write.as

Kenyataan Yang Seharusnya

Setelah diberi tanda oleh Daren, Tara pun memang harus melakukan hal itu. Ia tidak ingin mengecewakan teman teman nya yang sudah membantu nya sejauh ini. Memberitahu Tiara apa yang sedang terjadi. Tara membawa Tiara ke satu ruangan khusus yang sudah di décor oleh Daren untuk melakukan makan malam di tengah acara ulang tahunnya.

“Ka serius? Kita misah gini sama temen temen frik lo?” ujar Tiara

“Iya gpp. Kan gue kangen sama lo. Makanya lebih baik kita misah aja ya. Sekalian ada yang mau gue omongin abis makan.” Tara tersenyum dan menduduki kursi di sebrang gadis kesayangannya

Kedua insan ini pun memakan Pasta yang sudah disiapkan oleh Jimmy, Teman kerja Tara di Café Neo 112. Terlihat senyuman indah dari wajah Tiara yang membuat Tara semakin kuat untuk bertahan.

“Peri Cantik…”

“Iya ka?”

“Boleh nanya sesuatu?”

“Boleh dong, apa tuh kaa?” Tiara menjawab sambil menghabiskan sisa sisa pasta di piring putih itu

“Lo sayang sama gue?” Tara memegang pipi tiara yang terdapat sisa saus pasta

“Sayang dong ka, apaan sih pertanyaan nya. Tenang ya pak, saya tidak akan berpaling ke siapapun.”

Tiara hormat kepada Tara seperti bawahan yang sedang menghadap ke atasan

“Ra, gue adalah sosok yang sangat hancur saat ini. Hidup gue sangat penuh drama di semesta ini. Gue sepatah itu, dan jauh dari kata sempurna. Jadi gue akan tanya, apa lo masih masih mau sama gue?” Tara menatap tiara dengan tatapan sendu

“Ka, gaada manusia yang sempurna. Ada porsi nya masing masing. Dan menurut gue, lo adalah sosok yang sempurna dimata gue. Justru harusnya gue yang nanya. Kenapa lo masih mau bertahan sama gue yang moodyan, insecure, dan sering overthinking? Lo pasti capek kan ngehadepin gue?” Tiara mengembalikan pertanyaan kepada Tara

“Gue gapernah capek ngehadepin cewek yang menjadi tujuan gue hidup saat ini. Allah ngasih lo ke gue pasti dengan sebuah alasan.” Tara terdiam sebelum melanjutkan kalimat selanjutnya

“Ra, maaf karena sudah bohongin lo…” Tara menundukan kepala nya

“Hah? Bohong? Bohong apaan kak?” Tiara memandangi Tara yang mulai mengeluarkan air mata dari nertranya

“Gue bohong tentang keluar kota, gue bohong tentang kesibukan kuliah gue. Gue sebenarnya sakit. Sakit yang menyebalkan. Kanker Darah Stadium 4.” Tara menaikkan kepalanya dan sudah terdapat aliran air mata yang membasahi pipinya

“Ka?” Tiara memegang pipi Tara setelah melihat kekasihnya mengeluarkan air mata yang cukup banyak

“Jadi sekali lagi gue tanya, lo masih mau sama gue yang ga sempurna ini? Bahkan gue gatau sampe kapan gue bisa bertahan di semesta ini. Gue gatau kapan gue akan pulang yang sesungguhnya Ra…”

“Ka, kenapa lo ga ngasih tau gue ? gue jahat ya? Gue jahat banget gatau masalah ini?” air mata gadis itu luruh dan jatuh satu-persatu. Air mata yang menjadi ungkapan bahwa banyak sekali rasa murka pada relung hatinya. Murka sebab ia tidak becus menjadi seorang kekasih, murka sebab takdir bertingkah jahat pada pria-nya.

“Tiara ... Maafin gue.” Tubuh kecil yang beberapa saat lalu masih terduduk di kursi seberang Tara, sontak memeluk tubuh ringkih milik Meghantara. Tubuh yang terlihat layu dan juga mata sendu yang mulai meredup itu menyambut peluk dingin gadisnya, mendekap erat sembari bibirnya menghujani kecupan kecil pada puncak kepala Tiara.

“Tiara, maaf kalau lo harus tau keadaan gue kayak gini ... Maaf.” Ada perasaan lega sebab Tara berhasil mengungkapkan hal ini kepada orang yang menjadi obat perindu dan juga pelipur lara dirinya.

