PART 59 ‘AWAL YANG BARU’

Gmm University

Hari ini, genap seminggu sudah New dan Tay berjauhan. Kini, New lebih sering terlihat dengan Lee Thanat. Jika kalian kira, Tay merasa baik-baik saja? Kalian salah. Dalam seminggu, Tay gencar meminta maaf pada New, membawakan bekal New, hingga mengajak bicara New untuk menyelesaikan semuanya. Semua Tay lakukan, tapi hasilnya? nihil. New masih melihat si-betina itu dirumahnya.

New ingin berbaikan, sungguh. ia juga merasa tidak baik-baik saja saat dirinya berjauhan dengan Tay, tapi New melihat permintaan maaf Tay hanyalah omong kosong belaka tanpa tindakan, itu membuatnya geram. New selalu berpikir ‘meminta maaf tapi masih menerima betina itu, bercanda lo wan’. Terdengar lelucon bukan, saat ada orang meminta maaf tapi tak mengurus akarnya dengan benar? Pikir saja sendiri!

Gunsmile, Bright dan Harit melihat Tay berusaha mendekati New yang sedang duduk bersama Thanat dan Podd di ujung kantin FK (fakultas kedokteran) yang merupakan fakultas Lee Thanat menimba ilmu. Namun, tak digubris oleh New.

New memang cuek dan dingin, tapi wataknya seminggu ini benar-benar diambang tak normal cueknya, sangat dingin auranya. Ketiga sahabat mereka berusaha membuat keduanya berbaikan, namun tak semudah yang mereka pikir.

Bright yang melihat itu mengepalkan tangannya, ia menahan marah entah terhadap New atau Thanat, tak bisa di deskripsikan. Keduanya sama-sama membuatnya geram, terutama Lee Thanat. Akhrinya ia menyeret Thanat untuk mengikutinya.

“Eitsss sopan lo narik senior kek gitu? Lo ada masalah sama Lee Thanat? Kalem lah bro, jangan asal Tarik gitu” Podd menahan tangan Bright yang ingin menyeret Thanat.

“Gue perlu ijin nyeret senior?” skakmat Bright membuat geram Plapodd

New menoleh, “Bri, lo kenapa? Ga biasanya lo gini. Tangan Thanat lo pegang tangannya sekuat itu, sakit Bri anak orang” tanya New santai dan tetap menyantap makanan di depannya. Sementara Tay? Ia hanya diam memperhatikan New makan dengan lahap, baginya itu lebih dari cukup dengan New makan teratur.

“Tumben lo secerewet ini Nyu? Suka lo ke Thanat?” respon Bright sangat tak di duga oleh orang disana. Tak terkecuali Gunsmile dan Harit yang juga menyaksikan.

“sebentar, wait a minute… maksud lo apa Bri? New suka bang Thanat? Ngaco lo setan haha, ya kan Nyu” kekehan dari Gunsmile itu keluar begitu saja

Harit mencubit pacar tolol nya itu, “gatau suasana lo bacot, diem dulu napa biawak” cicit Harit pelan

Uhuk huk

New tersedak dan Tay menyodorkan segelas air pada New, New meminumnya terburu-buru, kemudian New berdiri dan menatap Bright, “lucu juga bacot lo Bright Vachirawit” New kemudian hendak pergi dari situ tapi ditahan oleh Bright “Awan udah disini, lo hargai dia New Thitipoom. Buta mata lo, dia ada disini Ga bisa liat?” Bright dengan ketegasannya memanglah kelemahan New sejak dulu.

“Rit, Mail lo urus ini, gue urus Lee Thanat, lo berdua paham kan maksud gue? Lo bang Thanat ikut gue” Gunsmile dan Harit mengangguk dan segera membawa Plapodd untuk meninggalkan kantin FK itu.

“Lepasin, gue ga akan kabur Bri” Bright pun melepaskan tangannya dan berjalan pergi dari situ diikuti Lee Thanat di belakangnya.

Sementara itu Gunsmile dan Harit masih berkutat dengan Plapodd

Sorry bang Podd, ini demi gue dan temen-temen gue, ayo dah gue jajanin seblak di depan, sama rokok juga yok” tutur Harit, Podd masih berusaha melepaskan lengan nya dari pasangan gila itu.

“Bang, anjing! nurut kek elah, gue bukan mau perkosa lo bangsat bang, ayo dah jangan kek biri-biri lo susah banget diatur bang…” Gunsmile sudah terlihat kewalahan menahan dan membawa Podd menjauhi kantin itu.

New yang memperhatikan kegaduhan itu, langsung berdiri dan memukul Plapodd di punggungnya, “bawa dia ke UKS” New pun duduk kembali

“Nyu bedebah lo, bikin pr ajasih elah, ini gimana kalo dia mati bangsat ” Gunsmile mengerutu dan di tabok Harit kencang, “ucapan lo setan, udah ayo gotong dia ke UKS kampus gece” mereka pun pergi dan suasana yang tadinya rame kini hening.

