Setelah beres makan mie ayam diluar, Tay dengan kejahilannya berlari ke scooter dan memakai sendirian untuk pulang, meninggalkan New yang sedang sumpah serapah.

JANCIK

KURANG 2.000 DUIT LO TAI WAN

ASU BABI ANJING YA LO WAN

TAWANJING BALIK GA LO HEH

Usaha terakhir New ialah melempar sendalnya dengan kencang ke Tay.

BRUK

Tay terjatuh dari scooter karena oleng dan mencium tanah. manis sekali—aspal jalan.

“RASAKNO KAPOK HAHAHA.”

Tay mengusap-usap pantatnya dan menoleh kebelakang, ada New yang sedang berlari menghampirinya.

Tay dengan cepat berdiri dan....

“WLEE BABAII AYANG, NYEKER SANA. SENDAL KEROPI MU TAK GOWO KAPOK.” Ujar Tay menyebalkan dan melesat cepat dengan scooter itu.

Wushh

New? Dia hanya bisa menganga mengelus dada.

“Gapapa New. Orang waras ngalah. inhale New. Iya bagus, terus smile yang lebar. Bagus. Ga boleh marah, sabar. Iya, sabar.”

New seperti orang gila, berbicara dan bertingkah sendiri. Sedangkan di depan gerobak mie ayam ada dua bersaudara dari blok 12, Jumpol dan Kritt yang juga memesan.

“Ko, ka New ambek bang Tay, luwih gendeng dari yang Kritt pikir. Lihat, ka New nyeker terus senyum bego lagi.”

“Bang Tay juga kenapa sih gondol sendal keropinya ka New? Astaga,,, liatnya aja Kritt pengen nabok dua-duanya.” Sambung sambat Kritt.

“Sinting emang mereka, lo jangan bergaul sama mereka dek.”

Kritt mengangguk, “heum. Bahkan bonbon dan siti lebih waras gasih ko?”

Off Jumpol hanya menjawab iya. Keduanya kini bersedekap tangan di dada melihat keduanya pergi.

“Ko Jum, kata Ka New, ko Jumpol yang harus bayar kekurangan mereka?” Si neng geulis penjual mie ayam itu menepuk Jumpol.

“LOH KO AKU SENG BAYAR?” Jumpol mencak-mencak, sampe gerobak mie ayam di kepruk.

“Wes ko, timbang 2000 ae, ojo benga bengo isin aku. Bayar cepetan.”

Kritt mendorong Jumpol. Jumpol mendelik dan seperti mengisyaratkan 'kok aku sih, moh' dibalas telelapati Kritt 'selak di omelin mommy mie ayam neh gak sampai-sampai'.

Oh tidak, itu hal yang ngeri mereka bayangkan. Mommy mereka adalah cerminannya bu kos galak. Medit iya, galak iya, ngedumel 24/7 iya.

Jumpol pun mau tak mau, mengambil dompet dan mengambil 2000 lalu di berikan ke si neng geulis tadi.

“Loh ko, bayar parkir bukan ke aku. Itu ke mang ujang.”

Off dan Kritt bingung, lah kok parkir?, jangan-jangan ketularan Tay sama.New lagi?. Ya kira-kira begitu kebingungan mereka.

“Loh ya ini buat bayar kurangnya neng geulis.”

Kritt hanya mengangguk.

“Tadi bang Tay sama Ka New belum bayar semuanya. Ka New baru mau bayar eh di kerjain sama bang Tay, jadinya ka New sama bang Tay belum bayar hehe.”

Classic Tay dan New dimata orang sekomplek gayungsari.

Off Jumpol spontan, “JANCIK MENUNGSO BEBAN SAK KOMPLEK GAYUNGSARI TENYU. SABAR OFF SABAR.*

“Jadi berapa? Semuanya?”

“500 ribu ko.”

“APA? BAJINGAN BERAPA MANGKOK KO TEMEN LO NGUNYAH TEPUNG? SINTING.” Kali ini Kritt meng-kaget.

“INI BADHOK MIE AYAM (makan), OPO RENANG AMBEK MIE AYAM ASU. OALAH ANCEN TAYNEW KI KELAKUANE BIKIN AREK SEKOMPLEK NGELUS DODO (dada).”

“Neng ini.” Akhirnya Off mengeluarkan kartu atmnya bewarna hitam itu.

Oh tenang saja, yang jual mie ayam disini, punya mesin edc, jadi bayar pake kartu pun bisa. Komplek gayungsari the next level.

