Tak ada yang spesial sebenernya dari hubungan New dan Tay, hanya hubungan sederhana yang mereka pertahankan 10 tahun lamanya. Tak ada hal romantis yang selalu orang lain lakukan ke pasangan. Tidak ada.

Mereka, hanya menjadi diri sendiri. Tanpa meninggikan dan merendahkan pasangannya. Tidak ada yang lebih dominan, tidak ada yang lebih sayang, tidak ada yang lebih aneh, tidak ada juga yang lebih romantis dan sebagainya. Bagi mereka, satu sama lain sudah pas dengan porsinya masing-masing.

Jika ada masalah? Mereka selesaikan bukan pergi.

Jika ada yang tak nyaman? Mereka akan bilang terus terang bukan mengundang masalah baru untuk memvalidkan ketidaknyamanan itu.

Jika bosan? Mereka melakukan istirahat, dan mencoba bertahan selama 3 hari, bukan malah tiba-tiba hilang.

Dan jika ketahuan berbohong? Haha, ini hampir tidak pernah terjadi. Sejauh ini, belum.

Disinilah kedua pasangan yang di kata aneh oleh kebanyakan teman-temannya. Di sudut ruang tamu Tay. Terlihat New dan Tay memberi makan peliharannya masing-masing.

“Sit, ga ada daddy disini 3 hari lo kesepian ga.” New mendengar itu hanya geleng-geleng kepala.

“Tidak daddy Tay, kan ada daddy New yang nemenin.” Suara seperti tercekit itu New sedang berperan menjadi juru bicara siti—sang singa peliharaan Tay.

Tay reflek mengelus pucuk kepala New.

“Pinternya. Uluululu... gemes.” Yang tadi di atas kepala New, tangan Tay berpindah ke pipi gembil New.

New? Dia tidak menolak di perlakukan seperti itu, malah dia justru senyum lebar dan memudahkan Tay menyubit pipi gembil tu.

“Eh eh kok... haha lucuu kek beruang yang mengelembung pipinya,”

New mendelik dan, “SEMBARANGAN CANGKEMU.”

BRAK

Iya benar, ada kekerasan disini. New toyor kepala Tau dengan telapak tangannya hingga Tay terguling di karpet.

“RASAKNO, KAPOK RA HAH.”

“Babi emang lo yang, pala gue ngebentur marmer, sakit euy.”

Melihat majikannya kesakitan, siti reflek mengaum di depan New.

Roarr roorr aar

New mendelik, “MENENG. DUDUK.” Siti menurut dan duduk, dengan arahan tangan New yang melambai turun.

Siti diasuh New jika Tay flight makanya siti menurut dengan gerakan yang di berikan New.

Tawan relfleks menoleh, “LOH HE SIT, KOK UDAHAN? HEH AYO LAWAN DADDY NE BONBON.”

Tay berdiri dan membawa siti ke depan New lagi. New jengah melihat sifat tak mau kalah Tay.

Siti diam dan masih asik dengan daging merah di mangkuk.

Tay menggaruk-garuk rambut sembari cengegesan. New hanya mengangguk pelan dengan wajah menyeramkan dan menyuruh Tay mendekat. Tay bergidik ngeri karena ia kira New akan melakukan tabok-menabok. Tapi nyatanya tidak.

“Sakit tadi?” Ia usap kepala belakang Tay.

“Ga terlalu sih.”

“Maaf.”

“Ha? Apanya?”

“Ini kayaknya benjol deh, gue ambil kompres dulu.”

Tay? Dia hanya bengong, dia ngebug.

“Bon, daddy lo kenapa? Timbang benjol aja repot, ye gasih bon?”

krik krik

Ya iyalah gaakan dapat jawaban., kan bonbon kura-kura. Justru aneh kalo dia bicara, masuk genius book world record ntar si hijau.

Kura-kura itu mendekati Tay dan menaruh badannya di kaki Tay.

“Berat bon, sanaan ih. Berat lo tu 10 kg ya bon.” Bonbon masih setia menapaki badannya di kedua kaki Tay.

