Warjay

Wendy dan Zora sampai pada tempat tujuan mereka. Zora mengikuti temannya dari belakang. Sebenernya ia malas untuk ikut namun Wendy benar-benar manusia yang tidak bisa di bantah.

“Wen awas lo ya kalo gue diem-diem aja.” bisik Zora pelan masih melihat sekitar dengan kedua matanya.

Zora memutar bola matanya malas sesaat melihat Wendy yang sudah bersama Cakra. Tenang nggak ngapa-ngapain kok cuman ngobrol.

“Zora buset apa kabar?” teriak salah satu dari kumpulan cowok itu.

Ia memicingkan matanya soalnya agak jauh jadi nggak terlalu keliatan. Tetapi entah mengapa wajah laki-laki kulit putih bersih itu seperti bersinar dan hanya dia yang bisa ia lihat dari jauh.

“Duduk sini anjir, ngapain lo diri.” ajak Beben

Zora tersenyum, ia merasakan tubuhnya menjadi kaku saat Beben menyuruhnya duduk berhadapan dengan Saga.

“Kak astaga sumpah gue lupa-lupa inget muka lo.”

Beben memang 2 tahun lebih tua dari Zora. Makanya ia memanggil dengan embel-embel kak. Juga Beben teman sepupunya, Daelan.

“Buset muka gue perasaan nggak jelek-jelek amat masih aja ada yang nggak ngenalin.” canda Beben sambil tertawa dan Zora ikut tertawa juga.

Jangan tanya Wendy sedang apa, ia benar-benar melupakan Zora jika sudah bersama Cakra. Definisi temen nggak tau diri.

“Btw si Dae masih les?” tanya Beben

“Nggak lah, gila kerja dia mah.”

Beben ber-oh ria dengan cengiran khasnya. Dari tadi ada yang mendengarkan namun tidak tertarik sama sekali dengan obrolan mereka.

“Widih bawa cewek cantik nggak ngomong-ngomong lo Ben.” ucap Peing salah satu teman mereka.

Saga melirik Peing sekilas, baru saja ia berniat menyalakan rokoknya. Kegiatan tersebut terhenti saat Saga mengeluarkan suara mahalnya.

“Ing pindah lo.”

Semua pasang mata langsung menoleh kearah sumber suara. Beben tersenyum jahil melihat tingkah Saga.

Ekhem tenang aja kali Gar, nggak akan di embat cewek lo.” kata Beben yang dijawab tatapan sinis oleh temannya.

“Oh cewek lo, bilang dong kalo gitu kan gue nggak berani godain. Maap ye bos.”

“Cewek mata lo.” kata Zora dalam hati

Suasananya semakin rame, Oiya Jefan tuh lagi main lego ama Arip di samping pohon jati dekat warjay. Sedangkan Zora, Beben dan yang nggak ia kenal namanya memainkan uno kartu bersama.

Zora juga bingung mengapa ia cepat akrab dengan mereka. Entah dorongan dari mana Saga memperhatikan Zora yang sedang sibuk dengan kartu yang ia pegang sambil tertawa sekali-kali.

“Cantik.” mungkin tidak akan ada yang mendengarnya pasalnya suara Saga memang sangat kecil

Zora merasa diperhatikan seseorang daritadi. Pas dia noleh Saga masih menatapnya dengan intens.

Saat itu rasanya detak jantung Zora berhenti, tapi ada keanehan dari tatapan Saga yang Zora pun tidak tahu.