Kiss?

Terdengar suara teriakan yang berasal dari suatu ruangan. Awalnya ia malas ikut campur urusan orang lain tapi setelah mendengar suara teriakan yang menakutkan gadis itu memberanikan diri untuk keluar dan mengecek.

“Untung gue bisa bela diri! Awas aja tuh Cakra sinting.” serunya dalam hati.


“Anjing!” teriak Sagara ke arah Algi yang sudah ada ditangannya.

“Kenapa? Lo masih nggak terima kalo cewek yang lo jaga itu ternyata udah nggak perawan.”

Sagara menendang perut Algi lagi, Algi sudah tidak berdaya untuk melawan. Cowok itu menarik rambut Algi dengan kasar.

“Shut up!”

“Hahaha pukul gue lagi sini masih belom nih.” tantang Algi sambil mengarahkan tangannya pada bagian pipinya.

Sagara yang sudah hilang kesabaran pun mengambil pisau yang berada dilantai dan mengarahkan pada bagian kepala Algi.

“Sagara jangan gila!” teriak Cakra dari arah berlawanan.

Cowok berbadan jangkung itu tidak mendengarkan perkataan Cakra. Yang di ingingkannya saat ini adalah kematian Algi.

Sagara melempar pisau itu namun ia sengaja melesetkan. Pisaunya tidak mengenai kepala Algi melainkan pada dinding hampir saja mengenai telinga Algi.

Ia tersenyum mengeluarkan smirk dibibirnya. “Kalo gue mau, gue bisa aja bunuh lo hari ini.”

Bugh!

“Sekali lagi lo ngomong yang nggak-nggak soal Elya gue beneran buat lo mati hari itu juga.” ancam Sagara.

“Dia cuman manfaatin lo tolol!”

“Anjing!”

Belum Sagara memukul Algi lagi Cakra sudah lebih dulu mendorong temannya agar tidak berbuat lebih lagi.

Karna dilihat kondisi Algi yang sudah sangat lemah. Bisa mati jika dilanjutkan lagi.

“Anjing!” umpat Sagara

“Lo yang anjing tolol! Anak orang bisa mati.”

“Gue nggak peduli.”

“Biar gue yang urus.” ujar Cakra menyuruh Sagara pergi.

Cowok itu berbalik melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.

Zora berdiri tidak jauh dari sana. Ia melihat semua kejadian yang terjadi. Setelah melihat Sagara berbalik, gadis itu melemparkan senyuman. Seolah-olah semuanya yang terjadi tadi hal biasa.

Cowok itu melirik Zora sebentar sebelum akhinya pergi menuju mobilnya.

Krek

“Hai.” sapa Zora tersenyum kearah Sagara.

Cowok itu tak bergeming. Ia berusaha mengatur nafasnya.

“Ayo..pulang.”

Sagara menoleh, wajahnya bingung.

“Ngapain?”

“Duduk. Lo nggak liat?” jawab Zora santai

“Turun.”

“Gamau, mau ikut lo.”

Sagara menghela nafas panjang. Tangan kanannya memegang stir. Karna malas berdebat, cowok itu terpaksa melajukan mobilnya.

Zora tersenyum penuh kemenangan.

Mereka berhenti di lapangan luas banyak pepohonan. Cowok itu membuka pintu mobil dan keluar.

“Anjing!” ia memukul pohon itu kuat-kuat hingga tak sadar tangannya terluka.

“Ih lo ngapain sih?” teriak Zora menghampiri Sagara.

“Tuh kan luka. Bisa nggak sih kalo marah nggak usah ngelukain diri sendiri.” cecar Zora kesal

Sagara masih diam tak menatap gadis itu. Pikirannya masih terhenti pada ucapan Algi tadi.

“Ayo pulang. Gue capek!” eluh Zora.

Sagara beralih menatap gadis itu dengan tatapan tenangnya.

“Kenapa? Belom puas nonjok tuh pohon? Yaudah sana gue tunggu di mobil.” ujar Zora

Baru saja Zora melangkahkan kakinya ke arah mobil. Langkah itu tertahan dengan cegatan tangan Sagara yang tiba-tiba.

“Raa.”

Sagara menatap lekat gadis itu. Wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. Cowok itu beralih menatap bibir ranum milik Zora.

Ia memiringkan wajahnya sedikit kearah iri. Sebelum akhirnya bibir mereka bertemu Sagara lebih dulu menjauhkan wajahnya dari Zora.

Gadis itu memegang dadanya. Jantungnya berpacu lebih cepat. Wajahnya memerah, kedua telapak tangannya basah karna keringat.

“Kenapa lo nggak ngelawan zo anjir.” makinya dalam hati

“Sorry! Gue anter lo pulang sekarang.”

Setelah mengatakan kalimat itu. Sagara pergi meninggalkan Zora dengan pikirannya. Zora berjalan hati-hati membuka pintu mobil.

Suasananya menjadi sangat canggung sekarang. Gadis itu sesekali melirik ke arah Sagara namun cowok itu justru sibuk mengendarai mobilnya.

Seolah tidak terjadi apapun diantara mereka tadi.