Bawel

Zora memainkan ponselnya, sambil duduk menunggu jemputan datang. Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan laki-laki itu.

Setelah membaca pesan terakhir yang dikirimnya. Ia berjalan menuju peron 3 mencari keberadaan cowok itu. Dengan modal foto yang Cakra kirim tadi akhirnya ia menemukan cowok itu sedang berdiri tegak menatap lurus kedepan. Cowok dengan kaos hitam polos dan topi dikepalanya berdiri tegak dengan wajah datar tanpa senyuman.

Zora tersenyum sembari melambaikan tangan. Barang bawaannya tidak terlalu banyak karna nanti juga ia akan membelinya disini.

“Gue Zora.” ucap Zora menyodorkan tangan kanannya.

Lelaki itu tak menjawab. Ia malah mengambil koper yang dibawa Zora dan memasukkannya kedalam mobil.

Zora berdecak kesal. Ia sangat sebal dengan respon pria itu. Menurutnya itu sangat sombong.

“Gue boleh nyalain lagu nggak?” tanya Zora hati-hati

Sagara menoleh dan menganggukkan kepalanya. Tidak ada pembicaraan antara mereka berdua.

Gadis itu melihat kearah jendela memerhatikan bayangan yang terpantul dari kaca mobil.

“Jakarta panas ya?”

“Kayak yang lo liat.” jawab Sagara ketus

Sagara memang sangat gemar mematikan topik obrolan. Padahal Zora sudah sangat berfikir keras memikirkan topik apa yang dibicarakan.

Suasananya semakin canggung. Hanya terdengar dentuman lagu yang di putar.

“Nama lo Sagara?”

“Hmm.”

“Gue liat kartu nama lo.”

Kartu nama yang tergeletak di dasboard mobilnya. Zora menyenderkan kepalanya pada kaca sambil sesekali melirik Sagara yang tambah ganteng kalo lagi nyetir.

“Lo suka mie ayam nggak?”

“Biasa aja.”

“Lo tau tempat mie ayam yang enak nggak?” tanya Zora lagi

Sagara menghela nafas pelan. Mukanya masih tenang tidak berubah menjadi marah.

“Lo bawel.”

“Gue tu nggak bisa diem-diem aja kayak gini.” protes Zora

“Harus bisa. Karna nggak semua orang kayak lo.”

Zora terdiam tercengang mendengar omongan Sagara barusan. Menurutnya bertanya adalah hal yang wajar.

“Gue nggak suka cewek bawel.”

“Dan gue nggak peduli ketidak sukaan lo.” Zora menaikkan nada suaranya karna kesal.

Setelah itu mereka benar-benar diam. Zora yang sibuk memainkan game di ponselnya dan Sagara yang fokus menyetir.

“Ya.”

“Ko bisa?”

“Oke abis ini gue langsung kesana.”

Zora hanya mendengar tidak berani bertanya siapa yang berbicara dengannya di telfon.