Mengenal Dunianya

“Key, abis ini mau nemenin gua gak?”

“Ke?”

“Pengen ngujungin tempat lama gua”

“Malem begini?”

“Mau gak? gua sekalian mau ngambil motor soalnya”

“Iya iya, jalan kaki nih berarti?”

“Terserah sih. Kalo lu mau bawa motor atau mobil gak masalah, cuman nanti pulangnya kita misah”

Mikey tidak bisa memikirkan bagaimana jadinya ketika ia pisah kendaraan dengan kekasihnya, dan ia tidak mau memikirkan hal itu. Jadi ia menggeleng cepat untuk mengalihkan pikirannya.

“Gak papa jalan kaki aja”

Setelah makan malam mereka berdua izin untuk keluar rumah, dan hal bodoh yang Mikey lakukan adalah ia melupakan jaketnya jadi ia hanya menggunakan tank top putih dengan kaos oversize yang melebihi pundaknya dan celana panjang hitam.

Mereka berjalan ber-iringan sambil sesekali berbincang dan bercanda. Dinginnya angin malam kota Tokyo itu belum terasa karena teralihkan oleh pembicaraan mereka.

“Mikey, ini tempatnya. Sebelum masuk gua mau bilang, kalo lu mau putusin gua, putusin gua sekarang” Mikey melirik ke balik tubuh Draken dan ia cukup terkejut ketika melihat tempat itu namun ia tak menampakan ekspresi apapun.

“Kenapa putus?”

“Lu gak ada pikiran apa-apa gitu setelah ngeliat tempat ini?”

“Jawab dulu pertanyaan gua”

“Ya lu tau ini tempat apa”

“Rumah bordil, terus?”

“Balik lagi ke pertanyaan gua, lu gak mikir apa-apa?”

“Enggak, ya kita baru sampe masa gua udah ngejudge yang aneh-aneh. Gua bukan tipe orang yang langsung ngambil keputusan tanpa liat lebih lengkapnya, dan lu tau itu”

“Yaa gue tau itu, Cuman sempet ragu aja” “Yaudah ayo masuk”

Mikey mengikuti Draken masuk ke dalam. Bau parfum yang menyengat dan suara-suara orang bercinta langsung menyapa mereka ketika pintu terbuka. Wanita dengan pakaian terbuka berjalan kesana kemari menggoda dan melayani para pelanggan yang datang.

“Oi kau jangan-jangan”

“Draken!?”

“Kapan kau kembali!?”

Tiga wanita dengan pakaian terbuka langsung menyapa Draken membuatnya tak sengaja terpisah dari Mikey. Mikey sendiri memilih mundur untuk mengawasi keadaan, memperhatikan kekasihnya dikelilingi beberapa wanita yang terlihat antusias bertemu dengannya.

“Oh iya, si kecil itu siapa?” ucap salah satu wanita itu membuat Mikey ingin marah namun ia berusaha menjaga sikapnya.

“Pacarku” jujur Mikey tidak menduga bahwa ia akan di perkenalkan sebagai kekasihnya.

“Hah!? Pacar!?”

“Siapa!? Mana!?”

“Uwaahh ucul” Mereka langsung datang menghampiri Mikey dan bertanya-tanya padanya.

Mikey menjawab mereka satu persatu, namun ia juga terlihat bingung dan panik. Draken berusaha menahan tawanya melihat interaksi mereka, namun seorang wanita berwajah tegas tiba-tiba membuka suaranya.

“Oi kalian, kembali bekerja!” ucap wanita berwajah tegas itu.

“Ahh sayang sekali”

“Dadah Mikey, nanti ngobrol lagi yaa”

“Draken kabari kami ok” kemudian mereka pergi kembali mengerjakan pekerjaan mereka.

“Mikey kamu duduk aja dulu, aku mau ngobrol sebentar” ia berbincang dengan wanita bertampang tegas.

Namun setelah itu nampak ada wanita brtampang ceria menghampirinya dan wanita bertampang tegas itu berjalan menghampiri Mikey dan duduk di sampingnya sembari menghisap sebatang rokok.

“Kau pacarnya Draken? Kau tau masa lalunya?”

