Kediaman techaapaikhun

💞💞💞

Semua anggota keluarga kecuali mew yang sedang seminar di london, kini telah berkumpul dan menuju ke kamar new. Adik kesayangan mereka sedang demam, penyebabnya apa belum diketahui.

Sebagai tertua nomor 2, off jumpol kini duduk di tepi ranjang new, untuk mengantikan kompres dan membangunkan new.

“Dek, bangun dulu yuk sayang. Makan dulu, minum obat lalu bobo sepuasnya.” Tutur lembut off. Jika new sedang sakit, mereka memanggilnya “adek”.

New membuka mata dan melirik ada ke 4 saudaranya. Joss dengan muka khawatir, bri yang sedang mempersiapkan obat dan makan, arm yang berdiri bersedekap tangan.

“Adek udah bangun bang” tutur new lemas. Begitu juga new, jika ia sedang sakit ia akan memanggil abang. Sudah jadi kebiasaan bagi mereka.

Arm menarik kursi dan memijat kaki new yang dingin.

“Dek, kenapa bisa demam? Salah makan atau apa?” Ujar joss singkat

New mengeleng, dan berucap “adek kangen ayah bunda bang, adek semalem mimpi mereka terus adek ga mau pergi”

Off mengusap rambut new pelan, memberi kekuatan pada sang adik.

“Dek, ayah sama bunda gimana disana? Baik baik aja kan?” Off bertanya pelan dan new mengganguk.

“Nah sekarang jangan sedih lagi ya? Kan udah ketemu ayah bunda semalem, janji ya? Jangan gini lagi. Abang kira ada masalah sama ginjal kamu dek, kita semua khawatir” off senyum tulus dan sedikit menitikan air matanya.

Bri datang membawa nampan berisi makanan dan obat.

Off keluar sebentar dan joss mengantikan.

“Makan dulu ya dek” joss menyendokan bubur dan new menggeleng

“Bang thanat mana? Kok ga kesini?” New bertanya

“Thanat lagi otw kesini dek, jadi makan dulu ya, ntar dimarahin thanat loh kalo ga makan.” Jawab joss

“Ga mau, mau sama bang thanat.” Rajuk new. Nah inilah sosok rapuh new, ia new terlalu bergantung pada thanat, sepupu mereka yang sudah mereka anggap sebagai saudara. Semenjak hari itu, baik new dan thanat semuanya berubah. Entah akibat atau bagaimana, entahlah.

Arm menelpon thanat dan thanat menjawab “5 menit lagi gue sampe arm, macet banget disini” dan telpon ditutup.

“Tuh adek denger kan? 5 menit lagi tuh” new hanya menyengir ringan dan arm yang gemas lalu mengacak rambut lembut new.

5 menit kemudian, thanat datang dengan wajah keringatan dan ngos-ngosan

“Eh tolol, lo basah keringet semua, jangan bilang lo lari dan motor lo tinggal?” Joss to the point

Bri dan arm melihat thanat intens

“Emang iya gue lari.”

Ber3 hanya beroh ria dan new duduk sebentar.

“Kebiasaan banget sih kalo panik. Capek ga bang?” Tanya new

“Lumayan dek, udah makan ?”

Arm bright dan joss berteriak serempak “BELOMMMMM”

Thanat gemas dan mecubit hidung merah new.

“Heheh, kan nungguin abang, suapin dong”

“Nih ya nat, ni anak cemberut udah kek apaan aja dari tadi. Yaudah ini obat sama makananya. Tolong ya nat” arm menempuk dan bright memberi napas itu.

Mereka bertiga keluar dan tersisa new dan thanat.

“Kangen ayah bunda ya? Sampe demam gini?” Tanya thanat sesekali menyuapi new.

New menganguk dan meneteskan air mata. Thanat mengusap bibir dan air mata itu.

“Ga apa-apa kalo kangen. Tapi jangan sampe sakit ya dek? Janji terus tetep sehat ya? Bisa?”

“Iya bang, adek usahain”

Thanat mengusap rambut new. Makanan telah habis dan obat sudah diminum, kini new mengantuk dan tertidur. Thanat menyelimuti dan mengecup pelan dahi adik kesayangannya. Baginya, new adalah segalanya. Tak ada yang boleh nyakitin new