write.as

Pemandangan Wonwoo cuma pake kancut dan ketawa sama apapun itu yang lucu di layar TV adalah yang pertama menyambut Mingyu ketika akhirnya dia pulang ke apartemen malam itu. Wonwoo bener-bener senyaman itu di tempat Mingyu belakangan ini. Bau keringat dan nenteng ayam goreng sebakul hasil dari tanding kecil-kecilan sama fakultas sebelah, Mingyu kemudian nyamperin Wonwoo yang baru menyadari kehadirannya. "Hey ganteng, did you win it for me?" tanya Wonwoo yang dibalas Mingyu dengan mengangkat bungkusan plastik wangi surga di tangannya, nyengir bangga. Mirip puppy yang nunggu pujian habis main lempar-tangkap sama ownernya. Senyum Wonwoo mengembang lebar. "Looks like we're having a chicken party tonight." "Nonton apa sih, seru amat." Mingyu menaruh bungkusan di meja dan merebahkan tubuh di samping Wonwoo. "Nonton OVJ," jawab Wonwoo sambil lalu, fokusnya sekarang ada di Andre yang lagi nge-roast Sule. Oh no! the owner ignores him! The puppy needs some attention! Jadi Mingyu narik tubuh Wonwoo dan nyosor bibirnya— yang langsung dihadiahi bogem mentah. "Hihhh lo tuh bau! mandi dulu sana!" "Temenin yuk," rayu Mingyu, alisnya naik turun. Mesum. Wonwoo cuma ngelirik Mingyu datar dan ngangkat jari tengahnya. Mingyu ketawa ngakak sampe kamar mandi. Mingyu—udah nggak bau dan seger— akhirnya gabung bareng Wonwoo depan TV dan makan ayam goreng mereka. "Gimana tandingnya tadi? ada yang seru nggak?" tanya Wonwoo sambil gigit-gigit potongan dada ayam. Mingyu perhatikan Wonwoo suka makan dalam suapan kecil, beda sama Mingyu yang makan kayak makanannya mau diambil orang. "Hmm biasa aja," balas Mingyu. "Oh. Gue ketemu mantan lo." " Siapa?" "Rowoon. Dia mantan lo kan"? "Hm-hm," balas Wonwoo, nggak tertarik. "Di final tadi gue ngelawan dia. Akhirnya gue menang njir, puas banget rasanya!" "Good for you." "Kasian, kayaknya dia lagi diare," tambah Mingyu, matanya melirik Wonwoo yang tampak acuh. Sadar usahanya gagal buat mancing atensi cowok disebelahnya, tapi juga happy karena Wonwoo keliatan nggak peduli sama cerita mantannya. "Ah gila kenyang banget gue!" seru Wonwoo, merebahkan punggung dan mengelus-elus perutnya lucu. "Sama njir," balas Mingyu tapi mulutnya masih ngunyah. Memulai marathon series favorit mereka yang sempet tertunda, Mingyu narik Wonwoo lagi ke dadanya—yang kali ini nggak ditolak. Sesekali nyuapin Wonwoo potongan kulit ayam yang diterima cowok itu dengan senang hati. Mereka akhirnya ciuman di sofa. Makan. Ciuman. Makan lagi. Satu tangan Mingyu maju-mundur di paha Wonwoo, mengelus pelan. Sesekali meremas, memberi sinyal. Maka Wonwoo bangun dan mereka pun gosok gigi berdampingan di depan wastafel. Wonwoo punya satu set perlengkapan mandi di tempat Mingyu sekarang dan Mingyu pengen nangis ngeliat betapa domestiknya mereka. Di kamar Mingyu, udah ada dia yang nyandar di ranjangnya yang besar, manspreading kayak raja dan ngawasin Wonwoo yang berhenti buat ngelepas kancut dan kaosnya, membuangnya di lantai. "Lo capek kan? mau gue sepong aja?" "Nggak. Gue masih kuat," Mingyu memasang kondom, menunggu Wonwoo yang menjari di hole-nya sendiri. Mingyu menepuk