Sesak.

Ramai.

Penuh orang.

3 kata itu adalah hal yang pas di katakan club malam. Ilha datang ke sini karena penat akan urusan dunia, kerja dan tekanan tanggung jawab berlebih membuatnya membutuhkan hiburan.

Tequila sudah tersaji di depannya. Di goyang-gòyangkan gelas kaca itu dan matanya tengah menatap seseorang dengan paras rupawan, bersinar dan menjadi pusat perhatian di sini.

“No Aeseol.” Celetuk Taeman singkat sembari menjulurkan minuman pesanan Ilha.

Ilha menaikan sebelah alis tegasnya dan mengambil minuman itu. “Aku tidak bertanya Taeman.”

Benar tidak bertanya, tapi matanya terus menatap Aeseol, seolah manusia itu adalah hal  yang sangat menarik.

Tubuhnya meliuk indah. Sorot mata coklatnya mampu menyihir Ilha untuk selalu menatapnya. Aeseol dengan segala gerakan sensual di atas panggung itu lalu jari tak absen memainkan alat DJ di depannya terlihat sangat candu dan indah di pandang. Kemejanya terbuka tiga kancing, rambutnya basah oleh keringat dan racikan nada darinya membuat semua bergerak menikmati itu, membuat Ilha takjub.

DJ No Aeseol, dirinya terkenal dengan gayanya yang tak tersentuh. Singkatnya, aura dia mahal. Dia sangat rupawan, dengan perpaduan cantik dan tampan membalut wajahnya serta tubuh indahnya sangatlah membuat siapapun iri bahkan mau menjadi dirinya.

“Dia tidak akan bisa kau sentuh Kwon Ilha.”

Ilha senyum smirk. “Aku tau.” Setelahnya dia meminum Tequila sampai tandas tak bersisa.

one more but wiski

“Jangan berfikir gila bro, kau tidak akan menculik atau membawanya ke altar kan Kwon Ilha?” Tanya Taeman sembari menyajikan wiski pada Ilha, sahabat dan juga koleganya dalam bidang hukum.

Ya Kwon Ilha adalah hakim. Ilha adalah Eksekutor yang di kenal sangat kejam dan tak pandang bulu. Dan Taeman adalah pengacara, club ini hanyalah hobi dan tempatnya melobi para kĺiennya.


Aeseol sejenak istirahat dan ke meja bar untuk meminum sesuatu yang bisa meredakan hausnya.

Derap langkah Aeseol sangat cantik, seisi ruangan bahkan menatap sang DJ berjalan dengan aura mahalnya. Bahkan bola berkelip di atas tak melunturkan pancaran auranya.

Brendi please.”

Dia tau jika ada orang memandangnya tanpa malu dan tanpa segan, pria itu adalah Kwon Ilha.

Pria itu terang-terangan menatap Aeseol bahkan saat gadis itu meminum Brendi‐nya itu, Ilha masih saja asik memandang jakun itu turun naik karena aliran air yang masuk.

sexy

“Aku bukan pelacur dan tidak menerima ajakan one night stand.” Aeseol mengatakan itu dengan datar bahkan tak menoleh ke arah Ilha sama sekali dan beranjak pergi begitu saja.

Wow.

Pria dengan tinggi 188 cm itu bahkan semakin menaruh ketertarikannya pada gadis yang mungkin hanya sebatas dadanya, 160 mungkin tingginya. how cute is.

Taeman memberi tantangan, dan Ilha suka itu. Ilha suka yang berbau mahal dan gadis 160 cm itu memenuhi kriterianya.

“Coba saja kawan, kurasa kau pun tidak menaklukannya. Berani?” Remeh Taeman dan tertawa sesudahnya, sedangkan Aeseol tampak biasa aja mendengar orang lain menaruhkannya atas sesuatu, dia tak mau ambil pusing dan terus meminum alkoholnya.

