New berjalan secepat mungkin setelah diberitahu Amaraa untuk ke kamar Tay, yang kini juga menjadi kamar bersama dan juga tadi Tay sempat menelfon sebentar menyuruh pria kecil nya ke kamar mereka.

Gemiricik air yang turun mengenai keramik kamar mandi, membuat intuisi New tau, kalau Tay sedang mandi.

“Tay, mandi ya?”

Tak ada jawaban. “Yaudah gue siapin baju tidur ya.”

10 menit menunggu, dengan New tengkurap sembari baca novel.

Clekek

Knop pintu berputar, Tay keluar dengan bathrobe hitamnya, tak lupa aroma sabun yang segar memasuki indra penciuman New.

“Hai Tayy, bajunya nih. Gue keluar dulu deh.”

Di cekalnya tangan New saat beranjak tadi, “gapapa disini aja New. Baca lagi aja novelnya.”

New tak mau ambil pusing hanya mengiyakan perintah suaminya. Tengkurap membelakangi Tay yang sedany mengenakan pakaian tidur.

New? Awalnya biasa aja. Lama-lama tak tahan dengan sedikit banyaknya Tay menyentuh pakaian itu hingga membuat suara sedikit berisik. Pikirannya sudah kemana-mana. Matanya tak lagi fokus ke novel.

Mereka tetaplah mereka yang apa adanya. Apa yang mereka pikiran itu yang mereka bilang pada semesta.

New berbalik dan duduk di tepian kasur. Memandangi punggung belakang Tay yang belum terlapisi kain sedang bawahnya sudah.

Punggung gagah itu terlihat kokoh dengan beberapa guratan lecet. New tak pernah melihat luka ini.

“Eh.. udah baca novelnya?”

New mengangguk lucu. Tay tidak menanyakan atau malu kenapa New menatapnya. Tidak ada yang perlu di tanyakan, saat keduanya mempunyai ikatan sakral di mata semesta.


“Tadi kenapa nelfon gue?”

New sedikit menggeser ke Tay, menempeli Tay sekarang menjadi hobi baru New.

“Boleh ya?”

“Iya boleh sini lebih deket lagi.”

“Hehe mau.” Yang tadinya sudah dekat dengan Tay kini malah terlalu dekat.

Ya bisa di katakan sekarang New ada di pangkuan Tay.

“Wangi banget. Ngabisin berapa liter sabun  lo Tay?”

“Sedikit aja tadi.”

New semakin tertarik. Kepalanya sudah condong ke leher Tay yang menunjukan guratan keindahan bagi siapapun yang melihatnya.

“Boleh kecup ngga? Boleh ya ya ya.” New menunjukan mata puppy dengan suara mendayu, membuat siapapun yang mendengar itu pasti akan luluh dan tunduk pada perintah pria itu.

Tay senyum. Senyum yang sangat manis, semanis pria yang duduk di pangkuannya ini.

“Iya boleh.”

“Asik.”

Cup

5 detik, butuh waktu 5 detik bagi New untuk melepaskannya setelah kecupan di leher menawan Tay tadi.

Tanpa ijin Tay sudah mencubit pipi kenyal New. Ia puter ia tarik ia kecup sudahnya.

“Gemas. Makan apa aja lo sampe selucu ini?”

“Lagi dong.” Alih-alih menjawab. Malah New menagih dengan apa yang Tay lakukan tadi.

Mereka ya mereka. Tak sungkan meminta. Pada dasarnya ya mereka hanya tak tau caranya berbohong.

Cup

Cup

Cup

Kening, pipi dan hidung menjadi sasaran Tay. Hanya satu yang kurang, yaitu pada bibir lembut New.

“Makasih pacar.”

“Sama-sama pacar.”

Ingatkan kah kalian? Mereka berjanji akan memulai dari kata “pacaran” ya pacaran setelah menikah.

“Tadi lo ngapain nyuruh gue ke kamar?”

“Handphone lo siniin New.”

“Hah? Kok handphone? Gaada apa-apa Tay. Gue ga nyimpen nomor lainnya.”

Tay tertawa dengàn ekpresi bingung New. Ia jawil hidung lucu New.

“AUUHH HIDUNG GUE MERAH KAYAKNYA”

“Ishh Tayyy”

“Aduh aduh benjol gak ya ini.”

Kira-kira itu lah dumelan New dengan raut muka cemberut lengkap bibir maju kedepan.

“Engga merah kok.”

“Pinjem mata lo bentar. Gue mau liat hidung gue merah apa engga.”

Bola mata Tay terkaku ketika bertemu dengan raut muka penasaran New. Bak sihir, Tay tak mampu berkedip barang sedetik pun, raut muka New candu baginya. Terlampau indah, sangat indah.

