write.as

🌼🌼🌼🌼 Tanaya mendorong pelan pintu kamar Jeffrey dan masuk sambil ditangannya membawa kemeja hitam milik Jeffrey yang tertukar dengan jaket milik nya. Tanaya tercengang ketika melihat 'lemari pakaian' yang dimaksud oleh Jeffrey tadi. "Wah gila ini mah 2x luas kamar gue di toko" kagum Tanaya sambil melihat ke sekelilingnya. Tanaya berputar-putar untuk menebak lemari bagian mana yang kira-kira menyimpan jaket miliknya karena Jeffrey sendiri memisahkan pakaian nya sesuai dengan kategorinya. "Kayak nya disitu deh aw_" Tanaya mengaduh ketika kakinya terbentur kaki meja membuatnya nyaris terjatuh jika dia tidak menumpu tangannya di sebuah manekin berbentuk kepala rusa tak jauh dari nya. Grrttt... Tanaya terkejut ketika sebuah lemari yang terletak di dekat pintu tiba-tiba bergeser. Dia mendekati lemari tersebut dan melihat bahwa dibagian belakang lemari itu ada sebuah ruangan. "Ruangan apa nih?" gumam Tanaya dan tanpa sadar kakinya terus melangkah masuk kedalam. Tidak ada yang istimewa sejauh yang dia lihat di dalam ruangan tersebut, hanya ada beberapa peralatan seperti, panah, senjata laras panjang, dan berbagai pisau dari segala jenis bentuk dan ukuran. Tanaya mengedarkan pandangannya dan tatapannya jatuh pada sebuah peti kaca yang terletak tengah ruangan. Tanaya berjalan mendekat untuk melihat lebih dekat lagi apa isi di dalam peti tersebut. Semakin dia mendekat tiba-tiba saja potongan-potongan adegan yang sebelumnya sudah sering dia lihat di mimpinya itu muncul kembali seiring dengan langkahnya yang semakin mendekati peti tersebut. "Ap- apa ini?" Tanaya melihat sebuah pedang yang selama ini selalu dia lihat adalah pedang yang digunakan Jeffrey untuk membunuhnya di dalam mimpi tersebut. Kilasan-kilasan yang seperti menggambarkan sebuah masa lalu terus-terusan menghantam kepala Tanaya. Tanaya menyentuh ujung pedang tersebut menggunakan ujung jarinya dan potongan-potongan memori itu semakin deras mengalir di dalam otaknya. "Hiks.... Hiks...." Tanaya mulai menangis sambil memegangi dadanya yang terasa sesak serta kepalanya yang tiba-tiba dibanjiri memori masa silam itu membuatnya pening seketika. "Kak Jeff hiks....." ya detik ini juga Tanaya tersadar, dari awal semuanya bukan lah 'hal wajar' baik Abbiyu, Jeffrey, Barra bahkan dirinya sendiri semunya tidak ada yang namanya kebetulan. "Na- Nalesha?" Jeffrey tiba-tiba sudah berada di ambang pintu masuk dan terkejut ketika melihat Tanaya yang sedang berdiri dan menangis didepan peti kaca itu. "Jeffery...." gumam Tanaya pelan, Jeffrey melebarkan matanya ketika Tanaya menyebut namanya. "Nalesha kamu...." Jeffrey mendekat tapi Tanaya bergerak mundur menghindarinya. "Na- Nalesha?" Jeffrey mengulurkan tangannya untuk menggapai Tanaya tapi lagi-lagi Tanaya menghindar dan semakin menjauh dari Jeffrey. "Ka- kamu inget semuanya? Nalesha aku minta maaf aku mohon". "Kamu Jeff kamu yang penghianat bukan aku, ka- kamu gak pernah percaya sama aku dan tega lakuin itu ke aku,". "Gak sayang aku salah...aku salah iya aku tau tapi please aku minta maaf aku minta maaf banget sama kamu Nalesha aku bodoh aku harus nya percaya sama kamu aku harusnya gak dengerin omongan orang lain, aku harusnya sadar kalo mereka cuma mau kita hancur, aku mohon maafin aku Nalesha aku minta ampun sama kamu". " Aku takut Jeff sama kamu aku takut banget". Jantung Jeffrey serasa dicabut dari tempatnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Tanaya Jeffrey kembali ingin menggapai tubuh Tanaya tapi lagi-lagi Tanaya menghindar dan menampakkan ekspresi ketakutannya. "Sayang please Nalesha maaf aku minta maaf kamu mau hukum aku kayak gimana lagi biar kamu maafin aku, aku minta maaf aku bener-bener nyesel banget Nalesha aku mohon". Jeffrey jatuh berlutut di hadapan Tanaya sembari memohon supaya Tanaya bisa memaafkannya. Abbiyu dan Barra masuk kedalam karena mendengar suara mereka dari luar. Tanaya berlari keluar ruangan dan Jeffrey ingin mencegahnya tapi Barra menghalanginya. "Nalesha!! Nalesha jangan pergi aku mohon jangan pergi lagi!!!" teriak Jeffrey yang badannya ditahan kuat oleh Barra. Abbiyu lantas memeluk Jeffrey menenangkannya, ya dia membiarkan Tanaya pergi karena dia tahu Tanaya pasti butuh waktu untuk mencerna semua nya. "Abbiyu! Nalesha Abbiyu dia mau pergi lagi Bbiy jangan hiks gak boleh Bbiy dia pergi lagi Bbiy gue harus apa? Gue harus gimana?" tangis Jeffrey di dalam pelukan Abbiyu. "Gak Jeff dia pasti bakal balik lagi kok tunggu ya dia cuma perlu waktu Jeff lo tunggu ya bisa kan sebentar aja kok kali ini sebentar aja" bujuk Abbiyu sambil mengusap rambut Jeffrey yang menutupi wajahnya. "Nalesha Bbiy". "Iya gue tau Jeff Tanaya butuh waktu sebentar aja ya lo tunggu ya Jeff bisa kan? Lo kuat Jeff jadi tunggu Tanaya sebentar lagi ya". Jeffrey terus menangis sambil memanggil-manggil nama Nalesha. Tolonglah dia baru saja bertemu, dia baru saja melihat seseorang yang selama ini ditunggu ya, kerinduannya bahkan belum sembuh sepenuhnya kenapa harus ditinggalkan lagi?. Sebesar itu kah kesalahannya hingga dia tidak termaafkan lagi? Apakah tidak akan pernah ada pengampunan lagi baginya?. Dia hanya merindukan sosok yang sangat dia cintai di dalam hidupnya, dia baru bertemu sebentar dan sekarang dirinya harus ditinggalkan lagi. Sefatal itukah dirinya sampai harus dihukum seperti ini?. Sepertinya memang iya, dia sudah putus asa sekarang. Jeffrey tetap berdoa di dalam hati semoga dia masih diperbolehkan hanya sekedar melihat cintanya itu meski dari jarak yang sangat jauh. Setidaknya itu sedikit penghiburan untuknya dan Jeffrey harus menerimanya. 🌼🌼🌼🌼