(⁠o⁠´⁠・⁠_⁠・⁠)⁠っ

Alden (tidak) sengaja mengikuti Arazki ketika menyadari Kakaknya itu tiba-tiba undur dari ketika melihat Nadira dan yang lainnya sibuk dengan teman-teman mereka.

Dia perhatikan Arazki yang berdiri sendirian dengan kepala tertunduk sembari menghela nafas panjang, dan tak lama kemudian terduduk sampai Alden mengira orang itu pingsan jadi dia terpaksa keluar dari persembunyiannya.

Arazki tentu saja langsung menoleh ke arahnya, dan dia memasang wajah garang, menatap Alden seolah-olah dia ingin menghabisinya sekarang juga.

“Apasih?” Alden mendesis galak, dan Arazki tidak berniat meladeninya jadi dia hanya kembali membuang pandangannya ke arah lain sembari menghela nafasnya.

Melihat Arazki yang sepertinya dilanda kesedihan yang begitu besar, Alden melengkungkan mulutnya, tersenyum tanpa alasan.

Dia mendekat ke Arazki, tiba-tiba duduk di sampingnya. Dia mengerti apa yang dirasakan Arazki saat ini ketika melihat Adik perempuannya yang dia jaga sejak kecil akan direbut darinya oleh pria lain–suaminya Nadira saat ini.

“Kalo mau nangis, nangis aja sih.” Alden merasakan Arazki melirik ke arahnya, jadi dia dengan cepat melanjutkan, “Gak bakal gue ledek.”

“Lagian gue juga sedih sih, yaaa gimana ya, ya udahlah ya. Mau gimana lagi? Lagian juga Nad kayaknya bakal bahagia banget sama lakinya tuh.”

“Kalo dia kangen juga pasti main ke rumah. Mana bisa dia mah jauh dari Kakak-kakaknya, lo liat aja tuh nanti seminggu ada kali dia bolak-balik nyampe sepuluh kali.”

Alden menoleh kemudian dia terkejut lantaran baru menyadari Arazki saat ini tengah menahan tangisnya sendiri dengan menggigit bibirnya sendiri.

Dia tersenyum, bahkan nyaris akan tertawa jika dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

Tapi untungnya dia bisa. Jadi Alden mencoba menenangkan Arazki dengan menepuk-nepuk punggungnya.

Sebenarnya dia ingin menepuk kepalanya, tapi takutnya dia malah dibanting di sini, karena meski hanya punggungnya saja yang ditepuk, Arazki tetap menepis tangannya dengan gerakan kasar.

“Kenapasih?” Alden kelepasan tertawa, jadi Arazki memukulnya kemudian menundukkan kepalanya sendiri di atas lututnya. Dia menangis di sana.

“Kasiannya kakak gue....” Alden akhirnya berani menepuk-nepuk kepala Arazki karena dia tahu orang ini pasti tidak akan memukulnya sekarang, dia juga mencoba yang terbaik untuk tidak tertawa.

Alden jujur kasihan, tapi dia merasa lucu juga melihat Kakaknya nampak sangat tidak rela melepaskan Nadira pada orang lain.

Kalau Nadira tau ini dia pasti tidak mau pulang dengan suaminya.

Apa dia nikah aja kali ya, biar Kakaknya mewek juga begini?