Hai, New

Kalo kamu berhasil menemukan surat ini, pasti kamu sudah tau perasaan ku, padamu.

Oh ya, ini ku tulis tahun 2018. Dimana aku mulai sadar, aku mencintaimu. Sebenernya aku malu menulis ini yang entah akan sampai atau tidak padamu.

Sungguh, aku tak berniat memberi tau keberadaan surat ini, aku takut akan suatu hal. Jadi kuputuskan, surat ini kuletakan dihadiah ulang tahunmu, dibawah sampul, yang kalo kamu ga iseng buka sampulnya, maka ga akan ketahuan sampai kapan pun. Haha.

Mm.. hin. Aku tidak tau harus mengungkapnya bagaimana, aku sebelumnya tidak pernah menulis surat cinta seperti ini. Untuk jatuh cinta pun, aku baru merasakannya kali ini haha. Aku bahkan bertanya pada Off, Off bilang “lakukan saja Tay, tulis semua perasaan mu. Persetan gimana akhirnya, tulis saja. Aku mendukungmu.”

Dia memberi ku keyakinan untuk menulis ini. Saat aku menulis ini, kamu ada disini hin. Ingat pas kita ke chiang mai 2018? Nah saat itu, aku menulis ini. Aku tidak tau kamu membaca ini di tahun berapa, jadi aku ingatkan haha.

Suasana hujan dan terlelap tidur mu membuat ku tenang saat menulis ini, aku menatapmu sesekali, manis. Itu kata yang ku ucapkan saat melihat mu tertidur dengan meringkuk seperti anak bayi.

Saatnya aku mulai menulis, jangan menertawaiku pokoknya.

Hin, maaf aku telah ingkar. Aku kalah dan mencintaimu. Saat kamu ada, aku merasa bahagia. Aku tidak tau mengapa, kehadiran mu di hidupku memberi warna unik yang tak ku dapatkan sebelumnya. Sentuhan mu, perhatian mu membuat ku nyaman. Entah kenapa aku mudah berbagi rasa kekhawatirkan ku akan dunia kepadamu. Aku juga tidak mengerti. Aku yang terlanjur nyaman ini membuat insting ku menganggapmu sebagai rumah ku.

Ketika penat melanda, aku bisa berbohong pada dunia, i'm okay tapi di depan mu, aku benar-benar menjadi diri ku sendiri dan kelepaskan semuanya. Kamu menyambutku dengan kata-kata, “te hebat, sangat hebat. Sudah tidak apa. Kita manusia bukan robot yang tidak pernah mengeluh. Terima kasih sudah berbagi. Ayo apa lagi te? Hin disini, jangan takut.”

Bagaimana aku tidak jatuh cinta hin? Hanya Off dan dirimu yang tau aku sebenarnya. Aku bangga memiliki kalian di hidupku. Tapi satu yang ku TEGASKAN kamu dan Off berbeda tapi sama-sama berharga. Ketika Off ada sisi kiri ku, kamu ada di sisi kanan ku. Disaat aku membutuhkan pelukan, mendatangimu. Disaat aku membutuhkan saran, aku mendatangi Off. Kalian teramat berarti bagiku.

Ada saat dimana, Off terus menyemangatiku untuk mengungkapkan ini padamu, tapi aku yang pecundang, hari itu tidak pernah datang.

Nyali ku bertambah ciut, saat kamu mengenalkan seorang wanita cantik padaku, dan berkata dia pacarmu. Makin terkuburlah keberanian ku hin. Saat itu.... aku hanya berharap, tidak pernah mencintaimu lagi. Hatiku sakit, ah ternyata aku patah hati.

Ketika kamu bilang, kamu akan menikahinya, aku mendoakan mu hin, sungguh. Melihatmu senyum dengan menggengam tangannya, disaat itu aku sadar, kita memang tidak di takdirkan bersama. Jalan yang terlalu sulit, semesta yang membenci dan dunia yang menghakimi, membuat ku perlahan melupakan mu sebagai cinta.

Aku benar-benar ingin melupakanmu hin. Sungguh. Tapi nyatanya, aku malah semakin mencintaimu.

Untuk sesaat, aku menjauhimu. Tapi pada akhirnya, aku kalah. Ragaku, sudah menjadi milikmu secara tak langsung. Ragaku merindukanmu. Aku memelukmu dan kamu menyambutku seperti biasa.

Hin, jika aku menikah bukan dengan mu, kumohon jangan datang. Aku tidak sanggup melihatmu nanti. Aku tidak ingin menyakiti siapapun lagi hin. Baik itu hatiku, atau hati istri ku kelak.

New, senang bisa mencintaimu. Aku, Tay Tawan.