Rayakan aku setiap hari; cintai aku setiap hari -Patricia Venenum

Lelakiku mungkin seribu kata orang. Hiperbola, sekarang cuma tiga, empat kalau kau hitung belut itu. Tetapi tidak satupun bisa mencintaiku seperti yang aku mau. Aku mau dicintai secara ugal-ugalan, tergila-gilalah kepadaku, sampai kepalanya penuh denganku dan hidup barang satu detik tanpa memikirkanku adalah kemustahilan, tak ada celah untuk dia berpaling ke yang lain. Tetapi aku mau sikapnya layaknya bak ksatria, siap menyelamatkan ketika aku dihadapkan marabahaya, kapanpun, dimanapun. dibisikkan cinta setiap hari, puji, sanjung aku, tapi harus jujur, tanpa aku minta. Aku tahu jika seseorang tidak jujur dengan mudah. Yah, pengalaman hidup. Apa ini? Sok tua sekali aku.

Tapi aku tidak mau mencintai siapapun itu, aku cuma mau dicintai tapi tanpa cinta di diriku dan kamu tidak boleh protes padanya.

Sedangkan laki-laki disekitarku? Semuanya egois, semua mau perasaanku padanya, bahkan yang pekerjaannya ksatria itu. Dia sedikit linglung, tapi aku tahu setiap kali bibirnya mau berkata aku menyukaimu.

Jujur saja, yang menarik dari dia cuma mukanya, pada awalnya. Tetapi aku suka, dia polos, kebingungan akan langkahku selanjutnya. Hanya saja, sepertinya dia tidak tergila-gila kepadaku, suka? Iya. Tergila-gila? Tidak. Jika Lilia mengatakannya untuk menjauhiku, pasti dia menurut.

Kakak tingkat yang itu? Terobsesi dengan magicam, capek juga dengan orang seperti itu. Cukup manis, cukup berani awalnya, sekarang sih... Memang kenapa kalau dia kalah nantinya? Harusnya dia menerjang dengan kepala di depan, proklamirkan saja perasaanmu padaku!

Tetapi dia hanya menelan ludah, lidah kelu tiap kali mau mengaku. Pengecut, aku tidak suka. Walau kutolak setidaknya dia mengaku bukan, tidak akan kutinggalkan kok, untuk sekarang.

Yah, sebenarnya akupun begitu sih. Untuk apa berusaha jika sudah pasti jawabannya?

Si belut? Dia menyenangkan untuk dicium, terlalu tidak bisa diprediksi, jika aku bosan, bersamanua menyenangkan, namun aku sendiri tidsk suka gelagatnya dan aku lebih suka menjadi yang meninggalkan.

Bukan datang padaku kalau sedang ingin saja. Lagipula kita rahasia, jika ada yang tahu aku akan pindah dari sini ke NBC esok hari juga.

Oh, yang kalian tanyakan sang pangeran ya, bukan mereka? Kembali ke klausulku, aku tidak mau mencintai. Dan aku, cinta padanya, sialan.

Aku harap ini sesaat, aku harap perasaan ini hilang tiba-tiba ketika aku bangun hari-hari ini. Tetapi tidak, aku masih mencintainya, karena itu setiap hari rasanya terlalu berat, bagaimana aku makin jatuh kalau melihatnya terus menerus? Tetapi menghilang juga tidak bisa, karena aku mau mati jika aku harus melepaskannya secara sadar, secara aktif.

Bagaimana jika dia mendapatkan yang lain? Bibirnya mendarat ke bibir yang lain, bukan bibirku? Tidak boleh. Aku posesif, aku ingin ada garansi hanya aku yang dicintainya, disentuhnya ketika perpisahan tiba.

Aku tidak bisa, aku tidak mampu dan aku tidak suka aku yang seperti ini, tidak berdaya cuma karena lelaki. Bagaimana saat kehilangannya? Setakberdaya apa nantinya aku? Seterpuruk apa akan jadinya aku didalam? Serugi apa aku ketika itu terjadi?

