Tay Tawan dan New Thitipoom

2032, Bangkok.

From : New Thitipoom To : Tay Tawan

Hai, Te. Bagaimana kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja. Jagalah kesehatanmu, jangan terlalu sering makan-makanan yang terlalu pedas, aku tau kau sangat menyukainya. Aku hanya tak ingin tubuhmu sakit karenanya.

Disini matahari tampak gelap, hujan berkali-kali, pelangi tak kunjung datang. entah karena dia malu menujukan dirinya atau enggan singgah. Sudah lama sekali aku tak melihat sosok indah dirimu, mungkin sudah sewindu? Atau tak tau pastinya. Yang ku ingat kala itu hanya raut wajahmu, aku juga ingat sentuhan lembutmu, suara manjamu, senyummu, tawamu, wangimu. Bahkan aku ingat saat kau berusaha menahan air matamu jatuh. Sepertinya kau sangat sulit menjelaskan apa yang kau rasakan pada saat itu. Senang, sedih, marah, kecewa selalu bercampur saat kita bertemu. Maafkan aku yang selalu sulit untuk berkata.

Maaf, aku sudah membuatmu jatuh begitu dalam. Maaf, aku sudah membuang waktumu. Maaf karena saat itu aku memberimu batas, menyangkal perasaan, dan membuatmu mundur perlahan, raguku membuatmu pergi, egoku membiarkanmu menyerah. Apa rasanya sakit dulu Te? Apa sangat menyesakan, ketika aku menolak mu dengan kasar? Kalo iya, maafkan aku. Terima kasih telah menjadi pribadi yang kuat waktu itu.

Kini, terbanglah setinggi mungkin Terbanglah sebebas mungkin Jangan buat cinta barumu ragu, dan akhirnya membuat pilihan yang salah, sepertiku. Jangan menenggelamkan cinta barumu dengan pertanyaan rumitmu. Buatlah dia nyaman, dengan memberinya kepastian. Dan janganlah terlalu mengekangnya. Beri dia waktu sendiri, mungkin dia juga membutuhkan waktu untuk mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu. Jangan lupa untuk selalu membuatnya tertawa, bantu dia berdiri dari lubang kepedihannya. Dan jangan pernah menyerah untuk mempertahankan cinta barumu.

Untuk mencintaimu walau terlambat, aku minta maaf. Kini aku melepasmu. Carilah seseorang yang tidak pernah mematahkan kasih sayang mu. Aku menyesal telah membuat mu menunggu dan menunggu tanpa kepastian hingga akhirnya kau hilang dan tidak pernah kembali.

Te, selama hujan aku memikirkan mu. Bagaimana kalo aku tidak terlambat, bagaimana kalo kamu tidak lelah dan bagaimana kalo saat ini kita masih bersama. Terlihat egois bukan? Iya, itu aku. Maaf. Kuharap dimana pun kamu berada sekarang, selalu makan dengan teratur, jaga kesehatan dan selalu bahagia.

Entah surat ini akan sampai atau tidak kepadamu, aku hanya ingin menulisnya dengan mengingat kenangan samar-samar kita semasa dulu. Bulan menjadi saksinya aku merindukanmu dan hujan menjadi perantara bahwa aku menangisi kebodohan ku dulu.

Aku masih mencintaimu, Te. Meski raga mu tak bisa ku jumpai, indah mata mu tak bisa ku lihat dan hadir mu yang tak pernah ku ketahui. Inilah akhirnya Te, aku masih sangat mencintaimu. Iya aku, Hin mu 2013-2024.

Sewindu telah berlalu, baik aku atau kamu, telah hilang dari ranah yang kita buat untuk menghidupi dan menopang diri dari derasnya hantaman kenyataan fungsi dunia.

Aku ingat kata terakhir mu, kala itu....

Hin, aku pergi. Maaf dan terimakasih untuk semuanya. Aku pamit dengan pilihan orang tua ku. Mungkin, aku akan kembali ke Bangkok, tempat aku dan kamu di pertemukan semesta. Saat itu tiba, sambutlah aku sebagai sahabatmu. Tay Tawan. Jaga diri mu baik-baik dan selamat tinggal Hin. Te pergi ya.

Kuat ku menahan air mata tak tumpah membasahi pipi ku kala itu, kamu menyebutkan kata perpisahan. Ingin ku bicara banyak, namun mulut ku seakan terpatri dan tak mau berucap. Hanya sisa penyeselan dalam diri ku.

Te... aku senang bisa mengenalmu. Sehat selalu disana bersama Hin mu yang lebih baik di banding aku.

Jika semesta mengijinkan, dirimu mau menampakan raga yang lama tak ku lihat dan asa mu mau menerima kata-kata dari ku, maka temui aku Te. Aku merindukan mu. Sungguh.

Sahabatmu, New Thitipoom. ^.^