Day six: Hi, Hello! (1)

#30DaysGoyuuDrabble

Denting lonceng pintu masuk. Seduhan kopi. Aroma pahit-manis. Suara panggilan kasir. Dan konversasi. Di sana, tidak jauh dari gedung-gedung besar, berdiri sebuah kafe berinterior kontemporer. Muda, masa kini, dan cocok sebagai tempat mengisi waktu bersama.

Tidak hanya suasananya. Pengurus, sekaligus pemilik kafe itu, merupakan daya tarik tersendiri bagi perempuan yang berkunjung. Dialah Gojo Satoru, laki-laki jangkung dengan paras tampan. Selalu menjadi idaman setiap kafe dibuka.

“Kak Gojo, rekomendasi hari ini apa?”

“Untuk nona manis, saya sarankan Fat-Free Cheesecake dengan Friday's Sunde.”

“Bonus senyuman?”

“Tentu dengan tambahan senyuman.”

Dan lengkungan tipis di bibir merah muda itu terkembang.


Campuran cappuccino dan cafe latte dituang ke dalam cangkir putih. Jemari Satoru lihai menuangkan susu di atas espresso yang selanjutnya dibentuk menggunakan alat bantu. Berdasarkan pesanan ekstra, gambar kali ini berbentuk kucing dengan bulu yang sedikit mencuat di kepalanya. Imajinasi Satoru bermain, diberikannya kacamata hitam alih-alih sepasang mata. Akhirnya, seekor kucing putih pun telah selesai.

Satoru melirik pada kertas pesanan bertuliskan Itadori Yuuji. Hendak memanggil pelanggannya.

“Atas nama Itadori Yuuji!”

“I—Iya, punya saya!”

Seorang remaja laki-laki tiba-tiba berdiri dari tempat duduk yang tak jauh dari kasir. Langkahnya sedikit tergopoh. Tangan kirinya masih memegang buku catatan.

“Santai saja,” tegur Satoru diikuti kekehan. “Kenapa seperti orang dikejar?”

“Tadi saya kaget, Kak.”

“Karena?” Tanya Satoru lagi sembari menulis nama Yuuji di potongan kertas. Pesanan ini tidak menggunakan gelas plastik untuk ditulis di badannya, jadi diganti dengan selipan kecil.

“Suara kakak keras ... makanya saya kaget.”

“Hoo,” gumam Satoru. “Oh iya, jumlahnya segini dengan bayaran tambahan untuk latte art.” Lanjutnya seraya memberikan struk pesanan.

Yuuji cepat memberikan uang dengan jumlah yang disepakati. “Terima kasih Kak,” ujarnya. Namun, belum sempat mengangkat cangkir, Satoru mendadak menahan lengannya.

“Kak ...?”

“Oh, maaf.” Satoru langsung melepas pegangannya. “Refleks.”

“Oalah ... enggak apa, Kak.”

Canggung.

Buru-buru Satoru menimpali.

“Boleh minta nomor ponselnya?”

“Eh?”