instagram

Gak ada orang yang baik-baik aja pas patah hati. Begitu juga gue.

Gue dengan teh kotak dan sepiring nasi dihadapan gue. Oh, gak lupa juga semangkuk soto yang masih ngempul asapnya jadi saksi hari ini. Kali sosial media bisa jadi salah satu penyebab patah hati gue.

Fuck Instagram.” Gumam gue. Kecil dan cuma gue doang yang bisa dengerin kayaknya setelah melihat salah satu Insta Story di salah satu akun temen gue.

Gue pun segera menarik soto gue dan membiarkan handphone gue tergeletak begitu aja di atas meja.

Harusnya emang gue usah buka Instagram. Karena emang setoxic itu. Hal-hal yang gue hindari malah terpampang jelas biarpun udah kelewat 15 jam yang lalu.

Gue sering bilang ke temen-temen gue kalo yang menyakiti diri kita sendiri itu bukan orang lain. Melainkan diri kita sendiri yang membiarkan orang-orang itu menyakiti kita. So, here we go. I let those people to hurt me. Bego banget kan? Emang bego banget gue tuh.

Enggak. Gue gak nyalahin mereka yang nyakitin gue. Gue aja yang merasa tersakiti padahal mereka gak ngapa-ngapain. And once again i just want to say is i’m the only one who let people hurt me. Not those people.

“Sial!”

Gue langsung cepat-cepat menghabiskan soto dan nasi gue sebelum oknum yang gue lihat masuk kantin itu melihat gue. Tapi sayangnya gue ini ceroboh. Karena buru-buru, gue jadinya keselek. Dan hal itu bikin oknum itu melihat ke arah gue. Sekarang dia berjalan mendekati gue.

“Eh lu kenapa? Sendirian aja apa gimana?” Tanya dia. Dia gak sendirian btw. Dia sama temennya yang juga temen gue. Lingkup pertemanan kita emang kecil. Atau lingkup gue aja yang emang sekecil itu? Yaudahlah gak usah dibingungin.

“Keselek. Dan iya gue sendiri. Lo pada mau makan?” Tanya gue balik. Pura-pura oke dulu. Biar gak ketara walaupun pasti mereka bakalan tau gue gak baik-baik aja soalnya gue ini kayak buku, mudah ke baca even sama orang yang gak deket sama gue.

“Makan lo kayak kuda apa gimana sampe keselek. Eh btw gue sama Wooyoung duduk sini ya.”

Tanpa persetujuan gue, dia dan temennya—si Wooyoung—duduk di depan gue.

“Yaudah gih duduk. Gue juga mau cabut.”

“Dih cepet amat. Baru juga gue duduk. Sini dululah.” Katanya yang gue yakin sih basa-basi aja.

“Aduh, ada kelas gue.” Gue mengangkat mangkuk dan piring gue lalu ngebalikin ke warungnya. Si Wooyoung ikutan ke warung soto sama gue.

“Cabut dulu, San.” Ujar gue sembari ambil tas dan handphone gue yang menyala karena ada notifikasi.

San—orang yang gue maksud tadi—mengangkat wajahnya sebentar lalu kembali fokus sama handphonenya. “Ohiya. Tiati lo. Jangan cabut kelas mulu.”

“Hahaha iya. Duluan ya.”

San gak memperdulikan gue yang cabut dari kantin karena dia sibuk sama handphonenya. Dan sialnya gue gak sengaja liat apa kesibukan dia dengan handphonenya. Chatnya dengan salah satu teman dekat gue yang kini menjadi pacarnya. Dan hal itu bikin gue patah hati. Lagi. Setelah tadi melihat Insta Story 15 jam lalu.

San, kenapa lo harus jadian sama orang yang jadi tempat curhat gue soal lo? batin gue saat meninggalkan kantin dengan patah hati yang semakin parah.