write.as

🌼🌼🌼🌼 "Kamu kenapa Ta? Kok tiba-tiba minta diajarin bikin kue?" tanya Abbiyu yang heran karena Tanaya yang tiba-tiba saja meminta dirinya untuk mengajarinya membuat kue. "Gak papa kak pengen aja biar hemat juga kan kalo bisa bikin sendiri mah" Tanaya memusatkan konsentrasi nya ke adonan di depannya, mereka akan membuat brownies panggang. Abbiyu bisa merasakan ada sesuatu yang salah pada Tanaya karena walaupun tangannya sibuk berkerja memarut keju tapi terlihat dari sorot matanya jika dia sedang memikirkan sesuatu. "Hey, tangan kamu bisa luka loh kalo marut nya kasar begitu, liat tuh keju nya bukannya keparut tpi malah ancur dek" Abbiyu mengambil parutan keju dari tangan Tanaya dan meletakkannya. "Maaf ya kak aku malah bikin berantakan aja" ucap Tanaya dengan wajah tertunduk, sepertinya dia tidak memiliki bakat dalam hal ini. "Gak papa dek, kamu kenapa hm? Mau cerita sama kakak?" tanya Abbiyu sambil memasukkan loyang yang berisi adonan kedalam oven. Tanaya hanya menggeleng, dia hanya tidak ingin terlihat bodoh saat ini tapi mengingat bagaimana Jeffery memuji hasil kue dari gadis tersebut membuatnya merasa sangat kesal belum lagi Jeffery dengan mudah nya menuruti apa yang gadis itu inginkan. "Kita tunggu di ruang keluarga aja yuk kakak udah pasang alarm kok biar tau kue nya udah mateng apa belum" ajak Abbiyu sambil menggandeng tangan Tanaya. Abbiyu menyalakan tv berusaha menemukan chanel yang disukai Tanaya agar dapat sedikit mengembalikan mood pemuda itu. Tak lama berselang, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah mereka sepertinya Barra dan Jeffery sudah pulang. Bersamaan dengan itu, alarm dari ponsel Abbiyu berbunyi menunjukkan bahwa kue yang tadi mereka panggang sudah matang. "Aku aja yang cek kak" Tanaya langsung bangkit dan berjalan kearah dapur. Tanaya mematikan oven lalu membuka tutup nya, melapisi sebelah tangannya dengan sarung tangan tahan panas untuk memegang loyang panas tersebut. Saat sudah berhasil menarik loyang tersebut keluar, Tanaya merasa beban dari loyang tersebut sedikit berat membuatnya secara tidak sadar menggunakan tangan satunya yang tidaj memakai sarung tangan untuk memegang loyang. Aww.... Brakk.... Aaargghh.... Tanaya berteriak karena dia terkejut saat merasakan panas ditangannya membuatnya secaya refleks melepaskab loyang tersebut membuat loyang yang berisi adonan panas tersebut terjatuh dan menimpa kakinya membuatnya berteriak keras saat merasakan panas luar biasa menghantam kaki nya. "TANA!!!" Abbiyu yang mendengar teriakan Tanaya langsung bangkit dan berlari panik kearah dapur membuat dua orang yang baru saja masuk kedalam rumah ikut terkejut dan berlari mengikuti dengan panik. "ASTAGA TANA KAMU GAK PAPA?" teriak Abbiyu dengan panik saat melihat keadaan Tanaya. Tanaya terduduk dilantai dengan brownies disekitarnya dan kakinya yang memerah akibat luka bakar. "NALESHA KAMU KENAPA?" Jeffery datang dan langsung berjongkok di samping Tanaya dengan ekspresi panik dan khawatir. Tapi Tanaya malah memilih untuk merentangkan kedua tangannya kearah Abbiyu, meminta Abbiyu untuk memeluknya. Abbiyu berjongkok dan memeluk Tanaya, sedangkan Jeffery sendiri bingung jika Tanaya sudah bersikap seperti ini, itu artinya Tanaya sedang kesal kepadanya. "Berulah apa lu?" tanya Abbiyu kepada Jeffery tanpa suara, baik Abbiyu, Jeffery dan juga Barra sudah tahu akan kebiasaan Tanaya yang ini, jika dia lebih memilih memeluk Abbiyu ketimbang Jeffery itu artinya Tanaya sedang kesal kepada Jeffery. "Kak Biyu hiks ma- maaf hiks kue hiks nya malah ja- jatuh hiks ma- maaf" Tanaya menangis sesenggukan di pelukan Abbiyu, bukan hanya kue nya yang terbuang yang Tanaya tangisi tapi perasaan kesal dan marah yang sedari tadi dia pendam tiba-tiba saja menyeruak dan membuatnya menangis begitu saja. "Sstt udah gak papa sayang nanti kita bikin lagi ya udah jangan nangis ayo berdiri dulu kita obati dulu nih kaki sama tangan kamu yuk". Abbiyu diikuti oleh Jeffery dan Barra lalu membawa Tanaya untuk duduk di sofa ruang keluarga mereka. Jeffery dengan cepat mengambil kotak obat dan mengeluarkan kapas serta alkohol