaget dengan pergerakan tiba-tiba dari orang asing itu.

“tuan- bolehkah kau menjauh dariku?”

alecy bertanya sembari mendorong pelan tubuh jangkung yang mengurungnya. namun, orang di depannya ini hanya terdiam dan mencengkram kedua pergelangan tangan alecy dan membawanya ke atas kepala sang empu. alecy berdecak di dalam hatinya, kenapa ia datang ke kamar mandi tanpa mengajak kakaknya.

“bisakah kau melepaskan-hmmp!”

benda kenyal itu menempel sempurna pada bibir alecy. membuat sang empu membulatkan kedua matanya dengan sempurna. itu adalah ciuman pertamanya! alecy berusaha memberontak seiring dengan orang asing itu yang mulai menggigit bagian bawah bibir alecy. meminta akses kepada alecy untuk menginvasi mulutnya.

alecy tak mau kalah, setelah dirasa ia kehabisan nafas, ia menginjak kaki pria asing tadi dengan keras, membuat sang empu terkejut dan melepaskan alecy.

“kau.. brengsek.”

alecy mengusap bibirnya menggunakan punggung tangannya dan bergegas keluar dari toilet sebelum pria itu menarik lengannya dan menjatuhkannya dalam sebuah pelukan hangat.

“kau tahu, sejak aku masuk ke bar ini, mataku tak henti menatap manik zamrudmu itu. apakah kau mau menjadi kekasihku?”

alecy memandang nyalang lawan bicaranya. hei, mereka baru bertemu malam ini? dan orang gila ini mengajaknya untuk berhubungan? benar-benar gila.

“kau bercanda? lepas, aku tidak punya waktu untuk menanggapi orang gila sepertimu.”

alecy mendorong tubuh jangkung orang itu dan berjalan menjauh. membuat orang itu tersenyum geli dengan tingkah alecy yang lucu.

alecy kembali ke tempat kakaknya berada dan menemukan kakaknya sudah benar-benar mabuk.

'ah.. gawat..' batin alecy.

ia pun segera membopong kakaknya itu keluar dari bar dan membawanya ke kursi penumpang di mobil yang mereka kendarai. setelah dirasa sang kakak aman, ia kembali masuk ke dalam bar untuk membayar tagihannya. setelah selesai dengan urusannya, alecy berniat untuk keluar dan pulang. namun, ada sebuah tangan yang menahan lengannya dan hembusan nafas terasa di telinga kirinya, sedikit membuatnya merinding.

“kau harus mengingat namaku zee, karena aku akan terus mengincarmu sampai kau mau menerima pernyataanku. namaku? ez. senang bertemu denganmu, alecy zeeneave theodore.”

alecy membulatkan matanya sempurna lalu menoleh ke sumber suara di belakangnya dengan tatapan horror. darimana ia mengetahui nama lengkapnya? apakah dia musuh ayah? banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam benak alecy. sementara ez hanya tertawa kecil melihat alecy yang nampak terkejut.

“guess, i'll see you really soon, little pumpkin.”

ez memberi kecupan singkat di dahi alecy dan meninggalkan alecy dengan berbagai tanya.

beberapa bulan setelahnya, alecy sedang melaksanakan misi dari ayahnya untuk mengantar sebuah senjata kepada sekelompok mafia lainnya. tentu, ia ditemani beberapa pengawal karena ini cukup berbahaya untuk dia lakukan seorang diri. setelah menunggu hampir satu jam lamanya, alecy melihat sebuah mobil mercedez yang melaju ke arahnya. alecy mengode pengawalnya untuk mengeluarkan senjata yang dipesan.

namun, alecy membelalakkan matanya ketika ia melihat sosok ez keluar dari mobil.

“oh? jadi theo menurunkan anaknya langsung ke lapangan hanya untuk perjanjian bisnis ini? tidak seperti theo yang kukenal. tapi, senang bertemu denganmu lagi, alecy.”

ez menyunggingkan senyum tipis sembari mengeluarkan dua koper berisi uang. ia melempar koper itu ke arah alecy, dan sebagai imbalannya alecy menyuruh para pengawalnya untuk memberi ez dua peti senjata ilegalㅡkebanyakan berisi pistol dan revolver.

“aku tidak menyangka kalau ayah akan bekerja sama denganmu. terlebih kau tidak pernah bilang bahwa kau adalah seorang mafia.”

alecy bersandar pada mobilnya, sembari melipat kedua tangannya di depan dada. menatap ez dengan tatapan nyalang karena pria itu selalu membuatnya merasa diintimidasi.

