19 Tahun lalu,

flashback on

Tay mendapat telfon dari sahabatnya, Off Jumpol. Mengatakan bahwa New sedang kritis di rumah sakit. Tay yang mendengar itu langsung meninggalkan syuting dan menuju rumah sakit.

Tay tergopoh gopoh ke RS. Dengan didampangi manajernya.

New sedang di operasi di dalam sana.

“OH ASTAGA OFF APA YANG TERJADI? KENAPA DIA ADA DISANA? KATAKAN SESUATU OFF JUMPOL!!!” Tay berteriak dengan kencang. Dan Off menenangkannya.

“Tay, sabarlah dulu. Kita berdoa saja semoga New selamat. Aku tak dapat menjelaskannya sekarang. Nanti akan kujelaskan.” Off membawa Tay duduk di sampingnya.

Untuk sebentar Tay terlihat tenang, kemudian teringat anaknya dirumah, siapa yang menjaga.

Tay menoleh, “Off nanon bagaimana? Nanon dimana sekarang? Siapa yang menjaganya”

“Dia sedang bersama Singto sekarang. Sudah kau tenangkan dirimu Tay.”

Tay yang tak bisa tenang pun, kini mondar mandir tidak jelas di depan ruang operasi. Ia gelisah, ia takut sesuatu hal buruk terjadi pada New. Ia berjanji akan pensiun dini dari dunia hiburan dan membawa New serta nanon anak mereka ke jerman lalu memulai hidup baru.

1 jam 2 jam 3 jam telah berlalu, Off bahkan sudah melepas jasnya dan menggulung kemejanya sesiku. Tay sudah kelihatan tak beraturan. Rambut yang acak-acakan, kemeja sudah tak karuan.

Lampu operasi pun mati dan dokter yang menangani keluar.

“Dok, bagaimana keadaan New”

“Dok, jawab aku! Jangan diam saja, dia selamat kan?”

Dokter menghela napas dan memberitahukan, “Maaf, kami sudah berupaya sebaik mungkin. Tapi goresan di nadi pasien, mengenai arteri nya terlalu dalam dan itu membuat nya meninggal. Sekali lagi, maafkan kami. Permisi.”

Tay melemas dan jatuh kebawah lalu di tangkap Off dan Manajer Tay.

“B-bagaimana bisa Off? Tadi aku berangkat ia masih membuatkan sarapan untuk ku, tersenyum padaku dan mengendong nanon kita. Bagaimana b-isa di-a mening-” Tay pingsan. Off mengendongnya menuju ruang rawat.

Off menelpon Singto dan Bright untuk datang kemari. Off rasa keduanya harus tau kabar ini. Terlebih Bright, adik New dan junior se Agensi.

“Bang Off, apa yang terjadi? Siapa yang sakit?” Bri dan Singto tergesa-gesa mendatangi RS dengan membawa Nanon di pelukan Singto.

“Oh astaga, bang tay yang sakit? Dia kenapa?” Bri terkejut ketika menoleh ke arah ranjang.

Off memegang bahu Bright dan memeluknya. Bri heran tapi ia hanya menerimanya. “ada apa semua ini” pikir Bri.

Singto yang mengerti arah pembicaraan ini, langsung mengusap kepala Bri pelan.

“Bang, ada apa? Kenapa memeluk ku?”

“Bri, New sudah tiada... kakakmu meninggal 2 jam lalu. Bri, ku-”

“Jangan bercanda Off Jumpol! Kakak ku kemarin masih tertawa merayakan ulang tahun ku dan sebulan yang lalu ia berhasil melahirkan nanon dengan susah payah. Kau pikir kakak ku selemah itu meninggal? Tidak, aku tidak percaya. B-bagaimana bisa hiks k-kak New orang yang tangguh, k-kken-apa? Hiks...” Off mendekap Bri dan membiarkan ia menangis.

Singto menatap nanon kecil dan mengelus pipinya pelan, “hey jagoan om Singto, kau harus kuat ya sayang. Om janji akan menemani tumbuh remaja, mengajari mu bermain sepeda dan menjaga mu selagi ayahmu bekerja. Nanon, tumbuhlah jadi pribadi yang baik ya sayang. Kita semua ada buat Nanon.” Singto mengecup kening Nanon kecil dengan hangat. Mungkin ikatan batin, kini air mata menetes dari Nanon kecil. Ia hanya meneteskan air mata, mungkin Nanon kecil tau, ia harus kuat untuk tidak membuat yang lain sedih.


2 bulan berlalu semenjak meninggalnya New. Tay masih terpukul. Bahkan Nanon dijaga Off untuk sementara waktu.

Tay masih belum bisa melupakan tragedi mengenaskan itu, ia mendapat penjelasan dari Off bahwa New depresi akan tekanan dunia dan pada akhirnya bunuh diri karena tidak kuat dengan kritikan semuanya. New sudah menahan sebisa mungkin, bahkan sejak ia mengandung, ia berusaha untuk mempertahankan Nanon. Ia tak mau melukai anaknya.

Tay memegang surat dari New dari Off yang menemukan surat itu ada di gengaman New.

Tertulis, “Te, ini aku hin. New Thitipoom. Maaf sayang, aku ijin pergi ya, aku bersalah telah meninggalkan kalian. Sungguh tay, cacian dan makian dunia kepadaku teramat berat. Aku sudah mencoba melawannya, tapi aku tak mampu sayang. Aku kalah, aku pecundang. Tay, matahariku. Terima kasih sudah mencintai ku, memilih ku dan bertemu dengan ku. Aku tidak pernah menyesali pertemuan kita, aku titip Nanon bersama mu. Aku mencintai kalian. Sampai jumpa di lain cerita. Aku harap di kehidupan selanjutnya kita dapat bersama. Berbahagialah, aku menjaga kalian dari atas sana. Selamat tinggal Tay tawan.”

Tay menangis, ia memeluk surat penuh bercak darah itu. Ia marah pada dunia, ia kecewa pada semesta.

“Hin, Aku mencintaimu. Terima kasih telah datang hidupku. Sampai jumpa, aku menyanyangimu New Thitipoom.”


Tay perlahan bangkit, kini Off sudah menyerahkan Nanon pada Tay. Off percaya Tay telah mampu menjaga keluarga dengan baik. Tay sangat menjaga dan menyanyangi Nanon. Ia tak mau Nanon kekurangan kasih sayang. Tay merawat Nanon dengan baik.

“Terima kasih sayang, telah bangkit dan menjaga nanon dengan baik. Aku merindukan kalian, sampai waktunya tiba aku akan terus menjaga kalian dari atas sini. Aku mencintai kalian.”

flashback Off