Kedua insan ini masih berpelukan dan terjadi tangisan hebat antara keduanya. Tiara kaget dengan kalimat yang tadi Tara katakan kepadanya. Pria yang dia sayang terkena penyakit yang sudah sangat lama disembunyikan dari dirinya.

“Ka, gue gaakan ninggalin lo apapun yang terjadi. Apapun itu. Jadi tolong, bertahan sekali lagi ya? Kali ini ada gue di sisi lo. Persetan gue yang telat tau, gue masih mau lo ada disini. Gue sayang sama lo ka.” Tiara memeluk tara semakin Erat

“Terima kasih Peri Cantik. Maaf gue berbohong, maaf.”

“Jangan ngajarin gue caranya setia ka. Gue pernah ngelewatin nya. Sedalam apapun luka yang gue terima, gue tetap ada dan menetap; setia. Yuk duduk lagi kak…” tiara memegang bahu Tara dan membuat pria ini kembali duduk walaupun masih dengan tangisan kecilnya. Tangisan penyesalan yang membuatnya semakin sayang dengan gadis ini. Lagi, tuhan sangat baik kepada dirinya. Semuanya keinginannya dimudahkan.

“Ra, Gue tau semuanya ada alasannya didunia ini. Alasan gue ketemu lo dipantai waktu itu. Gue harus ngerubah hidup lo atau lo yang akan ngerubah hidup gue. Atau bahkan kita mengubah keduanya.” Ujar Tara

“Ra, tenang aja ya? Yang waktu itu gue bilang, lo udah gue cintai dengan sangat hebatnya. Lo ngerti sekarang kan if I love you more than myself.”

“Ka, sekarang fokus gue ada 2. UN besok dan lo. Keduanya akan gue jalani seberat apapun. Dan lo juga harus bantu gue, bantu gue untuk tetap bertahan ya? Demi gue?”

“Gue usahain ya?” Tara menganggukan kepalanya tanpa disadari bahwa hidungnya kembali mengalami mimisan yang sangat parah.

“Ka lo mimisan lagi! Ka Hari!!” Tiara berteriak memanggil Bantuan dari dalam ruangan tersebut

“Hey Tenang, gue gpp peri. Tunggu disini ya.” Meghantara berdiri dan mengarah ke toilet yang terdapat di luar ruangan tersebut.

Ketika dia membuka pintu, terjatuh tubuh lemah nya di lantai. Pria itu kembali mempertaruhkan nyawanya kepada sang pemilik raganya, di mana seharusnya hari ini adalah hari untuknya berbahagia. Semua orang diluar sontak panic termasuk Tiara yang melihat Tara terjatuh.

Tara segera dibawa ke rumah sakit oleh para sahabatnya menaiki mobil yang dikendarai Daren.

“Ka, ayo bangun. Ka Tara!!” Tiara mencoba membangunkan pria nya yang sedang tertidur di dalam pelukannya

Sesampainya mereka dirumah sakit, Tara dibaringkan diruangan ICU kembali. Ia benar benar tertidur kembali kali ini. Tubuh rapuh itu sudah dipindahkan ke ruangan ICU, dengan mata lelah, hidung yang tersambung nasal kanula, dan bibirnya yang pucat.

2 jam sudah berlalu, tetapi masih meninggalkan ketakutan dan juga ketegangan yang sama bagi keenam manusia yang masih terbawa suasana menegangkan beberapa saat lalu, dengan mata yang sama sembabnya. Kata dokter beberapa saat lalu, keadaan Meghantara semakin memburuk daripada keadaan sebelum-sebelumnya. Dan kejadian yang terjadi 2 jam lalu adalah salah satu tanda penurunan kesadaran. Sebuah tanda bahwa keadaan Meghantara jauh dari kata baik-baik saja.

“INI SEMUA GARA GARA LO! KALAU BUKAN KARENA LO, DIA MASIH ISTIRAHAT DI RUMAH SAKIT! DIA RELA KELUAR RS DEMI NGERAYAIN ULANG TAHUN BARENG PACAR NYA YANG MASIH BOCAH!” Daren sangat tegas lantaran ia yang sudah memberikan izin kepada Tara untuk melakukan keinginannya kali ini.

“Udah jangan didengerin ya? Dia bakal baik baik aja. Kita doa ya” Revin mencoba menegarkan Tiara yang baru saja kena semprot dari mulut Daren. Sedangkan Hari, lagi lagi menangis. Tiara sangat merasa bersalah kali ini. Tara melakukan hal ini demi dirinya tanpa melihat kondisi badannya yang lemah.

“Ya allah, bantu Ka Tara… Tolong…” Tiara meneteskan air mata di hari bahagia Tara.