“Kurasa ia ingin menunjukannya, bukan menceritakannya”

Wanita berwajah tegas itu menghembuskan asap rokoknya “ibunya mantan pelacur di sini, begitu ia melahirkan Draken ia langsung pergi dan menninggalkannya disini. Kami tak pernah tau siapa ayahnya, jadi kami hanya merawatnya sebisa kami”

“Kenapa kau menceritakan ini?”

“Kau tidak ingin memutuskan dia? Ya jelas sih, dia bisa mendapat beasiswa di luar negri. Namun jika ia tetap menjadi rakyat jelata, apa kau masih mau?”

Mikey terdiam. Bukan karena jawabannya adalah tidak, namun dia ragu apakah ia harus menjawab iya atau tidak. Jika ya, itu terdengar terlalu munafik. Jika tidak, itu membuatnya terkesan seperti pura-pura dalam menjalani hubungannya selama ini.

“Aku jelas tidak akan langsung mau begitu saja. Namun jika ku lihat perjuangannya sepadan, aku tidak akan ragu”

“Menarik” ia menghembuskan asap rokoknya kemudian berdiri. “Tinggal selama kalian mau, asal jangan mengganggu” ucapnya berjalan menjauh namun masih mengawasi interaksi mereka.

Mikey mengalihkan pandangannya ke arah Draken, memeperhatikan interaksi antara kedua orang tersebut yang terlihat bercanda tertawa. Pikirannya berkecamuk, ia merasa cemburu melihat interaksi santai kedua orang itu, namun merasa tak enak untuk berlaku posesif terhadap pasangannya. Ia merasa siapa dirinya berhak melarangnya berinteraksi sedekat itu, ia hanya pacarnya, bukan orang yang menghidupinya atau memberinya nyawa. Hanya pasangannya selama di dunia. Ia ingin menganggap Draken sebagai rumahnya, namun ia masih takut.

Lama kelamaan perempuan itu tidak hanya sekedar bertukar kalimat dengan Draken, namun juga mulai menyentuhnya sedikit demi sedikit. Draken sendiri terbiasa, ia tumbuh di lingkungan yang seperti itu, ia udah kebal dengan segala gurauan kotor disini. Namun berbeda dengan Mikey yang sebenarnya tidak tahan 'calon rumahnya' di sentuh sembarangan seperti itu, namun masih bisa ia tahan karena ia masih mempermasalahkan apakah ia akan benar-benar akan menganggap Draken sebagai rumahnya.

Perempuan itu kembali mendekat, sedangkan Draken diam di tempat. Tangannya mulai berpindah ke pundak Draken bahkan terkadang memainkan rambutnya. Namun ketika tangannya mulai berani menyentuh dada bidang kekasihnya di saat itu lah Mikey memutuskan.

'Persetan dengan kemungkinan untung atau buntung, gua punya back up an. Dia rumah gua, milik gua mulai sekarang. Dan gua gak akan ragu lagi'

Mikey bangun dari duduknya berjalan cepat ke arah mereka berdua dan menepis tangan perempuan itu dari kekasihnya.

“Mikey?” Draken terlihat bingung dengan perlakuan Mikey yang tiba-tiba berubah ini karena ia belum pernah melihat Mikey seperti ini, seperti Izana. 'Kek Izana tapi beda tubuh. Ya wajar sih abang adek' batin Draken.

“Kau pacarnya Ken ya? Ken pacarmu lucu banget” ia kembali mendekat dan menyentuh Draken.

Dan lagi-lagi di tepis oleh Mikey, ia berusaha menjaga kekuatannya agar tidak sampai melukai perempuan itu. Matanya terlihat tenang namun auranya terasa menakutkan.

“Kelewatan” ucap Mikey memberi peringatan.

Perempuan itu masih saja bersikap jahil dan tetap berusaha mendekati Draken. Namun kali ini Mikey benar-benar menghalanginya.

“Tau batasanmu”

“Kenapa? Kau juga pasti tau kan Draken itu tampan, wajar saja jika ada yang menggodanya”

“Jika kau tak tau dia punya pacar, aku memakluminya. Namun kau tau dia punya pacar, seharusnya kau bisa menahan diri”

“Dia tidak terlihat bermasalah dengan hal itu, lagi pula ia sudah terbiasa. Jika kau tidak suka putuskan saja”

“Yang bermasalah di sini adalah diri mu bukan dia. Kau yang menggodanya dan ia tak menunjukan reaksi apa-apa, jadi bukan dia yang seharusnya di salahkan” “Keep your pants on”

“I cant, my job never allowed me to keep my pants on”

“Udah, lu juga jangan ngeledekin dia mulu” Draken menyela berdiri di depan Mikey. “Key ikut gua”

Mikey menatap tajam ke arah wanita tadi sebentar kemudian berjalan mengikut Draken dari belakang.

