Naksir

Gadis itu memasuki lift dengan senyuman di wajahnya. Ia sangat suka menghirup udara pagi karna menurutnya itu sangat menenangkan.

Ia memencet bel menunggu seseorang membukakan pintunya. Sangat lama Zora menunggu.

Tok tok tok

“Do wanna build a snowman—” teriaknya menirukan suara ana pada karakter film frozen.

“No..i can't build for you.” ujar Cakra membuka dengan cengiran diwajahnya.

Zora mendorong cowok itu agar menyingkir dari hadapannya. Ia meletakkan paper bag yang berisi makanan dari mamah ( nyokap Cakra ).

*Zora manggil mamah karna nyokapnya Cakra dulu sempat mengasuhnya sewaktu sd

“Bawa apa tuh.” Cakra membuka paper bang yang tadi gadis itu bawa.

“Punya mata dipake.”

Cakra menoyor kepala Zora kemudian berlari menuju kamar agar gadis itu tidak bisa mengejarnya.

Cakra memang seperti itu selain jail ia juga orang yang sangat kompetitif. Pernah sewaktu jaman SMP Zora dan Cakra bermain adu panco. Yang kalah akan mentraktir selama satu minggu.

Karna Zora memang ahli dalam perpanco-an alhasil dia menang. Cakra yang tidak terima pun berkali-kali meminta agar permainan tersebut diulang.


Zora bosan menonton acara televisi yang itu-itu aja. Kalau bukan sinetron ya gossip murahan para artis tv.

Ia berniat mencari Cakra yang dari tadi tidak keliatan batang hidungnya. Gadis itu berjalan ke arah kamar tempat terakhir yang Cakra masuki.

Krek!

Kya—

Zora berlari keluar kamar setelah melihat pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat.

Bukan Cakra yang berada di kamar melainkan cowok menyebalkan yang sewaktu itu menjemputnya.

“Ada apasih berisik-berisik.” kata Cakra keluar dari arah studio.

Zora masih menutupi matanya dengan kedua tangannya.

“Gue liat pornografi.”

Cakra menganga tidak mengerti maksud Zora.

“Maksud lo? Lo nonton porno?” tanya Cakra bingung

Gadis itu memukul lengan Cakra dengan keras sebab tidak terima dengan ucapan Cakra barusan. Cakra refleks mengelus lengannya yang sakit akibat pukulan tadi.

“Cowok—itu—dikamar lo telanjang.” jelas Zora dengan nafas yang tidak teratur.

“Chill bro itung-itung cuci mata.” ucap Cakra dengan nada meledeknya.

Kali ini bukan lengan melainkan kepalanya yang sudah siap untuk dipukul. Cakra teriak kesakitan sambil memegang kepalanya.

“Duh bisa lupa ingatan nih lama-lama gue.”

“Drama najis.”

Cakra masih menertawai sepupunya yang sudah sangat berapi-api ini. Tatapannya seperti ingin menyantap manusia.

Krek!

Zora dan Cakra sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Sagara keluar masih tidak memakai bajunya. Zora refleks membalikan badannya tidak mau melihat lagi.

“Baju gua dimana?” tanya Sagara dengan suara serak khas orang bangun tidur.

“Gantung goblok, makanya nyari pake mata.”

Cowok itu mengambil dan memakai bajunya. Zora masih pada posisinya, Cakra yang melihat pun tertawa lagi sampai berbunyi ngik ngok ngik ngok.

“Ketawa lo jelek banget ngik ngok ngik ngok.”

“Tapi muka gua tetep ganteng.”

“Najis ih.”

Zora berjalan ke arah dapur mengambil minum karna berada diapartemen Cakra ternyata butuh tenaga yang ekstra.

“Gua laper.” ucap Sagara pada Cakra

“Udah kayak pengemis minta makanan mulu.” sarkas Cakra tanpa dosa.

“Pengemis minta duit bukan makanan.”

“Iya anjing sama aja.”

Kemudian Sagara duduk di meja makan bersama Zora dan Cakra juga. Wajah cowok itu selalu tenang, tatapannya masih sama mengintimidasi.

Suasananya menjadi canggung. Zora sangat sebal melihat Cakra yang makan sambil memainkan ponselnya.

“Bisa taroh dulu nggak sih tuh HP. Nggak akan ilang juga.” ucap Zora tiba-tiba

Cakra menoleh kaget. Sedangkan Sagara tidak tertarik untuk mendengarkan perdebatan dua orang tidak jelas ini. Ia sibuk memangku vivi anjingnya sambil sesekali mencium gemas.

“Napa sih? Ini hal biasa yang gua lakuin.”

“Kebiasaan lo jelek.”

“Ih serem banget marah-marah.”

“Taroh HP nya gue risih liatnya.”

Cakra berdiri berniat ke kamar mandi. Cowok itu memang sangat hobi ke kamar mandi entah apa motivasinya.

“Mau kemana?” tanya Zora

“Kamar mandi. Mau ikut lo?”

“Ngapain?”

“Main HP biar nggak lo omelin.” ucap Cakra berlari menuju kamar mandi.

Kini tinggal Sagara dan Zora. Gadis itu berjalan menuju dapur. Hari ini entah kenapa ia merasa sangat haus. Padahal cuaca diluar tidak terlalu panas.

Sagara beranjak dari duduknya. Melewati punggung Zora yang menghalangi lemari pendingin. Zora berusaha mengatur detak jantungnya. Cowok itu berhasil membuatnya tidak tenang kali ini.

“Lo ngehalangin kulkasnya.”

Zora menoleh netra mata mereka bertemu untuk beberapa saat sampai akhirnya Sagara membuang mukanya kasar.

“Eh iya sorry.”

Lamunan Zora di kagetkan dengan kehadiran Cakra yang tiba-tiba.

Gadis itu melirik Sagara yang sedang bermain dengan anjingnya. Sebelum akhirnya cowok itu berdiri.

“Gue balik. Thanks Cak.” pamitnya dengan menggendong vivi lengan kanannya.

“Bayarannya mane?”

Ia melemparkan sebungkus rokok kepada Cakra. “ Noh rokok masih utuh.”

“Sialan! Gua bisa beli sendiri ya anjing.” teriak Cakra marah.

“Gemes.” kata Zora pelan

“Siapa yang gemes? Gue ya?”

Zora langsung memperagakan orang muntah. “Najis enyah lo.”

“Ati-ati naksir sama temen gue.” ucap Cakra tepat dikuping Zora.

Zora diam sejenak memikirkan ucapan Cakra barusan.

“Masa sih gue naksir?”

“Secepet itu?”