Rumah sakit Mulia

Off datang tergopoh-gopoh setelah tadi di beritahu oleh Harit, bahwa Singto dan Krist mengalami kecelakaan. Sekarang Off berada di depan ruang operasi Singto dengan Harit dan Gunsmile yang telah datang terlebih dahulu.

“Rit, gimana ceritanya mereka bisa kecelakaan, ditabrak atau nabrak? Sampai Singto harus di operasi..” Off terlihat panik bukan main dan memijat keningnya.

Harit yang melihat Off sebegitu paniknya lalu membawa Off untuk duduk dan menenangkan pikirannya

“Gue gatau bang pastinya gimana, tapi kata orang yang nganter mereka, motor yang mereka tumpangi nabrak pembatas jalan dan dari sebrang jalan ada mobil melaju kencang gitu. Buat pastinya nanti bakal kita tau setelah mereka sadar...” Harit menuturkan apa yang dia tau

Gunsmile berusaha menepuk bahu Off pelan dan mengusapnya, “Adek lo pasti bisa bang ngelewatin ini, Kit juga pasti bisa”

Off terlihat menurunkan kepanikannya dan mencoba menguasi dirinya.

Off menoleh, “Mew udah lo pada kabarin? Udah tau kondisi Krist belum?”

“Udah bang tadi sama gue, udah lo tenang aja, jangan pikirin yang lain dulu.”

“New dimana? Udah dikabarin?” Off karena panik tadi, sampai tidak menyadari tidak ada adiknya satu lagi disini.

“Lagi di jalan sama Bright bang”

15 menit telah berlalu, dan Off tidak tenang, “krist dimana? Gue sampai lupa belum liat keadaannya”

“ICU bang, lurus aja dari sini terus belok kanan... “

Off berdiri dan menuju ICU, dapat Off lihat Krist ditubuhnya banyak selang-selang menempel. Off mengengam tangan mungil itu dan,

“Dek, kuat ya! Lo udah gue anggep seperti adek kandung gue krist. Bertahan ya sayang. Mew nanti kesini, dia pasti sama khawatirnya seperti gue sekarang dek.” Tanpa sadar Off menangis, bukan hanya karena Krist kecelakaan, tapi dia juga mengingat betapa kuatnya sosok yang terbaring lemah di depannya.

Off tau betapa hancurnya keluarga Krist dan Mew waktu dulu, yang membuat orang tua mereka bercerai dan Krist maupun Mew tidak ikut siapapun lalu berjuang hidup sendiri dengan di topang kerja keras Mew selama 15 tahun ini. Off dan Mew sudah bersahabat sejak lama tentu mereka mengetahui kisah pilu masing-masing.


Lobby rumah sakit

Bright, New dan Thanat pun tiba, lalu segera menuju ke tempat Singto di operasi.

Thanat di belakang juga terlihat panik dan tanpa tak sengaja ia mendapati kertas jatuh dari tas yang di bawa New.

Entah kesialan atau bagaimana, kertas itu dalam posisi terbuka dan Thanat membaca keseluruhan pesan itu

“Orang sinting mana yang neror kek ini, gila” dia masukan dalem denim nya. Nanti entah akan dia kembalikan pada New atau ia buang. Biarlah urusan nanti.

Mereka di lift, Bright menepuk dahi nya “bang gue lupa kabarin Awan astaga ponsel gue mati lagi sat! Bang tolong chat Awan dong”

“Awan? Siapa Awan?”

“Tay Tawan, ini kontaknya..” New menjawab dan memberi kontak sahabatnya.

“Ah Tay Tawan, oke-oke. Sebentar ya”

“Makasih bang” dan Thanat hanya mengangguk, lalu men-chat Tay.

Ting!

Lift pun berhenti di lantai 10, tempat dimana Singto di operasi.

New dapat melihat teman-temanya ada disana dengan mondar-mondir tak jelas.

“RIT GIMANA KEADAAN SINGTO? RIT JAWAB GUE YA TUHAN...” ucap New yang tak kalah panik dari Off

“Nyu tenang, Singto lagi di operasi di dalam, kata dokter butuh waktu 4 jam operasinya. Udah lo atur napas lo. Percaya sama gue, semuanya baik-baik aja” Harit menenangkan dan memberi New minum.