Tay menyodorkan makanan New yang belum habis tadi, “makan Nyuwi, habisin dulu baru Awan ngomong nanti” see, Tay Tawan memperlakukan New seperti ini, bagaimana bisa New membencinya? Itu hal yang susah dan New benci itu New hanya diam tak bergeming, sedikitnya ia merasa bersalah pada Tay karena mengabaikan nya semingguan ini.

Tay melihat tak ada pergerakan dari New lalu menyendokan makanan itu ke sahabatnya.

“Aaaa ayo buka mulutnya… ini Awan suapin, tanpa sayur pula ini, Nyuwi pasti suka ayo aaaa…” New pun membuka mulutnya dan rasa bersalahnya kian membesar pada Tay saat ini.

Suapan demi suapan sudah masuk ke mulut New, “Wan udah, gue kenyang.”

“Sebentar, itu ada nasi di bibir Nyuwii” Tay mengusap nasi itu dan meletakannya di piring.

Tay memakan makanan sisa New yang tak habis tadi, itu sudah menjadi kebiasaan keduanya. Karena mereka selalu berpikir, ga semua orang bisa makan seperti mereka jadi mereka menghargai pemberian Tuhan itu.

Setelah selesai dengan makanan itu, Tay pun berbicara “Nyuwi, masih marah ga sama Awan?”

“Awan gatau harus gimana lagi, Awan ngerasa seperti dulu lagi, ngerasa kesepian. Awan takut Nyuwi ninggalin Awan seperti ka Alice ninggalin Awan. Awan cuman mau ngejaga Nyuwi dari prasangka buruk aja, tapi sepertinya Awan salah, Awan minta maaf, jangan diemin Awan. Awan ga punya siapa-siapa lagi, mama papa jarang pulang, sekali pulang berantem di depan Awan. Yang Awan punya cuman Nyuwi, jadi jangan jauhi Awan lagi… Awan ga akan marah-marah lagi kalo Nyuwi mau temenan sama ka Lee, gapapa Awan aja yang mungkin egois selama ini…”

New menunduk, ia mendengarkan semuanya. Semua kepilu-an yang ada pada sahabatnya. New menangis tanpa suara. Jari yang terkena air mata jatuh itu Tay bawa ke dadanya, “Nyuwi selalu ada disini, di hati Awan ini. Awan saying banget sama Nyuwi. Kemarin malam, Awan liat Nyuwi kemarin malem pulang babak belur, biasanya selalu ada Awan yang bersihin luka Nyuwi, tapi malam itu, Awan gabisa. Awan tau Nyuwi masih marah sama Awan. Tau apa yang Awan rasa? Awan khawatir Nyuwi, setiap 1 jam sekali Awan ada di depan rumah Nyuwi jaga-jaga Nyuwi butuh bantuan Awan karena ga ada ka Off di rumah. Sekarang lukanya gimana? Masih sakit ga? Awan boleh obatin sekarang ga?” sebuah kata-kata tulus dari Tay membuat New menangis sejadi jadinya.

Tangan Tay membawa dagu New untuk di angkat dan ia tersenyum pelan seraya mengusap air mata yang jatuh dari sahabatnya, terlampau deras.

“Awan maaf… maafin gue yang egois terus ngebuat lo juga terlampau khawatir dan kesepian. Maafin gue… h-hikss w..an”

Tay memeluk New erat, rasanya seminggu bagaikan lama bagi Tay.

“Gapapa, udah jangan nangis lagi Nyuwi” Tay berusaha menangkan New dengan mengusapkan tangannya ke punggung sahabatnya

“Ga Awan, gue salah gue egois, gue harusnya tau trauma lo, gue harusnya mengesampingkan rasa gue, maafin gue udah ngebuat lo kesepian semingguan ini, maaf wan….” Untuk saat ini New bukan pribadi yang cuek atau dingin, di depan Tay Tawan ia benar-benar menangis, menyesali tindakannya seminggu ini.

New tentu tau trauma apa yang di alami sahabatnya, ia sangat mengenalnya, dan Sekarang ia benar-benar merasa bersalah pada Tay, segala sifat angkuhnya, sirna. New benar-benar tak bisa membenci seorang Tay Tawan walau sesakit apa hatinya. Baginya Tay lebih berharga dari siapapun.


Tak jauh dari kantin FK, terlihat obrolan sengit Lee Thanat dan Bright Vachirawit. Tensi keduanya memanas, saling sikut, saling menyalahkan dan saling berdebat siapa yang benar dan yang salah, amarah telah ikut andil dalam diri mereka sekarang.

