Mansion Techaapaikhun itu ramai dengan manusia-manusia crazy rich. Ya mungkin ada juga beberapa rakyat jelata seperti teman-teman New.

Tay, beserta para kacungnya—Chief Nammon, Manager Finance Gulf, Secretary Alice pun ada disana. Belum lagi Billkin yang juga kekasih adik New, Pp. Itu juga ada disana sedang ber—lovey dovey alay tidak jelas.

Bugh

“ABANGGGGGGGGG NGESELIN BANGET IH NGELEMPAR BANTAL.” Sungut Pp pada abang jahilnya, Bright.

Bright sedari kesal melihat Billkin terlalu nempel ke Pp, apa keberadaan orang ramai disini invisible—pikir Bright.

“Abang ga boleh gitu ke adeknya sendiri. Udah sana bantuin Singto bakar udang di halaman belakang.”

Bunda New, Bright dan Pp pun datang memecah keributan itu sambil membawa cemilan ringan ditangannya.

Melihat Bright masih bermain ponselnya, sang papa meledeknya, “Siapa sih bang yang di chat? Emang punya pacar bang? Kan jomblo.”

Bright menoleh kesal, “gandengan boleh ga punya, tapi gebetan abang mah banyak pa.”

“Kek laku aja lo Bri.”

Tiba-tiba nongol New entah dari mana yang sudah bau asap.

cangkemu

“Berdiri ga lo, bantuin temen-temen gue bakaran di halaman belakang buru. Gue mau ke rooftop dulu, heli bang Jum udah mau sampai.” Ucap New sambil melepas celemeknya dan diberikan ke Bright.

“KAK GA MA–”

“Sstt.. lakik bukan, buruan.”

Bright pun menurut.


Melihat New seperti berlari kecil, membuat Tay yang kebetulan di samping New itu bertanya cepat, “mau kemana New?”

Rooftop Tay, ada tamu penting haha.”

Tay hanya mengangguk dan meminum wine lagi.

“Pak boss, tamu penting siapa? Pake heli lagi wow.”

Tay hanya diam tak membalas perkataan Nammon dan berjalan menuju papa dan bunda New duduk di dekat piano.

“Ka Alice, lo ngapain anjir bawa tupperware weh”

“Diam aja, lumayan buat di bawa pulang. Kan memang ini tujuan gue ngekor pak boss haha.”

“Astaga otak kriminal, eh Gupi nitip pie susu ini deh kaa ke tupperware lo hehe.”

“Yeuuuu dasar miskin.” Nammon bersua dan di geplak ringan sama Alice. “Udah jangan gengsi lo mau yang mana di bawa pulang Nam?”

Nammon menujuk dan menyengir, “Hehe, itu ka Brownies yang ada emasnya diatas.”

“Berapa?”

“Semuatnya aja ka.”

“Oke.”


Sedangkan di halaman belakang sedang riweuh sama geng anak mama papa temannya New.

Krist yang terlihat memotong daging, Namtan dan Mild yang menusuk-nusuk bbq-an, lalu Joss dan Thanat bertugas memanggang sambil ghibah tentunya.

Singto? Dia tidak kerja. Lebih tepatnya, dia lagi menyumpah serapahi Alvaro di ujung halaman belakang mansion New itu. Dengan dumelan dan berkacak pinggang, Singto tak henti-hentinya meledek Varo sang jerapah itu.

“APA-APAAN ANJIR MINUMAN LO MASA WATER GOLD MINERAL GAADA-GAADA, BESOK MINUM AIR KERAN AJA LO VARO. ENAK AJA.”

“Kenapa lo ga terima hah! Nyebelin tolehan lo, sini lo nunduk, mau gue tabok ubun-ubun lo.”

Bugh

Kepala Singto tabrakan dengan dagu Alvaro sewaktu hewan jangkung itu nunduk.

“Aduh anjing lo, pelan-pelan dong setan kalo nunduk. Benjol dah pala gue. ngeselin lo emang.”

Hewan itu merasa tak bersalah dan berjalan menjauhi Singto yang mengada kesakitan.

“VARO ANJING YA LO. AWAS LO KETEMU GUE LAGI, GUE MASUKINn DAFTAR KURBAN LO YA.”

Singto pun menjauhi area bermain Varo dan menuju teman-temannya memanggang sate-satean.


Kedatangan Singto yang terus mendumel membuat teman-temannya sudah tak heran, setiap Singto bertemu Varo memang selalu tak baik. Bahkan teman-temannya sudah menjuluki Singto dan Varo adalah Tom-Jerry karena tak pernah aku barang sedetik.

“Masih belum selesai lo pada manggang? Najis lama banget woi.”

See? Singto selalu dengan keluhannya.

Bugh

Di pukul kipas Panda Mild oleh Lee Thanat ke kepala Singto.

“ADUH TAI LO NAT. SAKIT BEGO.”

“Gantian. Ngomel mulu lo dari tadi. Gue sate juga daging lo entar.”

“Nyenyenye ndoro.”

Baru Thanat akan menggeplak lagi tapi ditahan Singto, “IYA. INI GUE JUGA MAU GANTIIN LO MACAN.”

Good.”

“Galak banget sih Thanat makin hari ya Joss, ga kebayang Prof Arm kok tahan ya.”

“GUE DENGER YA SINGTO PRACHAYA.” Thanat belum sepenuhnya beranjak dari situ.

Joss dan Singto hanya tertawa, “Gatau juga bray dipelet kayanya.” Kali ini dengan berbisik.