New celingak-celinguk seperti mencari keberadaan seseorang, “abang gue mana? Oh iya Kit dimana?”

“Bang Off lagi di ICU, Kit di ICU sekarang Nyu.. lo mau kesana?”

“Iya, Bright lo mau ikut gue atau nunggu disini?”

“Ikut.. ayo bareng gue”

Keduanya pun berjalan ke ICU

“Bang, keadaan Kit gimana? Parah ga?”

Off mendongak dan mengusap air matanya, “lumayan dek, lo udah ke Singto tadi? Masih operasi?”

“Masih bang, Bang Mew mana? Ga kesini?”

“Lagi jalan ke sini”

New melihat Off masih meneteskan air mata nya itu, kini mendekat ke Off dan mengusapnya pelan

“Udah tua, masih aja nangis.. belek lo keluar nih”

Off tau New ingin mengajaknya bercanda tapi yang Off lakukan bukan tertawa melainkan membawa New ke pelukannya “dek, abang takut.. kalo terjadi hal buruk sama Singto, abang gaakan bisa maafin diri abang sendiri”

Posisi Off yang duduk di bangku jaga dan New yang berdiri, membuat New mengusap pelan rambut off dan menciumnya bentar, “gaakan terjadi hal buruk kok sama Singto, percaya sama adek kan? Udah jangan mikir gitu lagi”

Bright yang melihat itu lantas memeluk keduanya, seolah-olah membiarkan mereka menangis tanpa harus dilihat semesta “kalian berdua, menangislah... gue jagain ini, gue pastiin gaakan ada yang lihat lo berdua nangis. Vachi disini bareng Poom sama bang Tum

Keduanya pun menangis dengan Bright menepuk pelan punggung masing-masing.


Rumah Tay Tawan

Tay yang mendapat kabar New ada di rumah sakit, langsung bergegas ke berangkat, namun saat ia akan berangkat, Sheila menahan Tay

“Awan mau kemana? Kok buru-buru banget heum?” Sheila sudah tau bahwa Tay akan ke rs, ia karena orang suruhan Sheila menyuruh memotong rem pada motor New. Licik dan sampah!

“Ka Nyuwi ada di rs ka, ka ila gapapa kan di tinggal bentar? Buburnya ada di kulkas kok, nanti tinggal dimasukin microwave aja ya. Awan pergi dulu...”

“Wan, ayo kita ke rs bareng aja. Ka ila gapapa kok. Nih udah ga demem kan? Ayo” ucap Sheila dengan akting mulusnya

Tentu gue akan ke rs dan melihat dengan mata kepala gue sendiri kalo si jalang New sedang sekarat... segala pikiran jahat Sheila sudah berpesta di benaknya. Demon!

“Tapi ka sudah malam, gapapa?”

Sheila senyum terpaksa, “gapapa wan, ayo. Naik mobil ka ila aja ya. Ayo keburu malam loh” ucap Sheila.

bukan keburu malam sih, tapi keburu ga sabar gue liat temen lo sekarat haha.

“Oh oke, eh sebentar Awan ambil jaket dulu buat ka ila. Kasian kan tadi abis demam kalo kena angin malam itu gabaik.”

Tay mengambil jaket dan memberikan ke Sheila, “terima kasih Awan”

Mereka pun menuju ke rs dengan kecepatan sedang.

30 menit kemudian mereka telah sampai dan sekarang berada di meja adminiatrasi di lantai 1

“Permisi mas.. ad-” belum sempat Tay bertanya, pundaknya di tepuk seseorang

“Wan, oh astaga gue kirain lo ga kesini.. langsung aja ke ruang operasi lantai 10 ya Wan. Gue mau ke kantin bentar” Harit seseorang tadi yang menempuk pundaknya dengan Gunsmile disampingnya.

“Ah gitu, oke harit. Yaudah Awan duluan ya. Ayo ka ila”

Harit hanya mengangguk dan terlihat berpikir, perempuan yang bersama temannya tadi siapa?


