write.as

Paris I'm In Love

Setelah menjemput Tiara, pria bernama lengkap Meghantara Prakasa itu menuju Imigrasi bersama teman teman lainnya. Seperti waktu ke Kampung Arab, mereka mengendarai mobil milik Daren. Tetapi kali ini, Hari yang menyetir.

Tara sangat senang, karena hari ini satu persatu keinginan peri cantiknya akan terwujudkan. Mungkin akan terwujudkan. Setidaknya dia akan berusaha hingga nafas terakhirnya.

30 menit berlalu dan mereka semua sampai di tujuan. Tara membawa langkah kakinya terlebih dahulu bersama Tiara, memasuki ruang wawancara Imigrasi dengan senyuman tipisnya.

“Ka, gue takut...” Tiara memegang tangan Tara sangat erat. Ia ketakutan dengan orang orang yang bekerja di imigrasi

“Hey, jangan takut. Nanti cuma ditanya tanya sebentar aja kok.” Tara meyakinkan gadis kecilnya itu

“Tar, nanti dipanggil nomor. Nah ini ada 5 nomor, Lo pada pegang satu satu ya.” Daren membagikan kertas yang berisikan nomor antrian

“Mercii sir.” Hari mengambil kertas yang diberikan oleh Daren

“Alhamdulillah mamak, anakmu pergi ke Paris huaaa.” Revin sujud syukur karena ini akan menjadi kali pertamanya keluar negeri.

“Sumpah lebih malu maluin dibanding gue. Diri heh, jangan shy shy in gue ya.” Hari menendang kecil paha revin yang sedang bersipu dilantai

Cukup menunggu 10 menit, giliran Tara untuk memulai sesi wawancara untuk memperbarui passportnya.

“Gue duluan ya.” Tara berdiri sambil membawa passport lamanya ditangan

“Heh bocil imnida, Tara ngelakuin ini karena sayang sama Lo. Awas aja Lo ninggalin dia ya. Lawan Lo cupang sama bebek gue!” Hari menatap mata Tiara yang sedang tegang

“Lagian kenapa temen Dora the Explorer nya diajak juga deh? Kan jadi ga romantis...” Tiara mengurai rambutnya

“Wah mulai lagi nih anak sama gue, tahan gue tahan!!!!” Hari kembali bertingkah dengan hal konyol nya

“Har, nanti Lo di blacklist. Kalem napa kalem.” Daren menatap sinis kepada Hari

“Gue mau diem aja lah. Daripada gue gajadi terbang ke Paris.” Revin duduk terdiam

“Ya abisan. Awas aja kalau sampe Tara-” Daren menutup mulut Hari yang hampir saja keceplosan tentang apa yang terjadi kepada Tara.

“Kalau sampe Tara wisuda Lo gadateng. Gue cari Lo keujung dunia.” Hari melanjutkan pembicaraannya yang terpotong

“E45, Tiara Estherlina.” Suara dari speaker yang terletak diatas Kepala mereka baru saja menyebutkan nama Tiara.

“Ra, giliran Lo tuh. Kalem aja. Jawab sebisa Lo jangan dilebih lebihin.” Daren memberikan masukkan kepada Tiara yang akan melakukan sesi wawancara dan Foto untuk Passport pertamanya

Tiara berjalan menuju meja tempat wawancara akan dilakukan. Wajahnya benar benar tegang kali ini. Namun ia berhasil mengatasinya karena yang ia harus lakukan hanya tenang dan jangan panik.

Tak lama setelah Tiara dipanggil, sesi Tara baru saja selesai.

“Tiara mana?” Tara bertanya kepada Revin yang sedang berdoa

“Noh, lagi di wawancara.” Revin menunjuk ke arah Tiara di Loket 3

Setelah menunggu beberapa saat, tubuh kecil milik Tiara mulai duduk pada sebuah kursi putih dibelakang nya. Tiara tersenyum teduh, membuat Meghantara semakin senang karena senyumannya itu. Sesekali Tiara melirik ke arah Tara guna meredakan suasana tegangnya.

Beberapa menit kemudian, kamera mulai membidik ke arah gadis tersebut, hingga hitungan ketiga, suara bidikkan kamera mulai terdengar, dan berhasil menangkap wajah milik pasangan terkasih Tara siang itu. Bersamaaan dengan air mata pada bola mata Tara yang sedari tadi tertahan langsung lolos begitu saja, dengan isakkan kecil yang tertahan.

Wajah itu terlihat amat tenang, ia tersenyum, menampilkan senyuman paling tulus yang sangat menenangkan di Semesta yang pernah Tara temukan.

image


Semua sesi wawancara dan foto sudah selesai dilakukan. Waktunya Tara, Tiara, serta yang lainnya menuju kost an para bujang.

“Masa nih ya, mba mba nya judes banget.” Hari menceritakan sesi wawancaranya

“Kenapa emang Har?” Tanya Tara

“Kan gue bilang gue mau ke Paris, terus dia kaya kaget gitu. Emang muka gue gakeliatan kaya bule apa? Minus nya nambah tuh mba nya.”

“Kualat Lo sama gue, auto di blacklist hahahaha.” Tiara meledek Hari yang duduk di seat paling belakang sendirian

“Kalau Lo bukan pacar sahabat gue, udah gue jadiin umpan cupang, Lo bocil!” Hari mengepal tangannya seola olah ingin memukul gadis tersebut

“Peri, Lo cantik banget hari ini.” Tara mengelus rambut cokelat milik gadis kesayangannya

“Ka Tara juga ganteng banget hihi.” Tiara menatap mata Tara

“Ka, berarti abis ini kita nunggu passport nya jadi, terus buat visa ya?” Tanya Tiara

“Iyap. Betul. Nanti visa sponsor nya dibantu sama papahnya Daren. Dia punya perusahaan di Paris. Jadi aman semua.” Tara menjawab pertanyaan gadis kecilnya

“Iya Ra, Lo tenang aja. Gue usahain kita semua terbang ke Paris. KITA SEMUA.” Daren yang sedang menyetir, mengucapkan kata terakhir guna menyindir Tara agar dia terus Bertahan sampai waktu itu Tiba.

Pembuatan Passport berjalan dengan sesuai rencana Tara. Semoga ia berhasil mengajak Peri Cantiknya ke tempat yang sama sekali belum ia ceritakan ke siapapun disana. Tempat yang tenang.

Setelah selesai dengan urusan imigrasi, Tara menuju rumah Tiara untuk mengajarkan pelajaran yang tertinggal oleh gadis ini yang dikarenakan kemoterapinya.