“Ga bang, lo gabisa kek gini, jalan lo salah. “ ucap Bright setelah memukul keras wajah Thanat, ya benar keadaan kedua sudah mengenaskan dengan luka di sana sini.

Thanat menoleh dan membuang ludah yang terkena darah segar itu, “tau apa lo? Lo gatau apa-apa tentang gue dan hidup gue, iya Bri gue emang jahat, gue egois iya gue gitu.”

bugh bugh bugh

Bright memukul dada Thanat dengan tangan mengepal, “dunia memang terkadang ga adil, gue tau itu. Manusia mana di dunia ini yang ga punya beban dan masalah hidupnya masing-masing? Ga ada Lee Thanat. Yang lo lihat sekarang lo ngerasa hidup lo paling sengsara makanya lo berpikir lo berhak jadi egois or something like that tapi lo ga pernah tau kan, diluar sana atau bahkan orang yang lo anggap hidupnya baik-baik aja itu ga ada beban hidupnya? Lo salah Lee Thanat”

Bright memutar badan Thanat dan di tunjuknya Tay Tawan disana, “itukan orang yang lo anggap banyak ya saying? Banyak yang peduli? Ga ada beban sama sekali? Iya kan bang?” Bright menghela napas sebentar dan mencengkram bahu Thanat

“Gue kasih tau rahasia yang akan ngebuat lo mikir ratusan kali buat ngejahatin sosok itu… Tay Tawan namanya, dari kecil dia selalu ngeliat orang tuanya ribut di depan matanya, dari kecil dia selalu dapat kekerasaan fisik dari papa atau mamanya, dari kecil dia ngurus diri dia sendiri, dari kecil dia sering ke psikolog gara-gara mentalnya dewasa sebelum waktunya, dari terakhir dia kehilangan kakaknya karena nolongin dia, kebayang ga bang anak sekecil itu bisa tumbuh sampai saat ini? Gue kalo jadi dia mending gue mati bang, tapi dia engga. Karena apa? Karena New Thitipoom, orang yang lo suka. Dia punya janji sama mama papa New buat selalu ngejagain New bagaimana pun keadaanya.” Thanat menegang dan terdiam sesaat,

“Dan semingguan ini dia ngerasa gagal ngejaga amanah orang tuanya New, ngadepin diri dia sendiri aja udah susah dengan kondisi itu, ditambah lagi dengan keadaan New. Ga mudah bang.”

Bright memutar badan Lee Thanat dan di pegangnya bahu keras itu, “gue paham gue tau, nasib ataupun beban orang gabisa di adu, semuanya punya ceritanya dan maknanya masing-masing, gue paham akan itu bang. Gue cuman minta sebagai sesama manusia, berpikir ratusan kali kalo mau jadi orang jahat. Sekali lo terlibat, lo akan terus terlibat. Ga ada kerennya bang jadi orang jahat, ga ada.”

“Sekarang, gue serahin semuanya ke lo. Lo bisa jadi teman kita, lo bisa Bahagia bang. Bilang sama gue kalo ada yang nyakitin lo. Gue akan jadi tamengnya. Sekarang tonjok gue sekeras lo, luapin kesal lo ke gue, gue gapapa bang. Maaf gue lancing nasehatin lo gini, gue cuman ga mau orang baik kek lo kejebak di lubang ini.”

Bright mundur dan memejamkan matanya, bersiap akan tinjuan dari Lee Thanat.

5 detik 10 detik tak ada pergerakan dari Lee Thanat, Bright pun membuka matanya dan melihat Lee Thanat hanya mengepalkan tangan tapi tidak meninjunya.

“Kenapa bang? Gapapa pukul gue aja sini luapin semuanya”

“Tolol, lo kenapa sampai sejauh ini cuman karena temen-temen lo?”

“Mereka bukan teman-teman gue”

Thanat menaikan alisnya, “maksud?”

“Mereka saudara gue, gue udah sama mereka 17 tahun”

Thanat terdiam, “Dompet lo siniin”

“Buat apa?”

“Gue palak, katanya lo mau jadi temen gue terus bikin gue nemuin kebahagiaan gue? Itu ga bohong kan?”

Bright mendesah lega, senyum yang indah pun muncul dari keduanya

“Ambil bang, banyak uang gue. Ayo jajan haha” Bright menyodorkan dompetnya dan dirangkulnya Lee Thanat lalu berjalan meninggalkan tempat mereka beradu mulut, adu tenaga dan kolot disana tadi.

Setidaknya, satu masalah selesai. Tinggal 1 lagi si betina iblis. Oh Bright Vachirawit lo bisa!! Kangen anak gue kan jadi anjing! Ya itulah pikiran Bright saat ini.

Satu konflik selesai. Alhamdulilah beri tepuk tangan pada BRIGHT VACHIRAWIT!!