“Suwun yo Ko Jumpol. Tak dungokno (doakan) toko emas sumber jaya keluarga ne koko laris manis yo.”

Jumpol yang terkenal pelit se komplek, pun meng-kesel liat kelakuan TayNew.

“Seng sabar yo ko, wes bar iki tak gondol bonbon ambek siti, ben kapok TayNew.”

Si neng geulis memberi kantongan mie ayam, “dek Kritt ini mie ayamnya 3 komplit.”

“Kritt ambek ko Jumpol balik ya. Makasih ka.”

“Ayo ko pulang. Selak di omelin mommy.”

Mereka pun berdua pulang. Dan saat melewati blok Tay dan New, mereka sengaja gondol sendal TayNew di bawa balik. Sendal rumahan Tay nike pun habis di gondol Kritt dan sendal New adidas pun sama.

Ok. Simbolis mutualisme.

— bersambung.

Epilog

Sewaktu mereka sedang makan mie ayam, ada beberapa orang yang membutuhkan makanan. Emtah itu pengamen, pedagang keliling, dan pencari nafkah lainnya.

“Yang, mesakno. Suruh makan mie ayam sini, ntar gue yang bayar aja. Itu semuanya di bawa masuk aja yang.”

New senyum dan membawa beberapa orang itu masuk dan memberinya makan. Sebenarnya ini bukanlah hal luar biasa, tapi entah mengapa mereka berdua tak tega.

“Dimakan pak bu. Kalau kurang bilang saya ya. Semuanya gratis loh..” senyum yang sangat tulus keluar dari New. Tay? Dia juga ikut senyum melihatnya.

New memang sangat baik, terlampau baik jika mengingat orang baik seperti mereka yang mencari nafkah buat keluarga tercinta.

“Loh ka? Gapapa ini? Makasih ya kaka. Ayo dek, bilang makasih ke kakanya.” Celetuk salah satu tulang punggung usia belasan.

New senyum, dan jongkok menyeramatakan dengan mereka.

“Makasih kaka. Kaka orang baik.”

“Bukan kaka yang baik, tapi itu abang disana yang sedang makan mie ayam —menujuk Tay— yang memberi kalian hadiah atas kerja keras kalian, perantara Tuhan untuk orang baik seperti kalian.”

Adik kecil itu senyum, “kalian orang baik, makasih ya kaka abang. Aku doakan kalian selalu bahagia, di jaga semesta dan di mudahkan rezeki nya aamiin.”

New maupun Tay takjub dengan doa si kecil. Bahkan anak kecil itu lebih tau menghargai seseorang di banding manusia yang mengaku dewasa lainnya. 

“Aamiiin”  sautan semua orang disana membuat Tay dan New mau tak mau merasa terharu.

New pun balik makan ke mejanya.

tes

Air mata itu turun dari mata New. Tay usap punggung New, ia tau New sangat mudah tersentuh jika di perlakukan seperti tadi.

“Gapapa nangis aja. Gue disini, gaakan ada yang bisa liat lo nangis.”

New menoleh, “Wan, kalo gue jadi mereka, gue gaakan sanggup kayaknya....”

“Itu tandanya kita harus banyak bersyukur yang. Tuh Tuhan udah kasih liat, selalu bersyukur dan merasa cukup.

“Iya. Baik banget ya semesta mau ngajarin kita buat selalu bersyukur atas apa yang kita punya.”

“Iya. Udah ayo makan lagi.”

Mereka pun makan dengan khidmat. Tak lama dari itu, Tay melihat dua bersaudara berjalan ke tempat mereka makan mie ayam. Ide jahil pun muncul.

“Wan, paham kan?”

Tay mengangguk pasti.

“Lo lari bawa scooter terus pura-pura jatuh ya nanti.”

“Ok.”

Dan rencana busuk itu berjalan lancar. Tapi tenang saja, uang 500 ribu itu tanpa sepengetahuan New, Tay transfer ke Off. Ia cukup tau diri untuk tidak membenarkan tindakan jahilnya tadi. Begitupun dengan New, dia mentransfer Off tanpa sepengetahuan Tay.

Jadilah Off Jumpol mendapat transferan tanpa nama sebesar 1.000.000. Ia mereka, punya rekening yang bukan atas nama mereka.

Dan Off? Ia mengira, ini adalah buah kesabarannya menghadapi Tay Dan New.

Padahal itu adalah jalan semesta menunjukan bagaimana rasa bertanggung jawab, bersabar dan bersyukur. Dengan cara mereka sendiri, mereka mendapatkan suatu pelajaran yang berharga.

— beneran bersambung.