write.as

Hanya beberapa susun kata,

yang dirajut menjadi satu janji oleh bibirnya, lantas sumpah itu seakan mampu hentikan satu detik dari hidup Annavenn, mencuri satu detak jantung yang telah lama berdetak di balik rusuknya sana ratusan tahun lamanya.

Dalam waktu susah maupun senang.

Pun di sekelilingnya bukanlah bangunan megah tak terhitung jumlahnya—yang membentuk realita yang selama ini menaungi raganya dalam dekapan malam diterangi oleh cahaya keemasan imitasi. Sebab kota tempat mereka berdiri sekarang hanyalah tersusun dari bangunan-bangunan roboh yang sudah tak berbentuk lagi—hancur semuanya oleh peperangan mereka yang tiada habisnya—sebagian sisanya yang masih utuh ikut malang nasibnya menghitung waktunya yang tinggal sebentar lagi karena dilalap oleh kobaran api.

Dalam kelimpahan maupun kekurangan.

Manusia-manusia tolol dan bodoh yang menyebut dirinya sebagai ‘pemburu iblis’ itu masih tetap saja berdiri di sana—memaksa kedua kakinya untuk tetap menapak di atas tanah walau berulang kali kaki itu jatuh akibat cedera yang diterimanya—sedang kedua tangan masih erat menggenggam pedang Nichirin kebanggaan mereka, yang telah mengakhiri sejumlah hidup iblis yang berkelana di wilayah mereka, bahkan beberapa di antaranya telah menyaksikan akhir dari hidup kawan-kawan Annavenn sendiri—para dua belas iblis yang berada di bawah perintah Muzan langsung—hingga kini hanya menyisakan mereka berdua saja.

Dalam keadaan sehat maupun sakit.

Langit sudah tak lagi segelap saat mereka menapakkan kaki pertama di kota ini, bahkan wajah sang bulan sudah mulai remang sedikit demi sedikit, sesuatu yang tak Annavenn ingat lagi selama ratusan tahun hidup hanya di bawah bayang-bayang malam. Matahari akan terbit sebentar lagi menggantikan bulan—menghitung mundur sisa hidup Annavenn dan Muzan—sinarnya akan siap membakar raga mereka habis hingga tiada sisa jika mereka tak segera melarikan diri.

Waktu tak akan sudi menunggu mereka, walau waktu itu bagai telah dihentikan oleh Muzan saat ia mengucapkannya, bersamaan dengan sebuah cincin yang disematkan perlahan pada jari manis Annavenn.

“...Aku berjanji untuk saling memiliki dan menjaga; mencintaimu dari sekarang sampai selama-lamanya hingga maut memisahkan kita berdua.”

Ada bulir air yang nyaris jatuh diturunkan oleh matanya, dan bahagia itu nyaris tak dapat dibendung lagi ketika senyum itu akhirnya terulas pada wajah sang perempuan, ucapkan jawabnya pada sang tuan.

Aku bersedia.”

Semesta telah terbitkan sang surya, dengan sinarnya yang sedikit demi sedikit membakar kulit mereka berdua hingga habis tiada sisa. Para kelompok pemburu itu tak mau sia-siakan kesempatan emasnya untuk segera mencabut nyawa mereka berdua. Sumpah itu lantas mereka ikat dalam satu ciuman yang sakral.

(Waktu memang tak akan sudi menunggu mereka, namun biarlah mereka bertemu kembali di kekekalan)


karya komisi untuk hourlykibutsuji oleh O12O1992, juni 2023
Demon Slayer © Koyoharu Gotouge