“oho~ untuk apa aku membongkar identitasku hanya untuk mendapatkanmu. kau tau, aku bisa lebih nekat dari yang kau bayangkan. bisa saja aku membawamu ke mansionku malam ini, jika aku mau.”

alecy berdecak, “jangan mimpi ez, lebih baik kau pergi sebelum kuledakkan kepala kecilmu itu.”

ez tergelak dengan ancaman aley. namun, ia mengikuti apa yang dikatakan oleh aley. ia kembali memasuki mobilnya, dan memberi kode kepada anak buah aley untuk membawa sang majikan ke dalam mobilnya.

“kuharap kau menikmati perjalanan bisnis denganku, alecy.”

alecy belum memahami apa maksud ez sampai para anak buahnya menyeretnya masuk ke mobil ez dan mendudukkannya di kursi penumpang tepat di sebelah ez.

“kau.. licik juga.”

“ayahmu sudah menyetujuinya, aley. malam ini kita akan bersenang-senang sampai kau menjadi milikku seutuhnya.”

alecy hanya bisa berdecak sebal dan mengikuti apa yang ez mau. karena jika ini sudah berhubungan dengan ayahnya, maka ia tidak bisa menolak.

“kenapa kau terlihat begitu ingin mendapatkanku?”

ez tersenyum tipis, “karena kau yang membuatku gila selama beberapa bulan terakhir. dan lucunya, ketika aku meminta izin ke ayahmu, dia setuju-setuju saja asalkan aku bisa menjagamu.”

“kau benar-benar gila.”

“ya, aku gila karenamu.”

ez terkekeh lalu menggenggam tangan aley dan mengusapnya dengan lembut. aley? oh dia hanya terdiam kaku dengan sensasi panas yang menjalar di pipinyaㅡsingkatnya, dia malu. selama 18 tahun hidup, baru kali ini dia bisa merasakan kupu-kupu yang menggelitik perutnya. perjalanan yang panjang, akhirnya terbayar setelah mereka sampai di mansion milik keluarga ez yang bisa dibilang hampir sama dengan mansion keluarga alecy. mereka berdua masih terdiam di mobil, tetapi ez mendekatkan wajahnya ke alecy.

“sebelum aku mengajakmu masuk, jawab pertanyaanku yang satu ini. maukah kau jadi kekasihku?”

alecy menggigit bagian bawah bibirnya dan menggeleng pelan, “tidak.. aku belum me-hmmp!”

alecy kembali dikagetkan ez, ketika ia dibungkam dengan bibir oleh calon pacarnya itu. ez memberikan ciuman yang cukup sensasional sampai membuat alecy kepayahan untuk menyingkirkannya. alecy memukul dada ez berkali-kali ketika dia mulai kehabisan pasokan oksigen. ez melepas ciumannya dan menciptakan benang saliva dari bibir keduanya. ez menatap alecy yang tampak berantakan dengan bibir yang sedikit membengkak serta mata yang berkaca-kaca.

“aw, you look so messy.”

“shut your fucking mouth.. up.. ez.”

alecy terengah dan ia memberanikan diri untuk menarik dasi yang dikenakan oleh ez dengan kuat.

“oho~ kau mau apa ave?”

“memukulmu.”

“behave, kau sedang berada di daerah kekuasaanku. jangan macam-macam, dan terima saja pengakuanku.”

alecy menatap ez dengan marah, lalu hanya berdecak sembari melepas genggamannya pada ez.

“baik, kuterima. sekarang antar aku kembali ke rumah.”

“oh~ tidak semudah itu. mari bersenang-senang di atas ranjang denganku.”

dan setelahnya alecy hanya berteriak ketika ez membopong dirinya menuju kamar.

alecy tersenyum kecil ketika mengingat awal pertemuannya dengan ez. sungguh, ia benar-benar seorang rebel pada saat ituㅡatau bahkan masih berlaku sampai sekarang. ia meletakkan buku yang ia baca di meja belajarnya dan mendudukkan dirinya di atas kasur.

“ave~ aku rindu padamu.”

atensi alecy berpaling dari gawai yang ia pegang ke sosok ez yang tersenyum bodoh di pintu kamarnya.

“kita baru saja bertemu semalam, ez. jangan manja.”

“heii~ apakah aku tidak boleh manja ke pacarku sendiri?”

“tidak.”

“oh ayolah ave~ apa kau mau bermain hari ini?”

“bermain apa?”

“kau memilih diborgol atau diikat dengan tali?”

alecy meneguk ludahnya. ah, sepertinya ia akan kesulitab berjalan besok.

“ez.. tidak keduanya.”

“he? oke, kalau begitu kuborgol~ kita akan bersenang-senang hari ini~”

click!

“EZ.”

dan mereka melakukannya selama beberapa kali sampai alecy menangis kencang dan membuat ez kewalahan karena tangisan alecy menggema di lantai dua mansionnya.

-fin.