eunlu + one-sided;

Lee Luda tidak tahu secara persis sejak kapan ia mulai menaruh perasaan pada Son Juyeon.

Bahkan, tidak pernah terlintas di dalam benaknya bahwa akan tiba hari di mana ia mampu menyukai seseorang sedalam ini. Luda sempat mengira bahwa dirinya adalah seorang aseksual, dan sungguh, apabila memang benar itu seksualitasnya ia sama sekali tidak masalah. Sebab, tidak ada yang lebih menarik baginya dibandingkan berkutat dengan game yang telah menemaninya selama lebih dari 20 tahun ia hidup.

Namun, Eunseo membuat jatuh cinta menjadi suatu hal yang mudah dan wajar.

Eunseo paling bersinar di atas panggung; saat lampu panggung menyorotnya, lensa kamera merekam tiap gerakannya yang lincah dan penuh semangat, dan sorakan riuh penonton meneriaki namanya.

Eunseo mengayomi; dengan caranya memberikan afeksi dan gestur hangat kepada siapa pun tanpa terkecuali. Eunseo selalu merangkul, menanyakan keadaan tiap anggota, dan memastikan tidak ada satu pun yang merasa terasingkan.

Eunseo bagaikan matahari; dengan senyumnya yang begitu lebar dan tingkah lakunya yang jenaka–walau terkadang itu membuat anggota lain menanyakan motif dibalik perbuatannya hingga kewarasannya.

Eunseo begitu terang, hingga kadang Luda bertanya-tanya apakah boleh ia berada di dekat Eunseo, sekadar menikmati pancaran sinarnya yang hangat.

(Dalam benaknya, Luda pun memutuskan bahwa jatuh cinta dengan Eunseo bukanlah suatu hal yang sepenuhnya mustahil.)

Di sisi lain, Luda adalah seorang wanita yang mengutamakan logika dan rasionalitas dibandingkan apa pun.

Sebagai seorang idola yang namanya dielu-elukan baik di atas maupun di luar panggung, tidak mungkin dan tidak seharusnya ia jatuh cinta. Terlebih, pada salah satu anggota grupnya sendiri yang terkenal sebagai perayu ulung, baik di kalangan penggemar maupun anggota lainnya. Berulang kali sudah ia berusaha untuk merasionalisasi perasaannya; berharap akan menemukan titik terang barang sedikit yang mampu menunjukkan bahwa perasaannya ini salah, bahwa ia telah keliru mengidentifikasi perasaan cinta ini dengan kasih sayang sebatas antarteman atau antarsaudara, namun nihil.

Perasaan itu—apa pun itu namanya, Luda tidak ingin mengakuinya—justru semakin hari semakin bertumbuh bagaikan tumbuhan yang senantiasa disiram oleh air.

Terkadang, Luda percaya bahwa mungkin otaknya sedang mempermainkannya; mengelabuinya karena Eunseo tidak seperti orang mana pun yang pernah ditemui di dalam hidupnya, begitu ramah dan memancarkan kehangatan yang mirip dengan rumah sehingga membuatnya nyaman.

Tapi itulah Eunseo, seorang entitas yang dengan ajaibnya selalu mampu membuat segala sesuatu yang terasa mustahil menjadi mungkin.

Luda sama sekali tidak masalah melakukan skinship, terlebih skinship adalah suatu hal yang lumrah dalam dunia idol. Namun, melakukan skinship dengan Eunseo hampir selalu sukses membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Meski terasa canggung pada awalnya, semakin hari Luda semakin menikmati skinship yang terlampau sering dilakukan oleh Eunseo hingga terkadang ia sedikit mendambakannya–suatu hal yang mustahil terjadi pada dirinya di masa lampau.

Itu aneh.

Bertemu dengan Eunseo telah membuatnya sedikit banyak berubah dari berbagai aspek.

(Dan ia tidak tahu apakah itu merupakan suatu hal yang baik.)

.

“Luda unnie, apakah unnie sadar kalau unnie menatap Eunseo unnie seolah kedua matanya menyimpan jutaan bintang dan galaksi di dalamnya?”

Adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Yeoreum dengan polos saat mereka tengah beristirahat di ruang latihan. Anggota-anggota lain sedang sibuk dengan jadwal pribadinya masing-masing, sehingga di sinilah mereka; hanya berdua, berusaha untuk menyempurnakan langkah tarian.

Luda yang tengah menenggak air dari botol minumnya otomatis tersedak, sama sekali tidak menyangka Yeoreum akan bertanya demikian.

“U-unnie...! Maaf, Luda unnie gapapa?”

Tapi, Yeoreum tetaplah seorang Yeoreum, tetap berusaha membantu dengan menepuk-nepuk punggungnya meski baru saja menanyakan pertanyaan yang sama sekali tidak masuk akal.

(Yeoreum memang anak yang baik, perlu Luda akui itu.)

“Gapapa kok,” ucapnya, menaruh botol minumnya kembali ke tempat semula. “Tapi aku nggak paham sama yang kamu ucapkan barusan, Yeoreum.”

Yeoreum terkekeh mendengarnya, lantas Luda membalasnya dengan mengerucutkan bibir tidak suka.

“Aku nggak bercanda, unnie. Luda unnie tahu ‘kan aku hanya akan bercanda di situasi yang tepat. Aku sengaja ngomongnya sekarang karena kebetulan kita cuman berdua.”

“Jadi, poin kamu?”

“Aku ingin unnie untuk menghadapi–bukan, mengakui–perasaan itu. Aku tahu kok kalau unnie terkadang cemburu saat Eunseo unnie terlalu menempel dengan anggota lainnya. Unnie cukup transparan, kau tahu?”

Luda tertegun mendengarnya. Tidak menyangka bahwa salah satu yang termuda di grup memperhatikannya begitu detailnya, menyadarkannya bahwa perasaannya nyata, dan usahanya untuk menyembunyikan perasaan itu sia-sia. Itu membuat Luda menelan ludahnya, membasahi kerongkongannya yang mendadak terasa kering. Kekhawatiran terpancar dari sorot matanya.

“Kamu nggak masalah, Yeoreum? Nggak masalah kalau aku ternyata beneran suka sama Eunseo? Anggota grup kita sendiri? Sesama idola? Sesama... perempuan?”

“Unnie… Apa yang kamu khawatirkan sih kalau grup kita saja sebegitu fruity-nya,” Yeoreum terkekeh, kemudian mengambil dan mengusap punggung tangannya. Ia tersenyum afirmatif. “Setidaknya aku akan berada di sisimu, unnie. Aku janji.”

Maka, Luda pun memeluk erat Yeoreum. Kekhawatirannya kini sirna, tergantikan dengan rasa terima kasih dan secercah harapan. “Terima kasih, Yeoreum.”

(Hari itu, Luda memutuskan untuk menyatakan perasaannya.)

.

Nyatanya, merealisasikan niat bukanlah suatu hal yang mudah. Justru sulit, dan sebaiknya ia kubur dalam-dalam niatnya itu.

Eunseo muncul bersama dengan Bona di ruang tengah asrama dengan jari saling bertaut dan pipi merah merona.

“Kita sekarang pacaran, hehe,” ujar Eunseo kikuk, sementara Bona meninju pelan sisi kiri Eunseo karena malu.

Untuk beberapa saat, hening mengisi ruangan—terlalu terkejut untuk merespons—hingga akhirnya para anggota lain (Exy, Dayoung, dan Soobin, khususnya) bersorak penuh dengan suka cita kemudian membombardir pasangan baru itu dengan sejumlah pertanyaan.

Luda tidak bertanya banyak. Hanya memberikan senyuman tipis pada Bona maupun Eunseo, kemudian menepuk usil pundak yang lebih muda. “Cie, Jyani, cie~ Jyani bisa beneran nembak anak orang, toh.”

“U-unnie!”

“Yaa, selamat deh untuk kalian berdua. Aku beneran senang untuk kalian, sungguh.”

.

Luda mempelajari beberapa hal hari itu.

Bahwa jatuh cinta dengan Eunseo merupakan suatu hal yang mudah, sebagaimana Eunseo dengan mudahnya menghancurkan hatinya.

#eunlu #wjsnfics