pahanya. "Naik sini." Wonwoo takes Mingyu's cock and then align it with his hole. Mendesah lega ketika punya Mingyu masuk seluruhnya.They started as slow. Desakan pendek-dangkal yang kemudian berujung dengan hentakan dalam tanpa ampun ke pusat tubuh Wonwoo. Merengkuh Wonwoo dan membawa pinggangnya turun menemuinya yang naik. Milik Wonwoo terhimpit diantaranya, beberapa kali melepaskan precum dan menodai perut keduanya dengan putih. Wonwoo mengaduh pelan ketika taring Mingyu menggores kulit tulang selangkanya. "Lo ada masalah apa sih sama collarbone gue?" Wonwoo keheranan sendiri ngeliat kulit pucatnya yang sekarang penuh bercak merah hasil karya Mingyu. Yang ditegur cuma nyengir. "Ada yang pernah bilang nggak kalo tulang lo itu seksi? apalagi kalo lo cuma pake kaos longgar dan ini keliatan...," seolah mendeklarasikan pujiannya, Mingyu membidik sedikit kulit di bagian rongga antara tulang selangka dan bahu cowok di pangkuannya itu, meletakkan diantara bibir, lalu menghisapnya kuat-kuat. Wonwoo merintih pelan. "Bikin kontol gue sakit tau nggak..." Sedetik kemudian, tubuh Wonwoo didorong agar bertumpu pada kedua siku dan lututnya. Ass in the air. Tangan Mingyu dimana-mana. Diantara kakinya, memaksa buat membuka lebih lebar. Lalu di pinggulnya, menekan. "Mingyu bentar—" Wonwoo nggak diberi kesempatan buat melihat Mingyu pun menyelesaikan kalimat waktu tengkuknya didorong kasar ke bawah. Semua kosa kata kayak menguap ketika milik Mingyu melesak pintu belakang Wonwoo untuk kedua kalinya malam itu. Mingyu mengirim hentakan yang bikin jari kaki Wonwoo mengerut. Menggunakan tengkuknya sebagai jangkar, meluncurkan desakan gila-gilaan dan menghabisi nafas Wonwoo yang semakin habis. "...gyu...cepetin...pa—rah! anjing..." Wonwoo meracau, punggungnya melengkung indah. Lembut itu sprei Mingyu waktu pipi Wonwoo menggesek-gesek disana ngikutin tempo Mingyu. Kasar itu kalus Mingyu yang sekarang kerasa menyusuri bahu turun ke punggungnya. Mingyu memang keliatan lebih besar dari Wonwoo tapi dia selalu kagum sama bahu Wonwoo yang jauh lebih lebar. "Kalo lo ayam goreng gue bakal—fuck— makan lo sampe ke tulang-tulangnya, Kak." "An—jing! gara-gara lo bahas ayam goreng gue nggak jadi keluar!" "Sorryyy." "Mingyumingyumingyu nggak kuattt—" "Mana hadiahnya? katanya gue boleh keluar di—di mulut lo." Masih tersengal, Wonwoo bangkit dan duduk di tepi ranjang. Melepas kondom, Mingyu turun ke lantai. Mengocok miliknya cepat cepat cepat di depan mulut terbuka Wonwoo. Satu tangannya di tengkuk Wonwoo, mirip cakar. "Lo udah kerja keras hari ini, Mingyu. Gue bangga sama lo." Wonwoo mendongak memandang Mingyu, kulitnya yang cokelat berkilauan gara-gara keringat. Matanya memuja. Ada geraman keras dan berikutnya Mingyu pun lepas di mulutnya yang udah nunggu. Dalam ketergesaannya, menumpahkan sedikit ke rahang Wonwoo yang tegas. Dia nerima semuanya. Nggak ada satu pun yang lolos. "Jangan ditelen dulu. Gue mau liat," perintah Mingyu, dadanya naik turun. Maka Wonwoo pun menjulurkan lidahnya dan Mingyu pikir pemandangan yang menyambutnya itu setimpal sama lelah dan encok yang dia dapet hari ini.