Mereka tiba di lantai 10, dan Sheila betapa terkejutnya melihat New terlihat baik-baik saja,

Hah? Terus siapa yang kecelakaan bangsat! Anak itu punya nyawa berapa sih??? Menyebalkan. Gue kan harus kerja extra ah bajingan lo New Thitipoom. Lihat nanti apa yang akan gue lakuin. Sepanjang jalan rencana jahat Sheila sudah terpikir di kepalanya.

New yang melihat kehadiran Tay dan Sheila, langsung naik pitam. Ia menarik tangan Sheila kencang

“LO! JALANG IKUT GUE SEKARANG... BAJINGAN YA LO SETAN! IKUT GU-” Tay menarik tangan New dari Sheila

“Ah wan sakit... lengan ka ila sakit, sakit sekali. Teman mu kenapa..” Sheila mulai berakting.

“NYUUUUWI APA APAAN SIH. TANGAN KA ILA MERAH KAN! nyuwi tuh kenapa marah gini? Apa karena Awan datang sama ka ila? Nyuwi jangan seperti anak kecil gitu dong. Kan ka ila ga pernah jahat ke Nyuwi.” Lantang Tay menyuarakan membuat New merasakan sakit batinnya.

“Apa lo bilang wan? Ga pernah jahat? LO TANYA SAMA BETINA ITU KENAPA DIA NYELEKAIN SAUDARA SAMA TEMEN GUE!! LO TANYA WAN. AH ANJING LO JALANG” emosi New sudah tak bisa di kontrol, bahkan sekarang Bright dan Off sudah membawa New mundur.

New mencoba melepaskan tangan yang di tahan Bright dan Off bersamaan

“lepasin gue, LEPAS NGGA! BIAR GUE CAKAR BETINA BANGSAT INI. Bri bang LEPASIN GUE!”

“Dek astaga, sabar dulu. Lo kenapa? Tenang dulu ayo duduk”

“bang, dia yang udah mau jahat ke kita. Lo percaya gue kan? Gue adek lo selama 21 tahun bang. H-iks b-ang dd-iaa iblis hiks..” New hampir saja jatuh jika tidak di pegang Bright

“Gue salah apa sama lo Sheila hah? Gue salah apa? Gue pernah nyakitin lo? Gue minta maaf kalo iya. Jangan lo lukai orang-orang yang gue sayang...” terlihat air mata New mulai muncul

“Eh kamu ga ada salah kok. Aku ga ngelakuin itu New. Aku ga mungkin ngelakuin hal jahat seperti itu, iya kan Awan?” PALSU! TUTUR MANIS ITU PALSU!

“Iya Nyuwi, ka ila ga mungkin ngelakuin itu.. ka ila baik kok. Nyuwi jangan asal nuduh gitu. Udah nyuwi duduk dulu aja”

“Wan... lo lebih percaya sama dia? Wan, gue 20 tahun sama lo, lo ga percaya sama gue hah? Wan, gue nyuwi lo. Yang lo bilang dulu, akan selalu lo percayain. Wan, gue siapa sekarang dimata lo...” New menangis, ia merasakan sakit yang teramat.

New pun berlari dengan tangisan yang tak bisa ia bendung

“DEK, MAU KEMANA? THITIPOOM.. ASTAGA DEK” Off berteriak dan menyusul New dengan berlari

Bright bertanya “ini siapa lo Wan? Beneran perempuan baik-baik? Yakin?” Bright menepuk bahu Tay sesaat dan setelahnya berlari mengejar New.

Lee Thanat yang melihat hal itu di depannya, kemudian menunduk dan membuka kertas ancaman tadi.

Sheila.. oh jadi dia wanita bernama Sheila dan juga yang meneror New. Kertas ini harus gue apakan? Gue tunjukan pada mereka? Atau gue harus tutup mata dan egois untuk sesaat? Gue hanya ingin sekali saja bahagia dan itu dengan New, apa boleh Tuhan? Maaf.

Dan pada akhirnya, Lee Thanat memilih jalan untuk egois. Ia remat kertas itu dan membiarkan semuanya bertambah rumit. Tay dengan kesalahpahaman nya dan New dengan perasaan terluka nya.