cherrysdeluine

Are You the Real Jean?

Zeara tergesa-gesa menuju ruangan club music. Berharap seseorang tidak memberi tahu Jean tentang tweet yang ditulis oleh dirinya. Dan jangan sampai Jean yang melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Dengan gugup juga gemetar, Zeara mencoba membuka pintu pelan-pelan. Setelah terbuka, terpampang jelas wajah Jean yang memasang raut muka masam.

“Lo lama banget, sampe gue harus nungguin didepan pintu gini.” ucap Jean dengan kesal.

Zeara masih diam terpaku, dia mencoba mencerna wajah Jean yang sangat familiar dimatanya.

“Isn't he my crush from two years ago?” gumam Zea dalam hati.

Jean menepuk pundak Zeara dengan sedikit keras hingga membuat Zea tersadar.

“Sakit gila, pelan-pelan.” tegur Zea.

“Ayo masuk,”

Zeara mengikuti langkah Jean dengan matanya yang tertuju pada semua alat musik dan nuansa ruangan yang begitu indah. Dari luar mungkin terlihat biasa saja, namun ketika masuk semua mata akan dibuat takjub oleh ruangan ini.

“Gue tau lo speechless, tapi biasa aja ya mukanya.” tebak Jean yang hanya dibalas lirikan tajam oleh Zea.

“Now, introduce yourself.” perintah Jean sembari menduduki kursi tahtanya.

“Kok lo duduk disitu? Nggak mau, gue kayak mau nyembah manusia dong.” cetus Zea.

Jean berdecak, “Ya terus gue harus duduk dibawah?”

Zea memutar bola matanya, “Lo duduk disini aja, nanti gue duduk disebelah lo. Kan jadi enak,” jelas Zeara dengan semangat.

“Lo mau akad nikah atau memperkenalkan diri?” Jawab Jean dengan cepat.

“Huh, okay.” Zea mengalah supaya dia bisa melarikan diri secepatnya.

“Hallo, Jean. Zeara Anjani, panggil Zea, Ara, atau Jani. Kebanyakan orang manggilnya Zea sih. Kalo umur pasti udah tau, apalagi? Tanggal lahir 21 Agustus, karena udah dikasih tahu nanti harus ngado ya? Ask me anything if you nggak paham, thank you.”

Jean membuka mulutnya lebar-lebar sambil bertepuk tangan.

“Udah kan? Sekarang mau nyanyi. Boleh request,” Lanjut Zea.

Tiba-tiba Jean tertawa.

“Lo mau masuk indonesian idol apa gimana sih? Mana panggilnya Jean lagi, Kak dong. Satu lagi, mulut lo jangan dibiasain kebanyakan ngomong. Orang bosen dengernya,”

“Kepribadian masing-masing orang kan beda. Contohnya lo, memilih memakai pakaian kusut dibanding rapi. Ingin terlihat ganteng tapi jelek,” Respons Zea dengan lantang.

“Ya Allah, keceplosan.”

“Jean, sorry. Lo nggak sakit hati kan? Lo sih bikin gue marah duluan. Tapi lo nggak jelek-jelek amat kok,” lanjut Zeara.

“Hahaha, lo manusia terjujur yang paling pernah gue temui. Sekarang time for singing. Tau lagu Off My Face gak?”

Zeara berpikir sejenak.

“I think there are no people who really tell the truth. Sometimes they talk about something with people around them, but their hearts say the contrary.”

“I know! Justin's song!”

Zeara mulai bernyanyi, menghayati setiap bait lagu dan menyelesaikannya dengan sempurna. Jean sejak tadi hanya diam, memperhatikan Zeara berbicara dan bernyanyi dengan begitu percaya diri.

Jean munyukai point itu dari Zeara. Dia bisa mengatakan hal apapun yang ingin dia katakan, meski sesekali dia enggan berbicara.

“Okay, wanna go now?” tanya Jean.

“How was my voice?” tanya Zeara penuh harap.

“You're doing good.”

“Yeay sesuai ekspetasi,” ujar Zea sambil tersenyum.

“Now, can I ask you something?”

Jean tersenyum tipis. “Anything,”

“Actually, I met someone like you two years ago. Is that you?”

“Where?”

“In my s-,”

Pintu terbuka, gadis berambut panjang itu memasuki ruangan.

“Je, lo disuruh pergi sekarang.”

Lelaki itu menoleh ke arah Zeara, “I've gotta go now, see you next time.”

Zeara tersenyum, memperhatikan kepergian si ketua club musik.

to be continued..

I think there are no people who really tell the truth. Sometimes they talk about something with people around them, but their hearts say the contrary.