Persetan taruhan, dia pun tak berminat mencegah. Lagian buat apa? Tidak ada alasan untuknya tersinggung, kan dia yang memegang kendali atas diirinya, bukan orang lain. Orang lain mau memperlakukan dirinya seperti apa, tentu dia akan melawan jika itu menganggunya. Dia tak selemah itu jadi perempuan, bahkan sertifikat beladiri pun dia punya banyak.

“Ilha” sambar Ilha lancang pada Aeseol.

Gadis itu hanya melirik remeh uluran tangan Ilha dan kembali meminum Brendi itu sampai habis lalu pamit pada Taeman.

“Thanks, Wang. Aku pamit.” Aeseol berdiri dan mengusap leher Ilha singkat. “Brendi better than is you sir.”

Ucapan itu seakan mengejek Kwon Ilha. Seolah minuman alkohol itu lebih baik di banding Ilha? Dilihat dari sudut manapun Kwon Ilha hotter as hell di banding minuman sialan itu.

Bodohnya peia itu sekarang mengakui jika Aeseol memang mahal auranya. Belum pernah dia bertemu seseorang seperti Aeseol.

See you 'pretty savage'.” Balas Taeman.

“Shit!” Umpatan Ilha lantang terdengar.

Taeman tertawa melihat sang hakim bahkan bisa mengumpat. Puluhan kasus mengerikan, ratusan pelaku kejahatan dan ribuan ancaman kematian karena resiko pekerjaannya tak pernah ia dengar Ilha lepas kontrol atau mengumpat. Tapi lihatlah sekarang, Ilha bahkan seperti menemukan kelemahannya yaitu No Aeseol.

“Bung di atas ada jalang, puaskan juniormu.” Taeman melirik celana kerja Ilha mengembung.

Alih-alih mrnjawab, Ilha justru bertanya hal lain, “Dia kau temukan di mana?” Matanya tak lepas memandang Aeseol yang berjalan menjauhinya.

”.... dan tadi 'pretty savage' maksudnya apa?”

“Kau bahkan bisa melihat tindakannya tadi bukan?”

“Dia menarik. Tapi liar. Aku harus menjinakannya terlebih dahulu.”

“Tidak akan bisa. Aku bertaruh club bar ini padamu jika bisa.” Tatapan remeh Taeman dan kembali membuat racikan alkohol.

“Aku pertaruhkan penthouse ku di New York buat kau Taeman.”

Deal, not bad.” Balas Taeman santai dan memberi kontak Aeseol pada teman gilanya itu.

“Ga gratis.”

what you want?” Sengit Ilha.

“Bantu aku memenangkan kasus Paragon Group. Kau hakimnya bukan?”

Then, kau pengacara mereka?” Taeman balas mengangguk.

Deal

Beginilah keduanya melobi pekerjaan. Bar, club golf, hotel adalah tempat sasaran sang korban, sang pelaku dan para judge serta pembela merembukan sesuatu ilegal diluar ketukan palu pengadilan. Taeman memang terlihat santai, namun dia pelobi kasus yang handal. Semua kasus baik perdata dan pidana di tangannya 99% sukses. Tidak selalu curang, kadang dia pun berusaha keras tetap dijalur legal. Semua tergantung nominal. Semakin besar insentif, semakin ilegal dia melalukan pembelaanya pada kliennya.

Berbeda dengan Kwon Ilha. Dia sangat jarang mau dilobi siapapun, semua hasil vonisnya berdasarkan ketentuan hukum. Hanya orang terpilih yang bisa Melobi dirinya. Tak ayal kesombongan pria 37 tahun itu banyak menjumpai musuh. Dia cerdas, cerdik, berani, tegas dan tak tersentuh, sama seperti Aeseol. Selain itu dia juga berasal dari sendok emas, alias keluarganya konglomerat, semakin membuatnya ditakuti oleh pelaku kejahatan.

Mendapatkan hakim Kwon Ilha sebagai hakim putusan mereka itupun sudah termasuk kesialan.