Rooftop

Setelah mendapat pesan dari Aubree, Kael langsung bergegas menuju rooftop. Dia memang belum membalas pesan darinya, tapi Kael sudah tahu dimana gadis itu akan bersembunyi.

Kael membuka pintu rooftop dengan kasar, dia semakin terkejut melihat Aubree yang sedang duduk santai di ujung rooftop.

“Aubree!”

“Lo mau mati?” tanyanya dengan ketus.

Aubree tersenyum, “Lo khawatir ya?”

Kael memutar bola matanya malas, “Kata lo sesama temen harus peduli?”

Aubree tersenyum lagi, “Oh iya, suka lupa kalo lo temen gue.”

“Lo lupa sama gue?”

“Bukan gitu, kadang sikap lo ngga kayak temen.” jawabnya kecewa.

“Kapan?”

Aubree memilih tidak menjawab, tidak penting. Dia menepuk tempat di sebelahnya, menyuruh Kael duduk di hadapannya.

“Ngga, gue masih mau hidup lebih lama.” tolak Kael.

“HAHAHA, lo ngga bakal mati kok. Paling juga patah tulang doang.”

“Turun, gue obatin luka lo.”

Aubree menggelengkan kepalanya, “Ngga mau, gue mau di sini. Luka gue udah ngga papa,”

Kael berdecak, “Jangan ngeyel! Gue tau lo kesakitan. Makanya ngga usah sok-sokan berantem,” cemooh Kael kesal.

“Siapa yang terima kalo ada orang yang ngomongin dia perempuan ngga baik-baik, apalagi sampe di bilang pelacur, pake pelet supaya deket sama lo. Seolah-olah I don't deserve to be your friends,” curhat Aubree dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

“Sakitnya ngga seberapa sama luka gue, el.” lanjutnya.

Kael terdiam. Tidak tahu harus merespons seperti apa. Sepertinya itu hal yang sangat serius bagi Aubree dan dia perlu berhati-hati.

tiba-tiba Aubree tertawa, “Lo ngga perlu merasa bersalah. Sepenuhnya salah gue karena gue sendiri yang pengin berteman sama lo,”

“Udah ngomongnya?”

Gadis itu tersenyum tipis, “Belum. Sampe ganti bulan belum selesai kayaknya,”

“Sekarang turun.”

“El, gue lagi menikmati ketenangan angin disini, jangan ganggu deh.”

“Luka lo perlu di obati, Aubree.” ucap Kael serius, ada nada sedikit marah di dalamnya.

“Gue kan ngga mau,” jawab Aubree enteng.

“Turun atau,”

“Atau apa?” Sela Aubree.

“Gue ngga mau nganter lo pulang,”

“Ya udah ngga papa, nanti gue pesen gojek aja.”

“Bri,”

“Apa, Kael?”

“Turun,”

“Ngga mau,”

“Turun sekarang. Nanti gue beliin corndog kesukaan lo deh, mau kan?” bujuk Kael.

“Kalo gue masih ngga mau?”

...

“KAELL!”

“TURUNIN GUE! GUE MAU MATI ANJIRR!”

“KAEL, GUE NGGA MAU MATI!”

“Diem,”

“Seriusan el, jantung gue udah lemes banget.” lirih Aubree.

Kael segera menurunkan Aubree dari pundaknya kemudian duduk di kursi yang ada. Kael jongkok di hadapannya dengan muka yang sangat khawatir.

“Lo ngga papa? Mau ke rumah sakit?” tanya Kael cemas.

Aubree tertawa keras, raut muka Kael terlihat sangat lucu.

Raut wajah lelaki itu langsung berubah, “Lo bohongin gue?”

Aubree mengangguk.

“Sialan, sini lo!”

Aubree berteriak lalu berlari dengan sangat kencang. Kael bangkit dari jongkoknya dan berlari mengejar Aubree.

“Kael gue minta maaf!”

“Ngga! sini lo!”

“Kael gue beneran minta maaf!”

“Gue ngga sengaja,”

“Jelas-jelas lo sengaja,”

Aubree berhenti, “Stop! Iya iya gue sengaja.”

Kael ikut berhenti, namun beberapa saat kemudian dia berhasil menangkap Aubree ke dalam pelukannya.

“Kena lo,”

“Kael lepasin gue,”

“Ngga, enak aja lo bohongin gue.”

“Gue minta maaf deh. lepasin ya?”

“Tidak semudah itu,”

“Gue bikinin mango yogurt mau?”

Kael langsung melepas pelukannya, “Deal! nanti malem gue tunggu,”

Mereka berdua saling memandang, kemudian tertawa bersama.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang marah melihat kedekatan mereka berdua di ambang pintu.

To be Continued..