Ceklek

Tay datang dengan membawa baskom berisi air hangat dan handuk kecil di pundaknya.

Tay mengecek dahi suaminya, New Thitipoom.

“New, bangun dulu yuk.”

Terlihat New masih enggan bangun, mata New semakin mengerat karena sapuan lembut tangan Tay di sekitaran pipi gembilnya.

“Eum mmhh iya.”

“Bangun dulu, nanti abis ini boleh tidur lagi kok. Kebetulan juga hari minggu ini.”

New mengerjapkan manik matanya lucu, dikuceknya pelan lalu bangun bersandar di kepala ranjang.

“Sudah bangun. Hoaamm.”

Tay melihat New masih menguam dan Tay reflek menutupnya seperti sedang menutup mulut bayi.

“Ganti baju dulu, sebentar gue ambilin dulu.”

Setelah memilih berapa pakaian tipis, Tay berbalik ke ranjang.

Tay sibak selimut putih itu dan mulai melepaskan kancing piyama New. Satu persatu kancing itu lepas.

Kulit yang putih bersih mulus tanpa celah noda itu di tangkap netra Tay. Ada sebagian dari dirinya yang seperti meronta ingin menyentuh lebih.

Glup

Tegukan ludah pertama Tay, berusaha mati-matian tidak menyentuh dada indah di depannya. Yang di gantikan bajunya hanya menatap Tay gugup. New tau tapi dia tak ada niatan menghentikan. Tay terdiam sebentar

“Tayy.”

New mengiba dengan pandangan sayunya, tangan mulus itu mendarat di lengan Tay yang saat ini hanya memakai kaos tanpa lengan. Yang dimana tangan New mengenai kulitnya langsung.

“Tay Tawan, kenapa diam?”

“Maaf New.”

New memajukan dirinya, mata mereka bertemu dengan lebih dalam. Tangan New membawa tangan Tay mengapai bagian kancing piyamanya yang belum terlepas sempurna.

“Lo ga lupa cara ngelepasin kancing kan Tay?”

Tay pusing dengan hal spontan New. Jantungnya seperti mau meledak, kepalanya diserang kepeningan. Tubuhnya mendadak diam bak patung.

“New munduran.”

“Ok.”

Tay menghela napas dan mulai melepaskan piyamanya sampai bawah. Punggung New terlihat di mata Tay.

Tay lo kenapa? Santai ok. Atur napas lo.

“Bawahnya belum Tay.”

“Iya sebentar.”

“Gue mesti berdiri?”

“Ga perlu. Tiduran aja.”

New hanya mengganguk pelan.

Sreekkk

Celana piyama New sudah terlepas dan tersisa celana dalam abu calvin klein yang membalut tubuh mulus New.

Tay? Dia berusaha keras untuk tak mengecup dan meraba paha mulus New.

“Tay, kalo mau pegang, pegang aja.”

New melirik tangan terkepal Tay yang seakan menahan sesuatu dan New tau itu.

Tay diam.

“Boleh Tay, silahkan sentuh gue sesuka lo.”

Sialan. Tangan Tay di bawa New ke pahanya. Tay hanya menoleh ke New singkat.

“Gimana? Mau di raba? Atau...”

Glup

“Mau lo kecup? I'm yours, you know that.” Tay dengan cepat menarik tangannya. Tidak. New saat ini sedang sakit. Berpikir apa lo Tay? Kira-kira seperti itu kata hati Tay.

“Jangan goda gue New.”

“Gue engga?”

“Lo iya. Udah sini kepala lo, masuk ke kaos buruan.”

“Iya.”

New maju dan memasukan kepalanya di lubang kaos.

Sekarang celananya. Juga sudah New kenakan.

“Gue ambil makanan dulu. Baru di kompres. Terus bobo.”

New menarik ujung kaos Tay, Tay melihat ke belakang. “Kenapa New?”

“Eumm jangan lama-lama.”

Tay senyum dan mengusak kepala New pelan. “Iya gaakan lama kok. Sebentar ya cantik.”

Cantik

Satu kata yang bisa buat New memerah. Suhu sudah panas, pipi memerah. Keadaan New persis seperti udang rebus.


“Tay udah kenyang. Gamau lagi. Eunggh.” New menggeleng dan menjauhkan bubur itu.

“Satu kali lagi ya? Ayo aaaa nguengg pesawatnya mau masuk ini ayoo.”

“Ihhhh dikira gue anak kecil apa?” New cemberut tapi masih mau menerima suapan itu.

“Mau minum Tay.”

Tay sodorkan minum dan membersihkan sisa air yang menetes di sela sela baju kaos New dan lehernya.

Persis seperti melihat anak bayi minum. Belepotan.

“Tay udah perut gue kepenuhan loh ini.” Tunjuknya pada perut lucunya.

“Iya oke udah.”

“Yeayyy”

Chuup

New spontan mencium pipi Tay.

“Hehe.” Lihat oknum ini malah menyengir sudahnya.

“Kompres ya New. Tiduran gih.”

“Temenìn dong, sini di samping gue boboan.”

New menepuk kasur kosong di sampingnya.

“Iya nanti. Ayo gue kompres dulu.”

“Iya.”

New pun berangsur merebahkan dirinya. Tay juga memeras handuk itu dan menempelkan pada dahi panas New.

“Sudah kan Tay?”

“Hm.”

Puk puk

Terdengar tepukan New pada kasur di sebelahnya. Tay pun berdiri lalu ikut berbaring di samping New.

“Boleh peluk sekarang aja gasih Tayyyy? Eunghh” New mengiba dengan mata lucunya.

“Eh jangan deh nanti lo sakit lagi.”

Tay gemas dengan bibir New yang terus maju seperti cemberut.

“Gapapa peluk aja. Sakit juga nanti sembuh.”

“Yaudah nanti gantian aja deh ngerawatnya.”

Pelukan pun terjadi. Tay dengan gemas menjawil hidung mancung New.

“Manja.”

“Tapi gapapa.”

“Karena itu Newwiee.”

“Pacarnya Tay sekaligus suaminya.”

New malu saat Tay mengucapkan itu dan malah menenggelamkan kepalanya di dada Tay. Menyebabkan kaos Tay basah karena handuk yang menempel di jidat New.

“Jawab dong.”

“Iya.”

“Iya apa New?”

“Gue pacarnya Tay sekaligus suaminya. Puas lo ngeledekin gue?”

“Orang lagi gombal kok di bilang ngeledek.”

Chupp

Kali ini bukan pipi New yang di cium Tay tapi pucuk kepala New yang di cium.

“Cepet sembuh cantik. Jangan sakit lagi.”