“Gimana?” tanya wanita berwajah tegas.

“Pilihan Draken yang kali ini gak main-main” “Bagus banget” “Jujur aja gua gak nyangka dia bakal nepis tangan gua dan gak langsung ngehajar gua” “Dia pinter nahan emosi”

“Pinter juga milih keputusan dan kata-kata”

Jujur saja Mikey agak takut sebenarnya. Ia berusaha meraih tangan Draken, namun karena ia tidak berani untuk menggenggam tangannya ia memutuskan untuk menarik sedikit kain dari lengan jaketnya.

Draken menengok ke belekang dan melihat Mikey yang menunduk mengikuti jalannya dengan tatapan takut dan khawatir. Draken menggenggam tangan Mikey untuk membuatnya lebih tenang.

Mereka sampai di salah satu ruangan, Draken mengeluarkan kunci dari kantong nya dan membuka pintu tersebut. Mikey mengintip dari balik tubuh Draken dan melihat sebuah kamar.

“Masuk Key” “Ini kamar gua dulu”

Mikey masuk dan dapat ia lihat beberapa benda-benda yang mungkin sudah tak dipakai oleh Draken. Namun hal yang paling membuatnya senang adalah-

'Baunya Kenchin'

Draken menutup pintu kamarnya sedangkan Mikey berlari dan meloncat ke atas kasur Draken. Ia berbaring dan menduselkan kepalanya ke bantal kemudian menutupi dirinya dengan selimut.

“Key?”

“Apwah?”-apa?-

“Ngapain sih, bayi?”

“Mikey bukan bayi!” ia mendongakan kepalanya dari bantal.

“Iya iya etdah” “Terus mau pulang kapan?”

“Lah kamu ngapain ngajak kesini segala?”

“Cuman mau liat kamar aja tadinya, tapi kamu langsung loncat ke kasur” “Ngantuk?”

“Enggak, enak aja di kelilingi baumu. Berasa dipeluk”

“Kalo mau kan tinggal minta” “Gengsi yaa” goda Draken membuat Mikey bersembunyi di dalam selimut.

“Bacot!”


Pukul 11 malam mereka ke bengkel salah satu teman Draken untuk mengambil motornya.

“Gila Kenchin, ini jam 11 malem”

“Dia gak tidur jam segini” “Paling lagi bucin sama pacarnya”

Draken mengetuk pintu di hadapannya beberapa kali.

“Oy Inui! Keluar lo!”

“Sabar brengsek!” teriak sang empunya nama dari dalam rumahnya. “Oy apaan? Loh balik beneran lu, gua kira cuman ketikan belaka” ucap pemuda dengan bekas luka bakar di dekat matanya. “Loh Mikey” Inui menatap kearah Mikey

“Inupi?” Mikey menyadari bahwa orang di hadapannya adalah salah satu temannya di kampus.

“Kok lu?”

“Lah lu sendiri?”

“Kalian saling kenal?” Draken menyela di antara pertanyaan mereka berdua.

“Inui Seishu, anak ilmu komputer kan?”

“Mikey dari teknik informatika kan?”

“Oh kalian satu kampus, kok gak cerita?”

“Ya mana gue tau lu temenan sama dia!” ucap Mikey dan Inui bersamaan ke arah Draken.

“Seishuu~” seorang pemuda dengan rambut aneh seperti ayam muncul dari belakang Inui.

“Koko bangun?”

“Kamu berisik” “O, Draken Mikey tumben kesini” “LOH KOK KALIAN KESINI!? BARENGAN LAGI!?”

“Lah iya ya, Ken kok bisa bareng Mikey?”

“Mikey pacar gua, btw mau ngambil motor dong, mau balik kita”

“Kapan jadian njir?”

“Berapa minggu yang lalu, ketemu di tinder”

“Kok kalian gak cerita sih” “Wait, berarti yang lu post udah taken itu maksud lu sama si bocil ini?”

