Terlalu Baik

Dulu waktu masih jaman pacar-pacaran di masa sekolah, salah satu alasan yang cukup 'romantis' buat mutusin cewek adalah

Kamu terlalu baik untukku

Entah kenapa, kalimat itu dari sudut pandang yang mutusin terdengar romantis dan berwibawa. Menciptakan kesan legowo untuk melepas pasangan yang kaya-kayanya jauh dari jangkauan.

Seiring berjalannya waktu, dengan bertambahnya pengalaman dan perspektif baru, kalimat “kamu terlalu baik buatku” itu jadi terkesan cengeng dan letoy.

Alih-alih kalimat itu terdengar seperti Kamu tidak terlalu berharga untuk aku perjuangkan.

Kalau memang maunya seperti itu, kenapa nggak bilang aja terus terang? Takut terkesan jahat?

Sebenarnya ada kok cara lain yang lebih baik buat mutusin pacar dengan manusiawi.

Pertama, seperti proses putus pada umumnya, seyogyanya lakukan di tempat yang cukup pribadi tapi tidak terlalu intim. Misalnya di kantin pas nggak terlalu rame, atau di kafe yang cukup sepi. Jangan mutusin di kamar hotel apalagi kuburan.

Kedua, sampaikan kondisi hubungan kalian saat ini dan seperti apa harapan kalian ke depan. Bisa nggak mimpi kalian terwujud dengan kalian tetap bersama. Kalau memang nggak perlu putus ya nggak usah putus.

Tapi kalau memang harus putus, langkah ketiga, bicarakan baik-baik. Memang berat sih, tapi pastikan kalau kalian sama-sama sepaham bahwa jikalau memang jodoh toh nggak akan ke mana. Mungkin suatu saat nanti kalian akan dipertemukan lagi dalam kondisi fisik, mental, spiritual, hingga finansial yang jauh lebih baik dari hari ini.

Kalau nggak jodoh? Ya setidaknya kalian sama-sama punya chapter indah di dalam buku perjalanan hidup kalian. Chapter yang membuat kalian bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.

Terakhir, mutusin cewek itu berat. Mungkin lebih berat daripada mutusin cowok (saya nggak punya pengalaman di sini). Jangan bikin lebih berat bagi kalian untuk sama-sama move on hanya karena kalian putus dengan alasan cemen seperti kamu terlalu baik buatku.