Saguru POV.


“Kenapa tiba-tiba meminta menginap di rumahku sekarang sih, Aku belum bersiap menyambut kedatanganmu loh padahal. Kalau Kau bilang menginap besok, Aku kan bisa bersiap-siap dulu sekarang”.

Dia terus menggerutu setibanya Kami di rumahnya, rumahnya cukup besar dengan nuansa klasik. Tidak ada orang lain di rumahnya selain Dirinya dan satu pelayan laki-laki keluarganya yang terlihat berumur sekitar setengah abad.

Saat ini Kami tengah berada di kamar miliknya. Aku merebahkan tubuhku di kasurnya, setelah mengganti seragam sekolahku dengan pakaian lama milik ayahnya yang masih tersimpan di lemari orang tuanya.

“Di mana orang tuamu? Kau tinggal sendiri dengan satu pelayan keluargamu?”. Tanyaku penasaran.

“Yaa, Aku memang tinggal sendiri di rumah ini bersama pelayanku, Mereka menetap di luar negeri saat ini karena urusan pekerjaan Mereka”. Jawabnya sambil merapikan meja belajar miliknya. Aku menatap punggungnya lamat-lamat, dan Aku bangkit dari kasurnya kemudian berjalan menghampirinya. Aku peluk gadis di depanku dengan erat. Aku merasakan tubuhnya menegang di pelukanku yang terasa tiba-tiba, beruntung Dia tidak melawan dan membuatku mempererat pelukanku.

“Biarkan seperti ini sebentar”. Mendengar permintaanku, Dia semakin rileks dalam pelukanku. Aku rindu memeluknya seperti ini. Aku rindu aroma tubunya yang baunya tercium seperti mawar, setiap kali Aku berada sangat dekat dengannya. Tapi, tiba-tiba Aku teringat akan suatu hal, Aku membalikkan tubuhnya sehingga Kami berhadapan.

“Hei, Kau belum memberianku kado untuk ulang tahunku kan?”. Tanyaku dengan posisi masih memeluk Dirinya.

“Ehh, uhm yaa, Aku tidak tahu kalau Kau berulang tahun hari ini, jadi Aku belum sempat memberikanmu kado ulang tahun”. Raut wajahnya berubah menyesal ketika mendengar pertanyaanku barusan. Aku hanya menyeringai puas akan ide yang terlintas di otakku.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kadonya Aku terus memelukmu sampai pagi. Tidak boleh lepas! Aku juga ingin tidur dengan terus memelukmu, jadi Kau tidak perlu repot mencarikanku kado ulang tahun. Bagaimana, setuju?!”.

“A-APAA?!?!”.

“Baiklah, Aku anggap itu persetujuan dari Dirimu”.

“HEI!”

Aku kembali mempererat pelukanku, dan kali ini tidak akan aku lepaskan. Aku tidak peduli jika Diriku terkesan seenakya saja bagi Dirinya, yang penting Aku bisa kembali memeluknya seperti dulu lagi.