“Iya”

“Wah gelo sih” “Btw ambil ae motor lu di garasi” Draken menuju garasi kediaman Inui berusaha membuka garasi tersebut dengan kunci cadangan miliknya.

Sedangkan Mikey dan Inui sedikit berbincang tentang bagaimana Mikey dapat bertemu dengan Draken.

“Btw Key, matkul pemrograman sabtu ada kelas tambahan. Lu ikut?”

“Serius? Gua gak dapet beritanya”

“Masa? Perasaan udah gua sampein ke Baji”

“Yeu, ngomong sama limbad”

Inui tertawa “jadi ikut gak nih?”

“Ikut ae dah, biar cepet selesai ini kuliah”

“Minta Draken jemput atau nungguin, past banyak guru di sana yang mau ketemu dia dan pasti banyak fansnya yang mau minta klarifikasi”

“Kayaknya enggak dah”

“Etdah posesif amat, Koko aja gua bawa” “Triple date kita nanti”

Mikey mengerinyitkan dahinya “satu lagi siapa?”

“Baji ama Puyu. Katanya Puyu mau nungguin” “Ntar kita jalan ke yomiuriland”

“Tiket?”

“Koko”

“Ah iya, lupa gua pacar lu tajir”

“Jadi selama ini aku di manfaatin doang sama kamu, ok fine” Kokonoi membalikan tubuhnya membelakangi Inui.

“Yaelah Ko, jangan ngambek. Lagian kan kamu juga yang punya rencana ini”

“Pukis”

“Kfc”

“Ok deal”

Draken membunyikan klakson motornya untuk memberitau Mikey bahwa sudah waktunya mereka pulang.

“Udah?” “Ya udah. Kita balik ya”

“Yo, moga mati di jalan” ucap Kokonoi di belakang Inui menjulurkan lidahnya.

“Jumat gua pastiin itu lidah ilang, Ko” balas Mikey sebelum mereka pergi dari sana.

Dari awal motor Draken sudah melaju dengan kecepatan yang sangat gila. Mikey tidak takut, ia juga sering berkendara secepat ini, namun kali ini ia lupa menggunakan jaketnya, jadi ia memilih memeluk pinggang Draken dengan erat dan menempelkan tubuhnya ke punggung pria tersebut untuk mengurangi rasa dinginnya angin malam. Tentu saja itu tidak terlalu berguna.

“Key, lu takut?”

“Gua kedinginan anjing!”

Draken melihat siluet Mikey dengan kaos tipis kebesarannya dan meberhentikan motornya di pinggir jalan. Ia turun dan melepaskan jaketnya kemudian memakaikannya kepada Mikey yang masih duduk di bangku penumpang.

“Kenchin gimana?”

“Di Jerman suhu udaranya lebih dingin sayang, aku udah terbiasa”

Ia kembali naik ke motornya dan menghidupkan mesin motornya.

“Pegangan”

“Gak mau”

“Nanti terbang lu Key”

“Gak papa mau coba”

“Ish Manjiro!”

“Iya ini pegangan” Mikey kembali memeluk pinggang Draken dengan erat.

Draken kembali melajukan motornya kembali dengan kecepatan tinggi. Mikey sebenarnya menikmati angin malam yang menerpanya, namun sayangnya perjalanan mereka harus berakhir karena mereka sudah sampai di kediaman Sano.

“Pinter ya, gak sekalian balik subuh aja kalian” sindir Shinichiro yang masih mengurus motornya.

“Oh, ini dua bocah yang gak tau bahaya keluar rumah” Izana menyindir dari teras paviliunnya. “Gak di begal lu berdua”

“Di Jepang ada begal bang?” tanya Mikey.

“Ya kalo ada geng gila yang gebukin lu berdua gimana? Emang lu kira gua yang megang geng seluruh dunia”

“Ih bang Ija khawatir jadi sayang”

“Dih najong, sorry nih ya dek gua cuman sayang Kaku-chan” mata Mikey berkaca-kaca. “Iya etdah, sayang lu juga. Jangan nangis, gua gak mau berurusan sama pawang-Draken-lu” “Lain kali liat jam, lu tau sendiri kan mereka masih ngincar lo” Izana menghampiri Mikey dan mengusap pucuk kepalanya.

