surat untuk wanita di tanah pasundan

dedicated to dwi

sekiranya kamu sedang bermuram durja layaknya esok entah kabur kemana sementara ia berada tepat di depan mata, menantimu dengan terbelalak dan hati berdebam.

bagaimana bisa kamu tahu?

bahkan senyum sumringahmu dan tanganmu yang senantiasa menyokong badan orang lain tak dapat selamanya bergeming. kelingkingmu bergetar sedikit dan lututmu berkedut-kedut.

maka mari kita mampir di toko bakmi sebelah, rehatkan pergelangan kakimu dan rebahkan kepalamu sebentar saja di pundakku. belikatku mampu tampung beban yang kamu pilih untuk tidak dibagi. bagaimana makananmu? apakah terlalu panas? apa dapat menyaingi seblak legendaris buatan ibu? setelah ini, mari kita berjalan pulang, menuju gubuk berlandas kehangatan. semen yang menyusunnya manifestasi rasa percaya. lalu, tidurlah. tidurlah setelah kamu bekerja terlalu keras menutupi kesalahan orang lain demi terselesaikannya pekerjaan.

sebelrasi malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. duduk di atap dan saksikan langit; meski mendung, setidaknya kita tahu ada bulan di sana. aku? romantis, katamu? bukankah aku belajar dari ahlinya? bukankah selama ini hanya dirimu yang kuajak mengamati kosmik sementara bibirku tak dapat terkatup, memuntahkan seribu misteri tanpa jawaban. bukankah selama ini kamu adalah telinga dan aku adalah suara, aku adalah bantal dan kamu kepala. bukankah kita melengkapi satu sama lain seperti kepingan teka-teki?

bukankah aku telah sangat mencintaimu sejauh ini?

aku akan mengarungi kehidupan ini dengan bahtera memori yang kita susun dari awal hingga saat ini, saat purnama menampakkan sinarnya. bukankah bekal kita lebih dari cukup? untuk berkelana lebih jauh lagi?

hari ini hari ulang tahunmu. aku harap kamu bisa memberi dirimu upeti dari segala kerja dan jerih payah yang keringatmu teteskan, sekarang telah menjadi lautan tak berdasar. tapi kita aman di perahu kecil kita. akan aku sambut seribu satu ulang tahun lainnya di masa yang akan mendatang.

selamat ulang tahun, wanita dari tanah pasundan. akan kupuja bumi yang kamu tapakkan kakimu di atasnya, sebagai tanda terima kasih karena telah melahirkan seorang yang bukan hanya periang, tapi juga mulia. semoga kehidupanmu penuh dengan kebaikan sebagaimana kamu telah memberkati tanah ini dengan segenap kasih yang mau curahkan.

— ww.