SANTORINI PART II


Setelah menempuh perjalan udara yang menghabiskan 1 hari 16 jam untuk sampai ke Athena, ibukota Yunani, Gianno dan Anandra yang terlihat serasi berjalan menuju kapal ferry pribadi milik Gianno. Anandra masuk ke dalam kabin disusul Gianno. Sepi sekali kapal itu karena hanya ada mereka berdua saja penumpangnya. Ya namanya kapal ferry pribadi.

Anandra berdiri di depan kapal atau biasa disebut bow tersebut, sedang menikmati hembusan angin laut. Cuaca cerah menyapanya, matahari terbit terlihat begitu indah. Pemuda tersebut mengenakan kacamata hitam, kemeja putih dengan kancing terbuka dua, dan celana hitam bahannya.

Gianno datang memeluknya dari belakang, mengecup bahunya. Gianno terlihat sama tampannya dengan Anandra. Sama-sama mengenakan kemeja putih, kacamata hitam bertengger di hidung bangirnya, hanya saja Gianno mengenakan celana pendek dan topi pantai berwarna krem. Gianno mengecup terus punggung Anandra, tangannya di usap kekasihnya itu. Disaat seperti ini, perasaan Gianno terhadap Anandra akan meningkat drastis. Cintanya semakin besar kepada Andra.

“Kenapa aku yang jadi Rosè,nya? Kan aku harusnya Jack?” Celetuk Andra. Gianno tertawa, lalu pindah berdiri dihadapannya.

“Aku sayang kamu....” gumam Gianno saat dirinya dirangkul dari belakang.

“Jangan yang—” saat Gianno akan mencium Andra, anak itu menahannya.

“Kenapa?”

“Nanti kapal kita nabrak gunung—”

“Ngaco!!”

Anandra tertawa, kemudian mengecup kening Gianno lama, dan mereka kembali berciuman lembut. Membiarkan angin laut menerpa rambut Anandra, dan topi Gianno, kedua tangan mereka melingkar dipinggang, berpelukan erat. Butuh waktu 7 jam dari pelabuhan Athena menuju pulau cantik tersebut.


Anandra terus berdecak kagum saat dia dan Gianno dalam perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap nanti. Keduanya menuju Desa Oia menggunakan mobil Rolls Royce Ghost V. Desa tersebut yang menjadi destinasi utama semua turis dari mancanegara apabila menyambangi Santorini. Katanya di desa itu rumahnya seperti di gua atau disebut cave houses, dan julukan pulau cantik itu adalah Pulau putih, karena hampir semua bangunan disana di cat putih, dan ada beberapa bangunan yang di cat biru juga.

“Pantes ya banyak yang honeymoon kesini, tempatnya cantik” ucap Anandra, Gianno mengecup lehernya, dan memeluk erat.

“Kita kan honeymoon juga....” bisik Gianno yang bersandar didadanya.

“Entar nikah gak usah honeymoon, kan tiap liburan juga berasa honeymoon, ya,kan?” Andra merangkul pinggangnya.

Gianno hanya tersenyum, dan mengeratkan pelukannya. Andra terus berceloteh sambil menunjuk jajaran rumah atau cafe dipinggir jalan. Setelah menempuh perjalanan satu jam setengah, mereka sampai di hotel milik keluarga Adjieatmadja. Mereka disambut oleh beberapa pelayan disana, kemudian di antar ke kamar yang sudah di reservasi khusus untuk mereka.

“Oh wow.....” Anandra berdecak kagum lagi, saat sampai di kamar VIP Suite mereka. Gianno rebahan di kasur karena kelelahan, tubuhnya remuk. Ngantuk juga.

“Yang itu pantai?” Tunjuk Anandra heboh.

“Hmm...” dehem Gianno.

“Ihh anjirr aku harus pamer dong sama Dika dan Rafael!” Anandra langsung meraih kamera mirrorless. Sementara Anandra memotret keindahan pulau putih tersebut, Gianno tidur pulas.


Anandra yang terlalu excited karena banyak spot-spot foto aesthetic yang bisa ia potret dan dipamerkan kepada teman-temannya, tidak sadar sudah menghabiskan waktunya sampai senja. Matahati mulai terbenam, lampu-lampu juga mulai dinyalakan, pemuda itu tidak sadar sudah meninggalkan kekasihnya sendirian. Gianno pasti marah, apalagi dia tidak membawa ponsel. Namun, saat dirinya kembali ke kamar hotel, Gianno tidak ada. Pria 26 tahun itu tidak ada dikasurnya. Anandra menaruh kamera, dan melepaskan kacamatanya, berjalan ke balkon hotel, namun Gianno tidak ada juga.