Jika aku bersamanya aku pasti sudah hidup atau setidaknya mau hidup di dunia itu, politik yang memusingkan, salah sedikit mungkin nyawaku taruhannya, beban berbuat baik untuk publik. Aku baik karena aku ingin, aku perhatian karena aku mau, dan itu hanya orang tertentu, hanya kepada yang patut di mataku, untuk apa aku tetap anggun kepada yang menggunjingiku, menyiasatkan hal jahat kepadaku? Tidak boleh balas dendam, tetap anggun, tetap sopan, tetap manis dibawah banyaknya aturan tak bernomor lagi. Berat, tidak bebas.

Aku pada dasarnya adalah orang yang seenaknya, aku suka memilih, aku egois, aku tidak suka konsekuensi dan konsekuensi bersamanya terlalu berat untuk kata iya yang ringan di bibir.

Di masa depan aku mau hidupku mudah, tidak ribet, tidak pusing, dicintai oleh seseorang yang brilian, yang bisa aku banggakan, bisa buat iri, lebih atau setara dengan ayahku pamornya, tapi setia kepadaku sampai akhir hidupku. Terserah di keabadian dia mau kemana.

Kerjaanku menyenangkan, setiap hari aku bisa kerja bersama Vil, kita berdua akan menjadi legenda, mungkin itu berlebihan tapi setidaknya kita berdua bermakna, aku yakin bisa jika Vil yang disampingku. Karena kerikil pun kalau di tangan Vil Schoenheit bisa menjadi berlian. Hanya saja kita sahabat, dan Vil, sahabatku wajib mendapatkan yang jauh lebih baik dariku, yang tulus mencintainya dalam segala tujuan hidupnya yang bahkan akupun bisa lelah.

Dan pangeranku jauh dari kata mudah, pangeran saja sudah ribet, titel dengan beban. Apalagi orangnya, terlalu banyak luka, terlalu banyak borok, egonya egoku dikali dua, untung saja aku paham dari awal, sayangnya membuatku paham kalau dia memang cemerlang.

Terlalu cemerlang untuk ditahan keegoisanku. Aku mau dia bersinar, aku mau orang-orang tahu bahwa dia spektakular, mungkin moralnya abu-abu tapi kamu tidak bisa menyangkal kalau kamu membutuhkannya untuk maju. Sayangnya, kalau aku bersamanya itu artinya aku akan menjadi korban atensi itu juga.

Aku tahu tidak ada yang sempurna, bahkan membuat lelaki yang kuidamkan menurut pikiranku akan berhasil nihil, karena aku pernah melakukannya dan sial saja, ternyata aku bosan sampai mati.

Dengan itu, mungkin aku tidak masalah dicintai sang ksatria dari negeri sana, dia tulus, cuma memandang baikku saja, burukku seakan tidak terlihat di matanya, harap dia melihat burukku ketika kita lulus karena aku akan menghilang dari hidupnya. Ini cuma cinta monyet, tidak seharusnya cinta di sma bertahan hingga ke pelaminan, rata-rata begitu kan? Cuma cinta cintaan.

Dia suka tidur, tapi dia tidak banyak menuntut, aku tahu dia pasti punya borok, hubungan yang aneh dengan Lilia (Ayahnya, kah?). Tapi aku suka dicintai orang baik, aku suka karena di matanya aku indah, ilusiku manis, seakan aku ini memang orang baik, yang patut dicintai.

Dia tidak banyak bertanya dengan jawabanku sedang apa ketika aku menghilang, karena dia percaya, bukan karena tidak mau tahu. Dan dia akan percaya dengan ucapan palsuku kalau aku juga mencintainya. Setidaknya kalau Lilia tidak ikut campur.

Aku tidak mau tahu soal masa lalunya, aku ingin tahu segala hal tapi khusus yang seperti ini lebih minim informasi lebih baik. Karena dia hanya akan jadi kenangan indah. Aku suka melihat matanya karena penuh rasa yang tulus kepadaku. Maaf ya, yang kamu sukai orangnya begini.

Sialnya, nuraniku merasa bersalah memanfaatkan orang baik, aku jadi goyah untuk mengatakan iya, menerima cintanya. Padahal aku mau dirayakan, aku mau dicintai setiap hari oleh Silver, betapa indahnya duniaku jika aku katakan iya.

Atau aku hanya ingin, status Leona jadi ksatria?