write.as

five minutes in heaven/hell. akhirnya. mingyu mengawasi wonwoo menuruni undakan pintu masuk kafe tergesa-gesa. kedua tangannya mengepal. bibirnya tinggal segaris. mingyu bahkan nyaris bisa mendengar gigi geligi pemuda itu beradu menahan amarah. dada mingyu serasa membuncah. ada perasaan asing dan gila menggelegak di dasar perutnya yang nggak bisa dia jelaskan. tapi yang jelas, makhluk jelek itu sedang menggeliat bersuka cita melihatwonwoo yang kesal gara-gara kelakuannya. jendela fortuner putih itu kemudian digedor-gedor. ada wajah wonwoo mengintip dari kacanya yang gelap. mingyu menurunkan jendela sedikit dan mengedik ke kursi penumpang di sebelahnya yang kosong. masuk, perintahnya tanpa perlu bicara. ada asap imajiner yang mengancam keluar dari lubang hidung wonwoo sekarang. dia berderap ke sisi lain mobil tersebut dan membuka pintu kasar. "lima menit. gak lebih. make it quick." "lima menit juga udah cukup." enteng mingyu membalas sebelum dia menarik tubuh wonwoo kasar ke belakang kemudi. di pangkuannya. chest to chest. bibirnya kemudian menyasar bibir wonwoo, yang berontak. "lo ngapain sih?!" "gue kan udah bilang mau cium." "kenapa tiba-tiba—" "gue gak bisa nyebat jadi lo harus cium gue. udah lupa?" "bisa jangan sekarang? mingyu, gue lagi kerja..." "NURUT AJA KENAPA SIH." dibentak seperti itu, wonwoo jadi patung. tengkuknya ditekan lagi dan bibirnya dipagut. tangan mingyu meraba apapun yang bisa diraih di dalam ruang sempit itu. pinggangnya yang langsing. paha wonwoo yang menimpa pahanya. segalanya. wonwoo memejamkan mata dan mencoba memikirkan hal lain selain bibir mingyu dan fakta bahwa mereka lagi berbuat mesum siang-siang di ruang publik. cukup satu mata penasaran dan teliti maka habislah mereka berdua. tapi seperti semua hal yang berhubungan dengan mingyu. sehebat apapun dia berusaha menolak, semakin epik juga kegagalannya. mingyu bisa merasakan pemuda yang dia pangku mulai rileks. bahu yang tegang mulai turun dan mulutnya lambat laun membuka. lidahnya menjelajah rongga mulut wonwoo ketika akhirnya ciuman sepihak itu direspon. memilinnya dalam mulut, suara lidah mereka yang beradu di dalam mobil itu kayak melodi di kepala mingyu. merdu. hilangnya perlawanan semakin membuat mingyu bernafsu. kayak orang lapar, dia mendaratkan ciuman bertubi-tubi dari mulut, rahang dan akhirnya bagian tubuh favoritnya. wonwoo panik dan menoyor kepala mingyu ketika ada yang tajam menggores lehernya. "jangan di situ gue lagi kerja!" wonwoo pasrah ketika mingyu kali ini membidik pinggangnya. dia buru-buru mengeluarkan kaos seragam wonwoo dari celana dan mengangkatnya sampai ke dagu, menggeram nggak sabaran ketika sabuknya nyangkut. segala tentang wonwoo itu ramping dan anggun. perutnya kencang, dadanya bidang. dua pucuknya mengeras mencuat dan naik turun mengikuti ritme nafas si pemilik. dia sudah merasakannya berkali-kali, tapi entah kenapa mingyu masih lapar. "kalo di sini aman kan?" adalah kalimat mingyu sebelum mulutnya yang rakus meraup satu pucuk ranum itu. mengunci bibirnya disana dan berpindah ke pucuk lain sampai cap merah tercipta di kulit wonwoo yang pucat. tanda kekuasaan. kayak dibuai, ac mobil dan belaian di belakang kepala mingyu bikin matanya ngantuk. jari wonwoo menyisir rambutnya sabar. sesekali mendesah pelan dan makin menyodorkan dadanya maju dan maju. seolah menyemangati. mingyu, mulutnya masih penuh wonwoo, mendongak. kegirangan ketika bersitatap dengan kelopak sayu wonwoo. tatapannya diam-diam menyanjung perbuatan mingyu pada tubuhnya. nafas mingyu menderu. seolah belum cukup dekat, dia menarik pinggul wonwoo dan mempertemukan dengan miliknya. kedua tubuh itu berayun selagi kepunyaan mereka bergesekan. "lanjut di apart gue yuk, kak," bujuk mingyu di bibirnya. punggung wonwoo membusur. celananya tiba-tiba mengetat nggak nyaman. kaosnya merosot ke perut. wonwoo mengangguk-angguk nggak sabar. nggak menyadari apa yang dia iyakan. "iy—" dering nyaring memenuhi mobil. asalnya dari pantat wonwoo. dia merogoh saku, hapenya bergetar gila-gilaan. "....jun," ujar wonwoo, linglung. seolah baru sadar dimana, dia mengedarkan pandangan di sekitar. pada mingyu yang lagi nyengir jahil, baju dan rambutnya semrawut. juga pada diri sendiri yang penampilannya nggak lebih baik. wonwoo mengantongi hape lagi. akhirnya ingat bahwa semestinya harus marah. "gue harus balik," wonwoo berpindah ke kursi penumpang. meloloskan diri dari pangkuan mingyu yang enggan melepasnya. bercermin di kaca spion tengah dan merapikan rambut serta menghapus jejak saliva di sekitar wajah. bersyukur nggak ada bekas aneh-aneh di lehernya. tapi bibirnya merah bengkak. percuma. semoga teman-temannya nggak curiga dia habis ngapain. "jangan kesini lagi." wonwoo keluar dari mobil tanpa melihat mingyu lagi. mata tajam mingyu mengikuti wonwoo. menyeringai melihat usaha cowok itu menarik-narik kaos serendah mungkin demi menyembunyikan ereksinya. mingyu iseng membunyikan klakson lagi ketika wonwoo lewat depan mobilnya, menahan tawa ketika targetnya terlonjak kaget. melotot tak percaya, wonwoo menendang ban mobilnya kesal sebelum masuk kafe lagi. bibirnya melontarkan umpatan tak terdengar. mingyu menghempaskan punggung ke kursi pengemudi. tersenyum puas. "gue nggak janji."