Hingga samar-samar, telinganya mendengar suara riak air, seperti tengah ada yang berenang. Anandra berjalan menyusuri lorong cukup sempit, dan— here there are Gianno. Pria itu sedang menikmati senja, dengan setengah tubuhnya berada di kolam renang jernih tersebut. Andra tersenyum, kemudian membuka pakaiannya, celananya, menyisakan boxer calvin klein hitam. Suara riak air menyadarkan lamunan Gianno, dia membalikan tubuhnya, dan melihat Andra tengah berenang menghampirinya.

Pinggang ramping Gianno di dekap erat Anandra, kemudian bibirnya dikecup basah. Bibir mereka rasa air khas kolam renang. Keduanya tersenyum ear to ear, dan Andra kembali memagut bibir Gianno lembut, begitu intim, dan penuh kasih sayang. Gianno hanya membalas ciuman Anandra sambil memiringkan kepalanya, membuka mulutnya, dan lidah mereka bertemu. Keduanya saling bersilat lidah, bertukar saliva, menyapu gigi masing-masing, hingga Gianno mendorong bahu Andra, karena nafasnya mulai habis.

“Habis darimana aja?” Tanya Gianno.

“Jalan-jalan ke depan, gak sadar udah malam lagi aja” jawab Andra sambil merapihkan rambut Gianno.

“Nanti jam tujuh malam kita dinner” tutur Gianno sambil mengalungkan tangannya ke leher Andra.

“Ada nasi padang gak sih?”

Gianno tertawa sambil menyentil pelan dahi Anandra, keduanya bertatapan kembali, begitu intens, dan jujur sekujur tubuh Gianno memanas, sekalipun mereka berada di kolam renang yang dingin.

“Mmhh....” lengguh Gianno kala bibirnya dicium penuh nafsu, kepala mereka bergerak ke kiri dan kanan.

“Haahh....” Gianno memejamkan matanya, saat Anandra mengurut penisnya.

“Sayang sepi disini....” bisik Anandra. Gianno mencium lehernya, memberikan tanda cinta.

“Aahh—” Gianno mendesah, saat penis miliknya dikocok dan ditempelkan dengan penis Anandra.

“Hhmm...” Andra memejamkan matanya, tangannya bergerak naik turun mengurut penis mereka.

Bibir mereka bertemu kembali, Gianno meremas pantat Andra merapatkan tubuhnya. Suara riak air kini berganti dengan desahan pasangan tersebut. Andra mempercepat gerakannya, Gianno memeluk erat lehernya, menempelkan dahinya di pipi Andra. Lututnya lemas, dan dia akan segera keluar.

“Aaah— andraahh~” Gianno mulai tidak diam.

“Aah~~” Andra menyembunyikan wajahnya di leher Gianno. Keduanya keluar bersama.

Celana boxer Gianno Andra turunkan, kemudian menaruhnya disamping kolam renang, begitu juga dengan miliknya. Mereka naked sekarang, Gianno mencium bibir Andra lagi, menggigitnya, dan menyesapnya. Andra menarik pinggang Gianno, mengangkatnya, dan melingkarkan kakinya dipinggang. Di dalam air penisnya menggesek belahan pantat Gianno. Gianno melengguh kembali, begini saja dia sudah turn on lagi. Terus Anandra menggesekan penisnya di belahan pantat Gianno, Gianno melengguh keras, dia ingin Andra didalamnya.

“Masuk please...” Gianno mengarahkan ujung kepala penis Andra ke lubangnya.

“Katanya mau dinner....kamu gak bisa jalan nanti” bisik Andra. Gianno furstasi, dia hanya ingin digempur.

Fuck me...please?” Mohonnya. Andra mengecup keningnya, kemudian membalikan tubuh Gianno.

Langsung saja benda tegak itu merangsak masuk ke dalam lubang anal Gianno. Sempit, sesak, Andra kesulitan bergerak, namun Gianno terus menggoyangkan pinggulnya.

“Ah—aaah—aah!” Desah Gianno saat Andra bergerak maju mundur.

“Ohh....Gianno” Andra mengocok penisnya sambil terus mendorong masuk penisnya.

Suara riak air di iringi desahan mereka menggema memenuhi ruangan serba putih tersebut. Sekalipun didalam air, Gianno sedikit berkeringat, dan terus melengguh memanggil nama Anandra. Hentakan di analnya semakin cepat, menyentuh sweet spot-nya berkali-kali, hingga tubuhnya melengkung sempurna.

“Andraah—aah! Saya—sayanghh” Gianno tubuhnya bergerak tidak karuan, kepalanya bersandar di bahu Andra.

“Nungging” Andra menarik pinggangnya agar menungging. Kemudian menggenjot lubang Gianno dengan cepat. Pemuda itu mendongakan kepalanya, Gianno memang selalu seenak ini.