Mikey melancarkan tendangannya namun di tahan oleh tangan Izana. Tampak senyum mengerikan di wajah keduanya. Draken hampir saja berniat memisahkan mereka, namun Shinichiro menahannya.

“Santai, mereka emang biasanya begitu kok. Malah kadang gua lempar kunci inggris. Ini cuman bagian dari bercanda kami”

“Kurang cepat Jiro, masih bisa gua baca. Coba lagi lain waktu ya” Izana berjalan kembali ke paviliunnya sambil melambaikan sebelah tangannya.

“Key, ayo balik. Masuk angin lu nanti”

Mikey berlari kecil ke sisi Draken kemudian berjalan bersama dengannya menuju ke paviliun. Saat masuk ke dalam paviliun Mikey langsung mendudukan dirinya di sofa, sedangkan Draken langsung ke dapur untuk membuat sedikit sup hangat sederhana.

Ketika Draken menyuguhkan semangkuk sup kepada Mikey, ia terheran-heran.

“Makan”

“Kenapa?”

“Biar gak masuk angin”

“Ngaruh kah?”

“Ya biar badan mu gak dingin aja”

“Terlihat mencurigakan”

“Tenang masakan gua enak kok” ucapnya setelah melepas dan merapikan apronnya dan duduk di depan Mikey.

Mikey memejamkan matanya takut dengan rasa sup yang akan menyapa lidahnya. Namun alangkah terkejut dirinya ketika sup tersebut masuk ke mulutnya, rasanya benar-benar di luar ekspetasi Mikey.

“Enak kan”

“Bahnget-banget-”

“Pelan makannya cantik” Draken membersihkan sisa makanan yang menempel di pipi Mikey dan kuah sup yang turun ke dagunya. “Kotorkan jadinya”

“Oh iya nanti Mikey mau cerita”

“Cerita apa?”

“Nantiii, aku selesain dulu makannya”


Setelah Mikey menyelesaikan makanannya dan mencuci piringnya ia meminta Draken untuk menggendongnya seperti koala ke kamar Draken.

Sesampainya di kamar, baru lah Mikey melepaskan jaket Draken kemudian duduk bersila di tengah kasur. Setelah Draken menaruh jaketnya, ia mengambil sisir dan melepas ikatan rambutnya dan naik ke tempat tidur duduk bersila di belakang Mikey. Draken melepaskan ikat rambut Mikey dan mulai menyisir rambutnya yang sudah tak sekusut tadi sore perlahan.

“Kenchin, aku numpang tidur di sini aja ya”

“Ada Baji sama Puyu ya di kamar mu”

“Ya kalo pun gak ada mereka, aku tetep maunya tidur bareng kamu sih”

“Iya iya boleh”

“Besok rencananya kita mau ngapain?” “Mau jalan-jalan?”

“Ke?”

“Tempat apa yang kamu pengen tau?”

“Udah tau semua sih, lagian di sini gak banyak yang berubah”

“Terus besok mau ngapain?”

“Istirahat. Ngebucin nonstop”

“Hmm, ok”

“Oh iya, katanya kamu mau cerita”

“Mau denger sekarang?” Mikey beranjak ke belakang Draken dan menyisir rambutnya.

“Iya”

“Jadi aku dulu pemimpin geng Tokyo Manji”

“Pernah denger” “Tapi gak nyangka pemimpinnya itu kamu”

“Tau lah seberapa berkuasanya geng itu di Tokyo. Tapi lama kelamaan aku lelah dengan semua hal itu, rasanya seperti terjebak dalam lingkaran setan. Aku memutuskan untuk membubarkan geng itu” “Tapi gelar Mikey terkuat ini tidak bisa lepas begitu saja. Banyak ketua geng lain yang tidak terima aku berhenti menjadi berandalan dan mulai menantangku” “Kau tau kan bang Iza itu pemimpin sekaligus pendiri Tenjiku?”