Andai saja Tay bisa bahasa bonbon, pasti Tay akan tau, kalau bonbon sedang memberi kode pada Tay 'heh si bego Tay, lo bakal diginiin sama New nanti, boboan di pahanya. Jangan nolak, karena daddy gue suka maksa. Dibanding lo di gebuk, mending di sayang kan?'bonbon.

Sayangnya Tay manusia normal, bukan paranormal yang punya keahlian khusus, ya contohnya bisa mengerti bahasa Hewan.

Ya walau tidak sepenuhnya normal. Lihat sekarang saja terlihat ingin berantem sam siti karena usil menaikan daging merah itu tinggi-tinggi, ya setinggi harapan orang tua mu.

Jangan baper, udah santai aja, ibadah di kencengin, pasti di buka jalan sama Tuhan, jangan malah baca au homo😀


New sudah kembali dengan set kompresnya. Suruh Tay mendekat, “Wan, sini naik ke sofa.”

Tay menurut dan duduk di sofa.

“Tiduran ngadep TV sini.” New menepuk pahanya, celana pendek pula.

Tay melotot, “heh engga-engga, nanti gue sange berabe dah.”

New sudah ingin menampol Tay, tapi ia urungkan, karena takut si Tay malah bertingkah lebay, seperti 'ah New gue geger otak deh, tadi kan abis benjol juga'

MANA ADA GEGER OTAK KARENA DI TAMPOL DAN BENJOL

New tarik napas, “Sini Wan.”

Tay menggeleng kuat-kuat.

“Tawan, sini. Jangan sampe gue merintah 3x ya ganteng. Gue remes itu lo ya.” New menujuk bagian selatan Tay. Tay refleks menyilangkan tangan di dada dan bagian itunya.

“ASTAGA NEW THITIPOOM. GA GA POKOKNYA ENGGA.”

“KESINI KAGAK LO TAY TAWAN. BURUAN.”

“Ga. Mau. Pokoknya.”

Oke New sudah habis kesabaran dan berdiri menghampiri Tay.

Pruk

Kalo kalian ngira itu tampolan New ke Tay? Kalian benar. New menampol ubun-ubun Tay. Benar juga, kalo bonbon tadi sudah mewanti-wanti Tay jangan menolak.

Bodoh — bonbon.

Gatau deh, serah lo dad — siti.

Kira-kira begitulah isi hati siti dan bonbon, melihat orang tuanya berkelahi bodoh.

Tay sudah menurut dan berbaring di paha New. Kepalanya ia menatap TV dan bagian belakang kepalanya, di kompres New.

Tay mati-matian, untuk tidak menjilat paha putih mulus New. Sumpah demi buah mangga yang Tay colong, dia takut jika dalam keadaan begini.

“Jilat aja kalò mau jilat.” Saran gila New.

Tay memejamkan mata, menenangkan pikirannya.

“Lo kenapa mejem anjing?” New menunduk melihat Tay memejamkan mata dan ujung kaki menguat. Seperti sedang menahan sesesuatu.

New hanya tersenyum, ia tau Tay sedang bergulat dengan hasratnya menyentuh New. New mempunyai sebuah ide. Ia gerakan pahanya.

“Ayang diem pahanya. Gausah gerak-gerak ya Tuhan... meneng.”

New ingin tertawa, tapi ia tahan.

“*Akhh—”

Tay membuka matanya kaget dan berniat duduk. Tapi leher Tay di tahan New.

“Diem aja. Gue ga sengaja desah maaf.”

Tidak, New memang sengaja.

Glup

Terdengar Tay menelan susah ludahnya.

“Wan..”

“Apaa?”

“Kalo gue ga ada...”

“Lo mau ga cari pengganti gue, kalo gue tiba-tiba hilang?”

Tay diam.

New mengelus sesekali rambut Tay. “Kok ga di jawab?”

“Males. Pertanyaan ga jelas.”

“Jelas loh itu.”

