— Jakarta, 20 tahun lalu.

Ada sepasang bocah berusia 6  dan 7 tahun, dua bocah gembul itu adalah Apo dan Bible. Keduanya sedang bermain robot-robotan di teras depan runah. Bocah berusia 6 tahun, sapa saja Tana. Dia adalah masa kecilnya Apo Nattawin dan yang berusia 7 tahun itu, sapa saja dengan Wecha. Dia adalah masa kecil Bible.

Keduanya bertetangga, dan sejak sebulan lalu mereka menjadi akrab. 

“Wecha, yah robot Tana patah huuh.” Rajuk Tana dengan kaki ia rentangkan sebal dan bibir maju 3 centi. 

Wecha tidak menjawab apapun karena dia merupakan anak pendiam tapi dia langsung mengambil robot Tana dan memperbaiki bagian yang patah itu.

“Wecha Wechaaa, ihh emang Wecha bisa benerin?” Tanya Tana mendekat ke Wecha.

Wecha hanya mengangguk, dan Tana bersorak kegirangan melompat, “YEAY AYO SEMANGAT KAK WECHA. SEMANGAT.” Tak lupa rentangan tangan diatas.

Berkutak-kutik selama 5 menit robot yang rusak itu kembali menjadi sehat dan tak patah satupun. Tana langsung memeluk Wecha kencang.

“Ihhh Wechaa pinter. Makasih ya Wecha. Tana sayang Wecha hihi.”

Keduanya kembali bermain robot-robotan dengan tenang. Tak berselang lama ads segerombolan anak-anak yang terlihat seperti ingin mem-bully keduanya.

Brakk!

Robot Wecha direbut paksa dan dibanting ke tanah dengan kuat hingga hancur dan bukan lagi patah yang bisa dibenarkan sudahnya.

“IHHHHHH RADEN. KENAPA ROBOT WECHA KAMU RUSAKIN. IH JAHAT. SANA JAUH-JAUH KAMU RADEN. TANA KESAL.”

Didorongnya bocah berusia 10 tahun dengan tangan Tana yang kecil. 

“Hahahaha yah rusak deh robot anak haram.”

“Anak haram itu apa ya?” Tanya Tana kebingungan untuk anak seusia 6 tahun.

“Kata mama papa aku, Wecha anak haram, ga diharapin tapi hadir. Ih dasarr anak haram.”

Wecha tetap diam tak bergeming, ditatapnya nanar robot yang ia beli dari hasil menabung. 

“RADEN KOK GITU NGOMONGNYA GA BOLEH GITU TAUK SAMA TEMEN! SANA-SANA PERGI, TANA GA SUKA RADEN.”

Raden menepis dorongan kecil dari Tana dan berusaha mendorong Wecha, namun sebelum memukul sudah ada Tana kecil yang sigap memeluk Wecha, biar Tana yang merasakan sakit. Saat itu, Tana yang berusia 6 tahun menjadi perisai Wecha yang hanya beda 1 tahun darinya.

“Wecha ga apa-apa. Ada Tana di sini. Sini Wecha masuk ke tubuh Tana yaa.”

Dorongan pukulan itu jelas terlihat, tak sedikit Tana mengeluh sakit, tapi bocah itu sangat tegar menjaga sahabatnya. Wecha adalag teman pertamanya, dan Tana tidak mau Wecha-nya disakitin.

Wecha anak baik. Meski pendiam.

Bible kecil saat itu menangis, dia menangis karena Apo yang saat itu masih setia menjadi perisai bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Sampai saat Bible hampir menyentuh usia 8 tahun, dia bertemu dengan Milo yang berusia 10 tahun, tak lain itu nama kecil Mile Phakphum.

Milo menjadi perisai Wecha dan terus mengajaknya bermain. 

“Raden berhenti. Jangan pukul Wecha terus. Kamu jahat, aku ga suka.” Tahan Milo saat ia melihat Raden hendak melakukan bully kembali pada Wecha.

Saat ini Tana sedang tidak ada. Bocah kecil itu sedang liburan dirumah kakeknya. Sekitar 3 bulan, Milo yang menjadi perisainya.

Wecha menarik ujung kaos Milo, “kak Milo, makasih ya. Maaf kalo Wecha bikin kakak berantem terus sama Raden.”

