Sakit

Zora lega setelah pintu berhasil terbuka. Ia melihat Sagara yang tertidur di Sofa sambil meringkukkan badannya.

Ia menempelkan telapak tangan pada dahi laki-laki itu. “Buset panas banget nih orang.”

Pelan-pelan ia menyelimutkan seluruh badan Sagara dengan selimut.

“Dingin.” ucap Sagara tiba-tiba

Zora menoleh. “Eh gue matiin aja ya Ac-nya.”

“Hmm—gue nggak bisa tanpa Ac nanti merah-merah kulitnya.”

Sagara memijit kepalanya pelan. Kepalanya terasa berat, ia bahkan tak sanggup membuka matanya.

“Peluk.” ucap Sagara dengan suara beratnya

Zora masih diam sebelum akhirnya ia juga ikut duduk disebelah Sagara dan laki-laki itu dengan cepat memeluk tubuhnya.

Zora yang awalnya kaget pun akhirnya membalas pelukan dengan erat. Menepuk punggung Sagara pelan.

Ia berusaha mengontrol agar tidak terlihat gugup dan bersikap biasa saja.

Zora melepaskan pelukan itu, Sagara menolak tapi pada akhirnya Zora berhasil lepas. Ia baru ingat ibunya sering menanganinya saat demam. Ibu memastikan suhu ruangan tidak terlalu dingin, memakai baju yang menyerap keringat dan juga pakai selimut yang tidak tebal.

Dia beranjak ke lemari. Mencari kaos untuk Sagara ganti karna Baju yang ia pakai sudah basah keringat dan juga selimut dengan bahan tidak tebal.

“Mampus! maap ya Gar gue buka lemari lo. Sumpah gue nggak niat sebenernya. Semoga nggak ada barang haram.” kata Zora dalam hati

Barang haram yang ia maksud itu pakaian dalam.

“Gar lo ganti baju dulu deh, baju lo basah.” saran Zora

Sagara berdehem.

“Bisa bangun kan?”

Sagara bergeming, yang ia butuhkan hanya tidur dengan nyaman karna kepalanya sakit sekali. Tubuhnya dingin dan pegal-pegal.

“Dingin ra.”

“Iya makanya ganti baju dulu ya.” ujar Zora

“Ngantuk.”

Zora membuang nafasnya sambil menguatkan dirinya menghadapi Sagara yang sangat keras kepala ini.

“Baju lo tuh basah karna keringet kalo nggak diganti nanti tambah sakit.”

Sagara mencoba untuk duduk dengan mata yang masih terpejam. Berusaha membuka kaos yang ia kenakan sebelumnya.

Zora berbalik mencoba mengatur debaran di jantungnya.

“Udah?” tanya Zora masih dengan posisinya.

“Hmm.”

“Ganti selimutnya yang ini.” Zora memberikannya pada Sagara.

Ia beranjak, mengambil handuk kecil untuk kompresan. Sayangnya disini tidak ada baskom jadi ia menggunakan panci untuk memasak mie.

Zora menaikkan suhu Ac kamar, dan mengompres dengan air hangat. Ia mengukur suhu tubuh Sagara, 39 derajat. Panas banget ini mah.

Beberapa kali Sagara merintih kesakitan. Mungkin karna sakit dikepalanya. Biasanya kalo demam tuh emang sakit kepala sama badannya pegal-pegal.

Jadi Zora sangat maklum jika Sagara tidak nyaman dalam tidurnya.

Uhuk

“Mau minum?” tawar Zora dan tidak mendapat jawaban dari lawan bicaranya.

Ia berdiri mengambil segalas air putih.

“Duduk bentar Gar.” sambil membantu Sagara duduk.

Sagara duduk dan meminum air yang disodorkan Zora tadi. Baru Zora akan berdiri Sagara tiba-tiba memegang tangannya.

“Mau di usap-usap.” pinta Sagara dengan mata terpejam.

“Hah?”

“Kepala gue usap-usap.”

Sagara tuh kalo lagi sakit jadi manja ya, batin Zora.

“Ra…”

“Iya sebentar Gar.”

Ia mengusap-usap dengan sambil sesekali memerhatikan wajah bak pangeran ciptaan tuhan ini.

Lo beneran manusia bukan sih?

“Gue emang ganteng Ra.”

Zora reflek memukul lengan Sagara yang masih tertidur dengan senyuman dibibirnya. Seolah-olah meledek.