Tay makin memejamkan mata, di tambah sapuan hangat New di kepalanya. Memang Tay punya sesuatu hal yang ga semua tau, hanya New yang tau untuk ini. dia akan merasa cepat tertidur jika di usap kepalanya.

Terdengar sangat biasa bukan? Tapi yang membuat New spesial adalah, Tay tidak mengijinkan siapa pun tau tentang ini, ia tak akan membuka ini untuk semua orang. Hanya New, New Thitipoom.

Tay berdehem dengan mata terpejam. “Kalau lo ga ada, gue gaakan nyari yang lain. Yang ada bisa gila gue kalo lo ga ada.”

“Kalo gue meninggal? Kan bukan kemauan gue atau lo yang bisa stay.”

“Emang lo ada penyakit?”

New menggeleng. “Kan gue bilang kalo Wan.”

“Gausah aneh-aneh. Malu tuh di lihat anak-anak.”

“Mereka udah tidur Wan, tuh siti merem, bonbon diem dalam tempurungnya.”

“Lo ga mau nidurin gue juga apa?”

Skakmat

Tay berbalik dan melihat New dari bawah.

“Mulut lo ya yang, mancing mulu. Nanti gue tidurin, malah minta diatas.”

New tak menjawab hanya tersenyum, dia malah asik merapikan poni menjuntai Tay. Ia raba kening itu, mata Tay ia sapu, tak lupa hidung Tay ia sentuh.

Tay yang di perlakukan seperti itu, kini memejamkan mata, membiarkan New mengagumi wajahnya.

“Ini mata punya aku. New Thitipoom.”

“Ini hidung punya aku. New Thitipoom.”

“Ini bibir... juga punya aku. New Thitipoom.”

“Cium dong kalo punya New.”

Wajah New mendekat kearah Tay, semakin dekat, sangat dekat, kini hanya berjarak 7 cm. Baik Tay atau New, membuka mata dan saling menatap dengan sedekat ini.

Dan.....

Cup

Bibir mereka bertemu.

5 detik pertama, hanya diam.

10 detik kemudian, Tay mulai membuka mulutnya.

15 detik selanjutnya, New juga membuka dan mengabsen seluruh isi mulut Tay.

Manis, permen karamel kesukaan Tay menjadi saksi keduanya silahturahmi bibir. Tanpa ada nafsu, hanya ada cinta, ketulusan dan rasa rindu yang melekat.

“Mmh..”

Ciuman itu terlepas, dengan kening yang melekat dan deru napas yang menerpa.

“New, aku mencintaimu. Beri tau aku, jika aku menyakitimu tanpa sadar. Terimakasih, telah ada untuk ku dan menerima kekurangan ku.”

Tay duduk dan mengendong New di depannya. New mengalungkan tangannya di bahu Tay lalu menyampirkan kepalanya di pundak bahu itu.

“Aku juga. Aku mencintaimu. Jangan lihat aku, aku malu Tawan. Jalan aja kedepan.”

Tay hanya tersenyum dan mengendong New ke kamar.

Tay duduk di ranjang dengan masih mengendong koala New.

“Wan..”

“Hm”

Tay memeluk pinggang ramping New dan sesekali ia puk puk punggung New. Karena masih dalam posisi koala, New terlihat seperti anak kecil yang lucu. Sangat lucu.

“Jangan berubah ya Wan. Kalo kita ada masalah, janji untuk mecahin bareng dan ga pergi kemana pun eum.. janji?”

“Janji.”

New duduk tegak di pangkuan Tay dengan menghadap Tay.

“Mau itu-itu ga? Aku udah bersih-bersih hehe.”

“Kamu mau? Kalo mau ayo.”

I want but please.. vanilla ya?”

Tay mengusak hidung New dan bergumam, “With my pleasure my king.”

Keduanya pun larut dalam suasana dan vanila sex itu pun terjadi.

Biarlah itu menjadi rahasia mereka, suatu saat jika saatnya tiba dan mereka mau membuka rahasia itu, akan kutuliskan dengan sangat kehati-hatian.

— bersambung