“Aaah! Andraahh!” Gianno mengcengkram lengan Andra yang memeluk pinggangnya.

“Lihat.....sunset aja kalah indah sama kamu sekarang....” Andra merapatkan tubuhnya, semakin mendorong ke dalam penisnya.

“Aahh! Aaah!” Gianno memejamkan matanya, satu kakinya diangkat Andra, dan tumbukan cepat kembali dirasakan olehnya, menyentuh sweet spot lagi, dan lagi.

“Keluar?” Bisik Andra ditengah geraman nikmatnya.

“Aahh—iyaa—-andraaah” Rengek Gianno. Andra mengocok penis Gianno, memainkan twinsball-nya dan membuat kekasihnya menggelinjang tidak diam.

“Aaah! Aaghh!”

“Ughhh...hhh”

Mereka keluar bersama, Andra menyemburkan semua cum-nya inside Gianno's hole as always. Kaki kanan Gianno bergetar hebat, tanda itu cum terbaiknya.

Andra menghimpit tubuh Gianno yang lemas, bertumpu pada tembok kolam putih tersebut. Mencumbu setiap inci kulit bahu Gianno, meninggalkan bekas ungu kemerahan, memainkan puting membuat pemiliknya geli. Anandra membisikan kalimat cintanya, membuat pipi Gianno merona hingga telinganya. Keduanya menikmati matahari terbenam dengan berciuman kembali, tanpa melepaskan diri. Anandra memeluk Gianno erat, erat sekali, dan terus menyesap bibirnya.

I love you....” bisik Andra. Gianno tersenyum.

I love you too sayang....” Gianno mengecup lengan kekar Anandra.

Kemudian mereka melanjutkan ronde kedua di balkon hotel mereka. Sembari menunggu hidangan dinner selesai, Anandra kembali menggempur Gianno diatas sofa panjang yang menghadap ke pantai tersebut. Gianno pasrah ditumbuk terus menerus sweet spot-nya, rela bibirnya dipagut rakus hingga sedikit sobek, nurut sama tubuhnya diposisikan bagaimanpun oleh Anandra.

Cairan putih Anandra melumasi penisnya, semakin mempermudah genjotan di anal Gianno. Gianno mendesah setengah menjerit saat Andra terlalu cepat bergerak. Tubuh Gianno dihimpit dari atas dengan posisi telungkup, kedua tangan pria itu Anandra silangkan didadanya, sementara kaki Gianno dibuka lebar memperlihatkan lubangnya merekah lebar akibat hujaman penis Anandra.

“Cantik banget....” Andra meremas pantat sintal itu, kemudian memukulnya sekali. Gianno menggeram pelan.

“Kamu tuh indah banget Gianno, kalau sedang aku gempur begini” Anandra merekahkan pantat Gianno, melihat batang penisnya masuk sempurna di lubang Gianno.

“Bisa pink gini warnanya...” ucap Andra. Dia melihat twinsball Gianno tertekan, dan lengket penuh dengan cairan cum-nya. Gianno jelas sudah merona hebat dibalik bantal.

“Aaah...” Gianno mendesah saat Andra melepaskan dirinya. Keluar langsung semua cairan putih itu. Membasahi sofa putih tersebut.

“Andrah~~” rengek Gianno.

“Bentar aku ambil handuk sayang...” sahut Andra sambil mengenakan bathrobe dan mengambil handuk basah. Lalu membersihkan bekas tempurnya.

Ada rasa perih sedikit di lubang analnya, dan Gianno menggeliat pelan saat Anandra menjilat lubangnya, menghisapnya, pantatnya kembali direkahkan. Gianno melengguh.

“Mau dinner disini aja?”

Anandra memakaikan bathrobe ke tubuh Gianno yang lemas. Pemuda itu merapihkan rambut hitam Gianno, mengecup bibir dan keningnya. Gianno tersenyum merasakan kasih sayang Andra disetiap kecupan dikeningnya.

“Bisa jalan gak?” Goda Anandra. Gianno memukul bahunya.

“Aku gak lemah!” Gianno bangkit, jujur analnya terasa kebas dan perih, tapi dia bisa menahannya.

“Kita dinner bareng salah satu staff perusahaan aku yang sedang kemari juga” tutur Gianno sambil mengenakan pakaiannya.

“Siapa? Katanya mau melipir tapi malah ketemu staff” tanya Anandra.

“Cuma dinner bareng saja, gak ngobrolin kerjaan” Gianno merapihkan rambutnya dan mengenakan kacamata bulat khasnya.

“Iyaa sayang...” Andra yang sudah selesai dari awal menangkup pipinya, lalu mengecup bibir Gianno.