write.as

🌼🌼🌼🌼 "Keadaannya gak terlalu parah kok, saraf vital yang ada di kepalanya juga baik-baik aja gak ada masalah, tapi kakinya cedera dan harus dibantu tongkat untuk jalan nantinya". Tanaya sedikit menghela napas lega mendengar penjelasan dokter barusan. "Tapi bisa normal lagi kan dok?" tanya ibunya Ben. Tanaya menghubungi orang tua Ben ketika dia sudah tenang dan keduanya langsung bergegas kesini. "Bisa kok retakan nya cuma sedikit dan gak perlu operasi jadi butuh waktu sekitar 3 minggu dia udah bisa jalan normal kok tapi belum bisa kalo mau dibuat olahraga berat atau lari". Setelah penjelasan dokter tersebut, diketahui bahwa Ben akan dipindahkan ke ruang rawat nanti malam. "Tana makasih ya udah jagain Ben" ibunya Ben mendekati Tanaya dan memeluknya. "Iya ma maaf ya Tana gak bisa jagain Ben" ibu Ben mengusap punggungnya dan berkata bahwa itu kecelakaan dan bukan salahnya. "Oh iya ma ini kak Jeffrey temen Tana ini kak Abbiyu dan ini kak Barra" ucap Tana mengenalkan ketiganya kepada ibunya Ben yang Tanaya panggil mama sejak awal dia berteman dengan Ben. Mereka mengobrol sebentar bersama orangtua Ben lalu ibunya Ben menyuruh Tanaya untuk pulang dan beristirahat. "Tapi Tana mau nungguin Ben ma" ucap Tana membujuk supaya dirinya tetap tinggal. "Tana pulang dulu ya kan mama sama papa udah disini nemenin Ben jadi Tana pulang dulu istirahat besok kesini lagi ya" bujuk ibunya Ben kepada Tanaya. "Nalesha kita pulang dulu ya kamu juga butuh istirahat besok kakak temenin kesini lagi ya besok kan Ben nya udah bangun jadi besok aja kamu nemenin Ben nya ya" Jeffrey ikut membujuk Tanaya . Tanaya akhirnya mengalah lalu membiarkan Jeffrey merangkul bahunya dan menuntunnya berjalan. Mereka berempat pulang setelah berpamitan kepada orangtua Ben yang tetap tinggal di rumah sakit. "Kamu gak papa sendirian? Kalo gak nginep di tempat kita aja Ta" tawar Abbiyu yang masih tidak tega melihat kondisi Tanaya. "Gak papa kok kak aku pulang aja, abis ini juga aku mau langsung tidur aja, rasanya energi aku udah abis" Mereka tidak membantah dan mengantarkan Tanaya untuk pulang. Mereka sendiri sebenarnya tidak tega membiarkan Tanaya sendirian pasa kondisi dimana dia masih terlihat shock atas apa yang terjadi pada sahabatnya. Tapi mereka juga tidak mau memaksakan mengingat raut wajah Tanaya sendiri yang seperti tidak berminat untuk menjawab apapun. 🌼🌼🌼🌼