“Si Nyu mana dah cok lama banget timbang ke rooftop doang.” Gun sudah mendumel part dua, sebelumnya Singto.

“Lo susul gih.”

“Temenin. Gue lupa jalan ke rooftop Nyu lewat mana anjir.”

Namtan berdiri, “ayo dah. Inget gue keknya.”


ting

lift sudah terbuķa di lantai 5, tepatnya rooftop mansion New. Namtan dan Gun pun celingak-celinguk mencari keberadaan New.

Bajingan luas banget ini rooftop kek lapangan bola kecamatan gue.”

“Masih kaget aja gue New bisa sekaya ini.”

“Dimana dah Tan, kok gaada sih.”

Tak lama terdengar derap langkah dan itu New dengan pakaian barunya, karena seingat Gun New tidak memakai baju ini tadi.

“NYÙUUUUU DISINI DISINI.”

“Gausah tereak bego. Gue denger.”

“Ganti baju lo?”

“Iya Tan, mau nyambut bang Jum nih haha.”

“Jangan bilang Off Jumpol Adulkittiporn.”

New mengangguk.

SHIT, HE'S SO FUCKING RICH. KESINI? GILA. UDAH GILA DUNIA.”

New mengangguk lagi.

Kaki Namtan dan Gun semponyongan, kedua sahabatnya melemas mendengar nama pemilik Raoff Bank itu.

“Tan, bawa parfum ga lo? anjir badan gue bau asep bangke.”

Untungnya Namtan bawa, “balik badan buru, gue semprotin.”

Sudah wangi, sudah rapi seorang Gun Attaphan.

Tak lama angin berputar kencang menandakan kedatangan heli di landasan khusus heli tersebut. New berlari ke arah parkiran heli tersebut. Gun dan Namtan juga.

“Inget ya Gun, harus dapat tuan Off. Gue udah sumbang parfum chanel gue tadi.”

“Iye, doain gue. Capek anjir jadi miskin.”

Gun dan Namtan saling menyakinkan lalu sepakat berkoalisi. Membantu Gun mendapatkan Off Jumpol.

GOODLUCK GUN.

Heli berhenti dan Off pun turun. “Hai mbul, long time no see.

New memeluk Off, “apasih baru kemarin juga bang.”

Off menjawil hidung New dan mencubit gemas pipi itu.

“Bang, kenalin temen-temen gue. Yang pendek itu Gun dan yang tinggi centil itu Namtan.”

Off senyum, “Off Jumpol. Nice to meet you Gun.”

Gun berjabat tangan, “H-hai Tuan. Saya Gun.”

Off mengusak poni Gun. AAAAAAA GYAAAA GUE LEMES SETAN kurang lebih itu jeritan Gun.

Namtan memandang kagum sosok Off Jumpol, sangat tampan dan berwibawa.

“Namtan Tuan Off.”

“Ah i see panggi aku Off saja Namtan Gun. Ayo kedalam. Disini panas.”

“Ngedip woi, ayo turun.”

Namtan dan Gun melemas. Pesona Off sangatlah mendominasi.

“Kaki gue lemes Tan...”

“Sama.”

“Ganteng banget demi apapun. Sumpah...”

“Wangi juga.. parfum dia masih kecium anjir baunya enak banget.”

“Gun pelet dia ajalah, ayo gue anterin ke dukun nanti.”


Di ruang tamu kini suasana menjadi tegang. Berdirinya Off Jumpol dan Tay Tawan disana sedang berjabat tangan, membuat siapapun saat ini merasa kagum. Dua pembisnis terkaya nomor 3 dan 4 itu sedang bersalaman.

Nice to meet you, Mr Tawan.”

Too, Mr Jumpol.”

Kilatan mata tegas dari Off dan Tay sangat kentara di suasana itu.

“Gila, dia Off Jumpol New?”

“Iya bang Gulf. Ganteng kan? Haha.”

Alice menyambar, “Sumpah ganteng banget.”

“Inget cowo lo ka.”

“Berisik Nammon. Dia mau sama gue juga ya ga mungkin bego.”

“Bener juga ka Alice.” Semuanya menoleh mendengar Singto yang tau-tau ada disana dengan bersedekap dada memperhatikan dua sultan itu.

“Yoooo Bang Off, gila makin keren aja bang haha.” Suara Billkin memecah keheningan.

Off memeluk Billkin dan menjauhi tempat itu “iyalah, Off Jumpol gitu haha. Gimana lancar persiapan buat musim depan?”

“Aman. Kan ada 2 sultan di pihak gue. Satu elo, satu lagi bang Tay haha.”

“Menang sama selamat pokoknya ya Kin. Kalo menang gue kasih 2% saham Raoff Bank giman—” belum Off selesai berbicara, Tay sudah memotong.

“LO MENANG GUE TAMBAHIN BUGGATI NANTI.”

“Santai anjing bang gausah teriak kampret.”

Sementara New hanya terkikik, Tay ternyata kalau cemburu sangat menggemaskan. New pun memeluk Tay dan berteriak juga, “BILLKIN MENANG, DAPET ROLEX DARI KAKAK IPAR LO YA.”

Semua orang disana bergemuruh, ada yang tertawa—papa bunda Bright dan Pp, ada yang mencak-mencak seperti—Thanat, Singto dan Krist, ada juga yang bagian melonggo—Gulf, Alice, Nammon, Gun, Mild, Joss dan Namtan.

—Bersambung