7 bulan kemudian

°°° Malam hari.

New dan Tay mendapat telepon dari sang anak sulung, Pluem Purim. Bahwa ia kini sedang ada di rumah sakit, tak tau apa penyebabnya kini mereka hanya bergegas ke rumah sakit.

Ayah Tay sama papa New sudah sampai di Rs, mereka tergopoh gopoh segera menuju administrasi menanyakan perihal nama Pluem Purim Vihokratana, mereka berharap harap cemas dengan keadaan anaknya, bodohnya New tadi ia terlalu panik dan tak menanyakan kenapa anakmya bisa disini.

Ketika mereka sedang menunggu petugas mencarikan nama anak sulungnya. Mereka tak sengaja melihat Off Jumpol dan Gun sahabat akrab mereka pun ada disana.

Tay yang pertama sadar langsung menghampiri Jumpol dan menepuk pelan bahunya.

“Oiii peng, lo kenapa ada disini malem malem? Siapa yang sakit?” Tay dengan wajah penasarannya, Jumpol yang menoleh pun kaget dengan keberadaan Tay Tawan dan New yang tak lain adalah sahabat sekaligus kolega mereka.

“Anak gua Tay, anak gue Chimon. Dia kecelakaan” ujar Off dengan wajah sedihnya.

Sumpah Off Jumpol tidak pernah serapuh ini, sahabat yang Tay kenal adalah sahabat paling banyol, pikir Tay.

“Gun, anak lo dimana sekarang. Gue mau liat sebentar” tanya Tay singkat.

“Sekarang diruang operasi Tay, liatnya nanti aja pas udah dirawat. Gue sm Off duluan ya Tay ya New” ujar Gun segera menarik Off dan berjalan ke ruang operasi dimana anak semata wayang mereka sedang berjuang.

Setelah pasangan OffGun pergi, barulah Tay sadar dan balik ke New ke meja adminitrasi dan berkata pelan, “Hin...”

“Udah Te, ga papa. Chimon kan anak kuat. Kita bantu doa aja” sambut New yang tak tega melihat Tay meneruskan perkataannya. Ditengah tengah menunggu resepsionis beritahu mereka, ada pluem yang menegor mereka dan menyapa mereka, tentu New langsung memeluk, ya Tuhan ia pikir anaknya kenapa kenapa ternyata sehat wal-afiat, lalu anaknya ngapain disini? Pikirnya pelan.

“Astaga nak, kamu bikin khwatir ayah sama papa banget, kamu gapapa kan? Ga luka kan? Coba muterin badannya sebentar sayang” ujar New dengan kepanikannya dan Tay yang mengelus dadanya bersyukur.

“Yah pa, abang kesini nganterin Chimon anak om OffGun dia kecelakaan di depan mata abang dan soal ngga ngabarin ayah sama papa itu murni kesalahan abang karena ponsel abang mati tadi. Yah pa maaf ya bikin panik kalian, abang ga lagi lagi kayak gini” Pluem menjelaskannya dengan rasa bersalah dan merasa tak enak membuat semua orang khawatir.

Tanpa di duga duga, Tay merangkul papa dan abang bersamaan, sumpah Tay ga marah ia hanya bersyukur semua nya baik baik saja. Pelukan mereka bertiga penuh rasa haru dan bersyukur.

“Ayah sama papa ga marah kok bang kan alasan abang jelas, udah ga usah merasa bersalah gitu kan musibah bang, terus ayah makasih sama abang udah berani nolongin Chimon, ayah sama papa bangga sama abang” dikecup bentar kepala pluem menyalurkan rasa kehangatan.

New yang tak mampu bicara ia beruntung diberi Tuhan anugerah seperti ini, sungguh New bangga sama Te nya dan anaknya.

Mereka pun pulang kerumah.

Ditengah perjalanan, hujan deras pun turun. Tay menyetir dengan hati hati agar tidak terjadi apa-apa. Disatu sisi perut New kini merasa pulas dan ingin segera istirahat. Ia meremat selimut di badannya

“Mas, perut aku kayaknya kontrasi deh, mas sakit....” peluh pun berjatuhan di kening sang papa. Pluem mencoba menenagkan papanya, namun nihil. Sang papa malah sekarang terkulai lemas. Hampir mau pingsan.

1 menit 2 menit berlalu dan benar saja New pingsan karena tak kuat akan kontraksi yang dialami.

Tay memberhentikan mobil dan bertukar kendali dengan sang anak untuk mengendarai dengan New dibawah pindah ke belakang jok. Tay memeriksa ala kadarnya dan pluem melajukan mobilnya.

“Bang, pelan-pelan ya. Papa, biar ayah yang tangani. Ga usah terburu buru, jalanan lagi licin soalnya” dan dianguki saja oleh Pluem.

BBRAAKK

5 menit akan sampai, namun nasib naas ada truk yang entah datang dari mana kini menabrak mobil yang dikendarai pluem, mobil pun oleng dan terbalik.

Semua tak sadarkan diri.

Sesampainya di rumah sakit, kini baik Tay dan sang anak telah dibawa ke ruang icu. Kondisinya kritis. Sedangkan New kini sedang ada diruang operasi, dokter mengatakan, New harus di operasi detik ini juga untuk menyelamatkan bayi dan dirinya.

Off dan gun yang medengar itu langsung melemas. Ya, Off dan Gun belum pulang. Justru mereka kaget dengan datangnya ambulance yang berisikan teman deket mereka. Kini mereka menyerahkan semuanya pada dokter, semoga semuanya selamat.

Operasi selesai dengan kelahiran anak perempuan. New pun sudah dibawa ke ruang icu. Kini kecemasan mereka berkurang 1, syukurlah.

Off dan Gun kini melihat ke tiga nya berada di icu. Mereka menangis perih.

1 minggu kemudian.

New sudah sadar, namun sayang ia harus kehilangan bayi prematurnya dan Tay serta Pluem yang masih koma. New hilang kendali dan ingin bunuh diri. Ia depresi. Off dan Gun menenangkannya.

2 minggu kemudian.

Off diberi tau dokter, bahwa Tay mengalami kebutaan dan Pluem terdapat kerusakaan pada fungsi hatinya yang harus segera menerima transplatasi. Off bingung, bagaimana ia akan menyampaikan semua ini pada New?

Tanpa sadar kini ada Gun yang mendorong kursi roda New yang akan memasuki ruang rawat mereka. New mendengar semuanya. Semesta seakan mengajaknya bercanda, setelah ia kehilangan bayi perempuannya. Kini ia harus mendengar berita ini.

Gun memeluk New erat dan menguatkan. Tangis new pecah.

“Gun, aku akan mendonorkan mata dan hati ku pada keluarga ku. Aku siap mati untuk mereka. Tolong, jangan halangi aku. Bayi ku kesepian di surga dan keluarga ku sedang berjuang untuk pulih. Aku mohon, ijinkan aku. Ini yang terbaik untuk kita semua.” New melemas dalam pelukan gun. Dan gun mendekap New erat.

Hari operasi transplantasi

New menutup mata dan tersenyum dalam tidurnya. Selamat tinggal sayangnya papa. Berbahagialah, papa New Thitipoom Tihokratana sayang kalian. Sampai jumpa.

— TAMAT.