“Ga apa-apa Wecha. Kita kan teman.”

“Aku ada permen kamu mau? Mama aku buat sendiri, jadi ga bikin gigi kamu bolong Wecha.” Sambung Milo dengan polosnya.

Wecha hanya mengangguk. 

Kedua bocah beda usia 3 tahun itu sedang duduk di taman bermain. Di sana mereka bermain, kadang juga belajar. Milo sangat suka belajar, pelajaran MTK adalah kesukaannya sedang Wecha suka  bahasa Inggris.  

Karena bagi Wecha, akan lebih baik jika dia tidak bisa bahasa Indonesia, jadi dia tidak akan mendengar teman-temannya mengatainya anak haram. Wecha tidak suka sapaan itu, tapi realitanya memang benar, Wecha bukan anak yang diharapkan kedua orang tuanya. Wecha malah lebih sering kerumah Tana,  di sana mama papa Tana sangat baik sama Wecha, bahkan mereka sudah menganggap Wecha sebagai anak sendiri, berbanding terbalik dengan orang tua Wecha yang cuek dan acuh.

“Wecha, kamu mau ikut aku kelas taekwondo?”

“Itu apa Milo?” Tanya Wecha dengan permen ditangannya.

“Hmm semacam buat perlindungan diri. Jadi kamu bisa jaga diri kamu sendiri dan orang lain yang kamu sebut Tana Tana itu.”

Wecha menoleh kearah bocah berusia 10 tahun itu, “apa sakit?” Milo menggeleng kuat. 

“Engga.”

“Tapi pasti mama papa Wecha gasuka Milo. Mereka selalu ga suka sama apa yang Wecha buat. Wecha gamau dibenci lagi.” Jawabnya menunduk dengan kaki menyisir pasir berulang.

“Nanti kalo Wecha digangguin, siapa yang bisa jaga Wecha?”

“Kan ada kak Milo.”

“Kak Milo ga bisa terus-terusan jaga kamu, kak Milo sebulan lagi akan ke Amerika, mama papa ada urusan bisnis di sana.”

Wecha merenung, satu temannya telah pergi. Kenapa bukan Raden yang pergi? Kenapa harus Milo?

“Ok Wecha mau kak.”

Sejak saat itu, Milo tak henti-hentinya mengajak Wecha berlatih bersama anak-anak lainnya, dia juga mengajari untuk percaya diri, anak berusia 10 tahun itu benar-benar menyemangati Wecha. Dia adalah teman sejati. 

Dan pada 1 bulan kemudian, Milo pamit untuk ke Amerika dan meninggalkan Wecha dengan sosok baru yang lebih tangguh dan percaya diri. Hadirnya sosok Milo adalah titik balik seorang Bible Sumetikkul Wichapas. Meski Milo menamainya sebagai teman, tapi Wecha menyebutnya dengan cinta pertama.

Sebelum Milo masuk mobil untuk ke bandara, bocah itu sempat membawa kue kecil berwarna biru pastel, warna kesukaan Wecha.

“Hai Wecha. Selamat ulang tahun yang ke delapan tahun ya. Semoga Wecha selalu diberikan kebahagiaan terus, amin.”

Wecha termenung tak langsung meniup lilin kecil diatas kue itu, dia baru tahu jika diberi kejutan ulang tahun untuk kali pertamanya semenyenangkan ini. Hadiah pertama yang ia dapat adalah dari Milo, lantas bagaimana Bible kecil bisa melupakan Mile? Dia yang bisa menghargai, membantu dan mengerti Bible sedari kecil, tentu tak mudah melupakan sosok seorang Mile Phakphum dihati Bible Wichapas.

Dia, Milo. Orang yang mengubah Bible kecil untuk tidak takut pada dunia dan akan terus menjadi percaya diri. Berkat dia, impianku menjadi petinju, karena Milo berjanji, jadilah kuat dan akan kutemui kembali ia dia berjanji seperti itu.

Tapi nyatanya, butuh 20 tahun untuk Milo kecilnya tau akan Wecha. Dan sialnya Milo tak menepati janji itu, justru ia telah menyandang status suami dari sahabatku Apo Nattawin.