“Iya”

“Bang Shin adalah mantan pemimpin generasi petama sekaligus pendiri Black Dragon” “Mereka tau aku berusaha keluar dari lingkaran setan itu dan mereka berusaha membantuku. Kekuatanku tidak menghilang, aku tetap sekuat yang dulu, namun aku memutuskan untuk tidak menggunakannya kecuali benar-benar di perlukan” “Saat awal-awal aku berusaha hidup normal, aku terus saja di kepung dan di serang oleh geng lain. Dan untungnya bang Iza selalu melindungiku, entah dengan gengnya atau terkadang ia datang sendiri untuk mencegahku menggunakan kekuatanku” “Jujur saja, ku kira ia akan menjadi orang yang paling menentangku. Ternyata ia malah menjadi orang yang melindungiku. Sempat ku ajak untuk berhenti menjadi berandalan, namun ia bilang ini belum saatnya” “Inui dan Koko dulunya adalah salah satu anggota ku. Namun setelah ku bubarkan, kelihatannya mereka memilih jalan yang berbeda. Tapi ternyata takdir mempersatukan mereka juga pada akhirnya. Baji dan Chifuyu juga salah satu anggota ku dulunya, bahkan baji adalah salah satu pendiri dan Chifuyu adalah wakilnya. Itu kenapa mereka masih bisa dekat sampai sekarang ini. Baji itu orangnya barbar, namun ketika Touman di bubarkan saat itu Chifuyu meminta Baji untuk berhenti juga, kemudian mereka berpisah dan tak sengaja bertemu lewat aplikasi yang sama dengan kita. Namun yang mengejutkan adalah Baji benar-benar menuruti permintaan terakhir Chifuyu saat itu, enggak juga sih, cuman berkurang aja barbarnya”

“Kedengarannya seru ya Key masa-masa itu”

“Kedengarannya, kenyataannya sangat menyiksa. Kau bertukar tnju hanya untuk gelar dan kekuasaan yang bahkan sebenarnya tidak nyata. Menatap sahabatmu yang hampir mati karena beusaha melindungi gengnya, melihat saudaramu hampir mati tertembak, dan masih banyak lagi. Itu tidak menyenangkan. Hidup penuh kewaspadaan tidak menyenangkan sama sekali” “Kau mungkin sudah dengar dari Baji bagaimana kebiasaan tidur ku. Itu juga akibat dari kewaspadaan ku selama menjadi pemimpin” “Ok udah” Mikey menaruh sisir tersebut di meja saming tempat tidur mereka.

“Dah sini tiduran di samping gua” “Btw tadi kamu ngomongin apa aja?”

“Yang di tempat kamu itu?” “Gak banyak, tapi tadi cewek yang mukanya tegas itu cerita masa lalu kamu” “Terus aku di kasih pertanyaan gitu”

“Keren kamu bisa lulus”

“Tadi ujian juga?”

“Ntah lah tapi keliatannya begitu” “Soalnya emang sih di sana banyak yang kadang suka bercanda kayak gitu sama aku, cuman gak di depan publik”

“Dan ya aku masih agak kesel mikirin yang tadi”

“Calm down Key” “But i really didn't expect you'll react like that”

“Me neither” “Awalnya aku juga gak mikir bakal seserius ini. Tapi tadi sore Cipuy ngomong sama aku, dan biasanya aku gak bakal terpengaruh”

“Dia ngomong apa?”

“Ya tentang berani untuk nganggep serius hubungan ini. Tentang menganggap kamu sebagai orang untukku, rumahku. Dan dia bilang kalo seandainya kamu bukan takdir ku mereka bakal siap back up aku biar aku gak nge down” “Biasanya walau udah di bilang begitu sekalipun aku masih gak mau nganggep serius. Tapi pas tadi itu, pikiranku kosong, cuman bisa mikirin kamu yang lagi di pegang sama cewek dan aku gak suka”

“Posesive much huh?”

“Terserah mau bilang apa, tapi yang jelas aku gak mau rumah ku di jajah orang sembarangan begitu”

“Iya enggak lagi kayak begitu” “Btw Baji ama Puyu mana?”

“Tadi aku liat di tweet mereka mau late night drive juga namun berkedok cari peyoung yakisoba”

“Ya udah tidur”

“Mau main game”

“Udah malem Manjiro”

“Pwesee” ucapnya dengan jurus pupy eyes miliknya yang ampuh membuat banyak orang luluh.

Draken membalasnya dengan tatapan tajam. Setelah beberapa lama akhirnya Draken menghela nafas mengakui kekalahannya.

Mikey mengambil handphone mereka dan mulai bermain bersama, bahkan ketika Baji dan Chifuyu pulang mereka malah main bersama.