untuk membersihkan luka di kaki serta tangan Tanaya. Tanaya hanya diam melihatnya sambil memegang erat tangan Abbiyu serta napasnya yang masih tersendat akibat menangis. Setelah membersihkan dan memberikan salep luka bakar kepada Tanaya Jeffery lalu duduk di samping Tanaya dan mengusap pelan kepala nya. "Kamu kenapa hm? Kok gak hati-hati sih, lagi ada yang dipikirin?" tanya Jeffery dengan pelan sedangkan Tanaya tetap tidak mau melihat kearahnya. "Adek ngobrol dulu sama Jeff nya ya kakak mau beresin dapur tadi ya" Abbiyu melepaskan genggaman tangan Tanaya dengan pelan lalu dia dan Barra pergi menuju dapur memberi waktu kepada keduanya untuk bicara. "Kakak kenapa sayang? Kakak ada salah hm? Kamu marah sama kakak?" Jeffery terus membujuk Tanaya untuk berbicara padanya. "Gak aku cuma mau bikin kue buat kakak" jawab Tanaya dengan datar. "Gak usah sayang mulai sekarang kamu gak usah bikin kue atau apapun buat kakak ya" Jeffery memang berkata pelan tapi perkataannya justru membuat Tanaya yang sedang sensitif tersebut kembali menangis dan membuat Jeffery panik. "Loh? Kok nangis? Hey sayang kenapa? Kakak salah ngomong?" Jeffery menarik tubuh Tanaya untuk duduk di pangkuan nya lalu membawa tubuh itu untuk di peluk dan mengusap punggungnya supaya Tanaya tenang. "Ma- maaf hiks ak- hiks aku gak bisa hiks berguna buat ka- kakak hiks aku cuma- pe- pengen nyenengin ka- kakak hiks ma- maaf hiks kalo aku hiks ja- jadi nya ma- malah cu- cuma hiks ngacau aja hiks". "Hey sayang tenang dulu sayang ku hey kakak gak bermaksud sayang udah tenang ya jangan nangis sayang nanti kamu sesak loh kebanyakan nangis hey Nalesha ku kakak minta maaf kakak gak bermaksud bikin kamu kecil hati sayang". Jeffery mengeratkan pelukannya dan terus mengusap punggung dan juga kepala Tanaya untuk menenangkan nya. Setelah beberapa saat dan tangis Tanaya reda barulah Jeffery kembali menanyai nya dengan nada lembut dan berusaha untuk tidak menyinggung perasaan Tanaya. "Coba bilang sama kakak sayang kakak ada salah? Kamu kesel sama kakak?" Tanaya masih menyandarkan kepalanya didada Jeffery lalu tangannya menuju ke kancing baju Jeffery yang telah terlepas. "Aku tadi udah nyampe ke cafe" jawab Tanaya membuat Jeffery jelas bingung karena Tanaya tadi mengatakan jika dia tidak jadi datang ke kafe. "Aku nunggu kakak disana, aku denger obrolan kakak sama cewek itu, kakak jawab dia kalo kakak belum punya istri ya memang bener tapi aku kesel karna jawaban kakak itu seolah ngasih peluang buat dia". "Astaga sayang maaf ya maafin kakak ya sayang ku kakak gak mikir panjang". "Terus aku makin kesel karna kakak ngasih ini kedia" ucap Tanaya sambil menusuk kan jari telunjuknya kearah kancing kemeja Jeffery yang sudah tidak ada. "Kancing baju? Ya kan cuma kancing sayang buat apa coba, masa kamu marah karna kakak kasih kancing gak penting gitu sih aww kok di pukul sih" keluh Jeffery ketika Tanaya memukul dadanya. "Kakak tuh ngaku nya udh hidup lama dan tau segala hal masa ginian aja gak tau sih!" seru Tanaya sambil menatap garang kearah Jeffery. "Hah? Kenapa sayang? Coba bicara yang baik kakak gak ngerti" Tanaya mengerang frustasi atas jawaban Jeffery. "Kancing yang dia minta itu adalah kancing kedua dari atas dan itu adalah kancing yang paling dekat dengan hati tau gak? Itu artinya dia sama aja minta perasaan dan hati kakak dan karena kakak kasih dia pasti mikirnya kakak juga tertarik sama dia kak Jeff" jelas Tanaya. "Hah? Bahkan kancing baju pun ada artinya? Tapi kan kakak gak tertarik sama dia sayang, kakak kan udah punya kamu". "Ya itu bagi kakak tapi bagi dia enggak kak" Jeffery kembali menarik Tanaya kedalam pelukan nya sudah lama rasanya dia tidak merasakan kecemburuan Tanaya. "Enggak sayang biarin dia cuma punya kancing baju kakak yang jelas yang punya hati kakak itu kamu gak ada yang lain maaf kakak gak tau udah ya jangan cemburu atau marah lagi kakak cuma milik kamu kok" ucap Jeffery sambil mengecup puncak kepala Tanaya. "Iya tapi baju yang ini jangan di pake lagi ya, bila perlu buang". "Iya sayang buang aja baju nya" jawab Jeffery sambil mengeratkan pelukannya di tubuh Tanaya. 🌼🌼🌼🌼