write.as

80 days after the incident


If you don't design your own life plan, chances are you'll fall into someone else's plan. And guess what they have planned for me?


Masih jelas melekat pada ingatan, kejadian yang menjadi awal pikirannya terbuka. Hari itu, tidak terpikir sama sekali oleh dirinya betapa kacau balau satu titik yang menjadi pusat masalah.

Sayup terdengar pada indra, tidak—kali ini bukanlah kenyataan. Hal yang selalu menjadi nyata hanyalah mimpi belaka. Namun, siapa yang sadar? Yang jelas bukan dirinya, yang menjadi lakon pada pentas yang dibuat oleh mereka yang tahu akhirnya.


It's all gone, you know, everything... It's gone.. the collection I worked so hard to build, my omnipotence...


“Lagi?”

Lantunan dari pita suaranya terdengar bosan. Menatap sudut yang menampilkan sosok pada ruang segi empat.

“Kali ini bunga seperti apa yang kamu bawa? Saya sudah bilang 'kan kalau saya—hah, lupakan saja.”

Netranya mengedar ke sisi lain dari bayang sang tuan, walau ucapan yang ia lontarkan demikian, masih terlihat gerak-gerik menerima apa yang telah diberikan.

Kini tangkap pada penglihatan terhenti, menatap deretan garis pada kalender putih. Delapan puluh hari, tertulis jelas pada kelipatan yang ia lingkari.

Mungkin sudah waktunya ia pergi, menghapus segala bekas yang tercetak pada pikiran tak kunjung berhenti. Bohong jika ia sudah melupakan segala yang terjadi, hari itu semuanya tampak mati.

“Kedepannya saya rasa tidak perlu kemari lagi. Tidak, tidak—ini bukan perilaku kasar. Semoga dirimu paham untuk waktu sendiri yang diinginkan seseorang.”

Dusta terdengar, memang sudah saatnya ia menghentikan semuanya. Setidaknya kali ini ia mencoba, mencoba untuk memulai dari awal. Maka, itulah akhir kalimatnya.


Life becomes meaningful when you become motivated, set goals, and pursue them in an unstoppable way.

and then the room becomes empty, storing memories for 80 days.


End