“Iya ya ga merah haha.”

Tay masih diam, tangannya tanpa sadar mengerat pada pinggang New yang duduk di pangkuannya.

“Tay, kenapa diam?”

Tangan melambai New pada Tay tak membuahkan hasil. Justru kini Tay malah tersenyum.

“Lo gila? Kenapa senyum sendiri?”

Tay singkirkan anak rambut New yang jatuh di sekitar kening.

“New.”

“Hm.” New tampak menikmati apa yang Tay lakukan.

“Cantik.”

“Gue?”

“Iya.”

“Makasih pacar.”

“Sama-sama pacar.”

Cup

Cup

Cup

“Haha udah-udah. Tay jangan makan pipi gue.”

“Iya. Oke.”

“Tadi lo nyuruh gue ke kamar karena apa Tay?”

“Oh itu. Karena ini.” Jawab Tay sambil menunjukan handphone.

“Emang ada apa di handphone gue?”

“Kata Amaraa, lo nanya cara ganti background room chat kan?”

New diam. Tak menjawab tak menggeleng.

“Katanya... mau di ganti pake foto gue ya?”

New beranjak dan berdiri spontan.

“Eh kenapa? Kok berdiri tiba-tiba?”

“Malu. Gue malu Tay.”

“HAAHHAHAHAH” Tay tak bisa menahan tawanya melihat tingkah laku New saat ini.

“Gapapa New. Kan gue pacar sekaligus suami lo.”

“Sini duduk lagi. Mau di pangku atau duduk sendiri?”

“Sendiri aja.”

Tay masih tertawa pelan. “Jangan ketawain gue lagi Tayy.”

“Iya engga.”

“Tayy udahan ih, gue balik ya kamar bawah kalo lo terus ketawa gitu.”

Tay mencekal tangan New yang spontan berdiri. “Iya, udah engga ini. Janji. Sini duduk lagi gue ajarin caranya.”

Tay pun mengajari New, dari milih foto sampai meletakannya pada background room chat.

“Wahh keren.”

“Tayy yang ini ganteng lo nya.”

Rio ☀️ on Twitter: "Thread of Tay Tawan Selfies 📸✨✨… "

“Jelek yang itu. Ganti. Yang ini aja New.”

160 Tay tawan ideas in 2021 | aktor, selebritas, pacar pria

New melihatnya, dan setuju.

“Eh iya yang ini lebih ganteng hehe.”

“Jadi yang ini ya?”

“Oke Tay.”

Setelah mengutak-atik benda pipih itu, semuanya selesai.

“Nih udah jadi New.”

“Makasih pacar.”

“Sama-sama Newwiee.”

“Mau bobo sekarang Tay?”

“Belum ngantuk, duluan aja lo ke ranjang.”

“Ooh oke. Gue duluan. Udah ngantuk banget.”

New pun berbaring di ranjang, hari ini lelah baginya karena seharian part time di cafe depan sekolah.

30 menit setelah New tidur. Tay juga ikut berbaring di ranjang.

Hal pertama yang Tay lakukan adalah menyelimuti New. New selalu lupa menaikan selimutnya.

Pin by Kay on Newwie Thitipoom♡ | Newwiee thitipoom, New thitipoom  techaapaikhun, New thitipoom

Bahkan setiap New mau tidur, New selalu berpesan, “Tay, kalau gue lupa naikin selimut. Tolong naikin ya.”

Tay juga tidak tau kenapa New sampai bisa pelupa itu. Tay mengira hanya arah jalan yang sering lupa. Ternyata rata-rata semua hal New lupa.

“Dasar pelupa.”

Hal kedua adalah mencium kening New. Hal ini seminggu sudah Tay lakukan. Semenjak dia dan New melepaskan aturan 'tidak boleh mencampuri urusan lainnya' dan menamai hubungan mereka sekarang 'berpacaran'.

“Selamat tidur Newwiee. Mimpi indah.”

Hal ketiga adalah menyamankan posisi tidurnya sendiri.

Dan keduanya tertidur, malam mulai menggeluarkan presensi tajamnya dan bintang mulai bersambutan dengan bulan. Jam 21.00 adalah malam bagi mereka. Maklum, keduanya masih SMA dan juga pagi sekitar jam 4.00 sudah harus bangun, karena jam 5.00 pagi keduanya mengantar susu keliling komplek.

Hubungan sederhana mereka bentuk walau mempunyai berbagai privilege di sekelilingnya. Entah itu dari kedua orang tua mereka, atau keluarga besar mereka sendiri.

— bersambung