Ikhlas Bagi Anda, Halal Bagi Kami

Perjalanan menuju tempat kerja kali ini saya tempuh dengan menggunakan angkutan umum bus. Kebetulan lepas pulang kerja, saya dan keluarga ada rencana mengunjungi tempat kelahiran kami, kota Surabaya.

Di dalam bus, seorang musisi jalanan atau yang akrab disebut pengamen menemani perjalanan saya dan penumpang lainnya dengan alunan lagu lawas.

Berbekal suara parau dan gitar akustik, ia pun menandungkan tembang yang membuat saya teringat bapak. Bapak saya adalah pecinta tembang jadul.

Waktu di rumah dulu, bapak senang sekali memutar radio kencang-kencang untuk mendengar lagu-lagu nostagia.

Dan itulah hebatnya musik. Se-enggak suka-enggak suka-nya kita dengan sebuah musik, tapi saat musik itu didengungkan berulang-ulang, lama-lama kita 'terpaksa' ikut nyanyi.

Dan setelah 2 tembang ia nanyikan, musisi tersebut menutup sesi pagi ini dengan sebuah kalimat yang tampaknya menjadi tagline para musisi jalanan.

Ikhlas bagi Anda, halal bagi kami

Merujuk pada nominal uang yang diikhlaskan para pendengar setia terpaksa buat si musisi.

Lepas itu, saya jadi berpikir...tagline saya apa ya?