Mall, jam 12.00 siang.

Terlihat 4 manusia dengan kombinasi pria tiga dan wanita satu. Ketiga pria itu adalah papi Newwìee sedang sisanya itu Tay Tawan dan Newwiee, lalu satu wanita itu mami Newwiee.

“Ini apa mi? Gede banget kotaknya.” Tanya Newwièe ketika melihat maminya menaruh kotak hitam di peta merah itu.

“Buka aja ayo.” Seru mami Newwiee tak sabar.

“Papi tau isinya?” Yang hanya di gelengin kepala papi Newwiee dapatin dari pria berusia 40 tahun itu.

“Mami kamu kan suka aneh-aneh Nuwi. Udah buka aja sayang.”

New mengangguk membetulkan, dengan Tay yang juga penasaran di sebelahnya.

“Sertifikat tanah, mobil sama rumah...”

“Mami beneran kasih ini buat Tay? Nuwi kira bercanda tadi di chat.” Di tatapnya Tay, melirik was was raut muka suaminya itu.

“Tay, buat kamu nak. Dari mami tapi pake uang papi. Semo–AURGHH”

“MAMI JANGAN DI CUBIT ASTAGA KDRT.” Delikan mata mami Newwiee tak terima dengan celoteh suami barusan.

“Uang papi, uang mami.”

Tay tak menghiraukan pertengkaran itu dan melirik New dengan gelengan. New yang paham pun mengganguk.

Di serahkan kembali kotak hitam berserta berbagai surat penting di dalamanya.

“Mami, papi. Newwiee sama Tay ga bisa terima ini. Makasih udah nawarin, tapi Newwiee sama Tay gamau terus-terusan di kasih materi sama kalian. Biarin kita berkembang sendiri. Newwiee tanggung jawab Tay, semua kebutuhannya pasti Tay penuhi. Maaf mami papi sudah nolak ini. Tulus dari hati Tay, maaf.” Ucap Tay pelan.

Papi dan mami Newwiee di buat terkejut tatkala kata-kata penuh kepastian tegas itu muncul dari seorang remaja 18 tahun.

“Ka, kita memang ga salah pilih mantu. Ya ampun aku sampe netesin airmata ini loh. Manis banget.” Mami Newwiee menoleh singkat dan meraih sapu tangan di tangan papinya Newwiee.

“Ok kalau itu mau kalian. Papi mami percaya kalian. Kalau ada apa-apa panggil kami ya jangan sungkan.”

“Iya papi.”

New mendekat kearah telinga Tay dan mengucapkan sesuatu dengan berbisik “Lo hebat. Tay Tawan Vihokratana. Gue bangga.”

Tak lupa senyum tulus dan acungan jempol ke arah Tay. Tanpa sadar Tay mengalunkan tanganmya ke pucuk kepala New dan mengusakmya pelan.

“AAAAAAA PAPI LIHAT LIHAT ANAK KITA DI USAP MANTU KU DI KEPALA.”

“ÀYO LAGI DONG, PAPI GA LIHAT TADI LOH.”

Keduanya memerah di teriakin begitu.

EPILOG

Ada Gava, Kevin dan Amaraa yang sedang makan di salah satu resto di citos, entah kebetulan atau apa tapi Amaraa melihat Tay dan New bersama orang tuanya menuju kesini.

“DEMI APA TAY NEW SAMA MAMI PAPI KESINI? ANJIR LAH WOI NUDUK LO PADAAAA BURUAANNN.”

“Kenapa sih Mar?”

“Liat apa sih Mar?”

Amaraa mendelik kearah dua pria tampan itu dan keduamya menunduk.

“AMARAAAA ANJIR WOII LEHER GUE KE CENGKLEK INI.”

“ADUH KENING GUE KEPENTOK MEJA INI TOLONG KDRT.”

Sautan Gava dan Kevin tak diindahkan Amaraa dan langsung membuang muka ke kanan biar tak berpapasan pada mereka. Iya keluarga New dan suaminya Tay.

Di bawah meja Gava dan Kevin tak hentinya mengeluh sakit leher karena menunduk.

“Kita lagian ngapain sih Vin?”

“Nanem padi.”

“Dih tolol lu Vin.”

“Ya ngumpetlah dongo. Pertanyaan lo lagian ada-ada aja.”

Sekitar 10 menit mendengarkan, Gava, Amaraa dan Kevin di buat kaget dengan apa yang mereka dengar.

Sertifikat tanah, mobil sama rumah

“ANJING YANG BENER AJA.”

“LEMES GUE DENGERNYA VIN.”

“OK. GUE TAU MAMI PAPI KAYA, TAPI GA SAMPE KASIH ITU SEMUA ANJIR.”

Semua sambatam mereka tak bersua, hanya gerakan emosi dari bibir yang melampiaskannya.

— bersambung