Waktu berjalan lancar. Dan tak sadar ini sudah hari ke-8 haru di rumah nyamannya. Disini, haru punya teman, kakak sekaligus...emm pacar? Yang mana perasaan dicintai dalam dirinya sudah lama diam. Tak ada lagi hari hangat semenjak kejadian kakak kesayangannya pergi. Ya, yoshinori.
Pada dasarnya memang haruto malas beraktivitas keluar rumah. Di jepang pun dia manggung dari satu event ke event lainnya untuk menghidupi dirinya sendiri.
Apakah kalian mau bertanya 'memang haru tidak ada pekerjaan yang pantas apalagi dengan bakat dan muka seperti itu?' tentu saja ada. Tapi semua dia tolak. Pernah saat dia mencoba jadi model majalah mingguan, pendapatannya memang besar tapi ia tidak suka ketika orang dibalik kamera meneriakinya hanya untuk mengubah pose. Ya seperti itu.
“hidupmu saja tak panjang, kenapa harus melakukan perkataan orang lain?”, Kata haru pada dirinya kala itu.
Oke kembali ke haruto. Selama di kediaman junkyu memang dia sedikit merasa bosan. Tapi tak berlangsung lama saat dia menemukan gulungan wol warna warni di sudut kamar junkyu. Katanya itu mainan kucingnya. Dan begitulah haruto menemukan hobi barunya, merajut. Yah walau dia baru bisa membuat rajutan panjang polos. Termasuk cepat bukan dalam waktu 4hari?
“Haruuuu jalan yuk” junkyu muncul dibalik pintu. Menatap gemas pada haruto yang baru saja kembali dari dunia mimpinya.
“eng” , haruto berusaha sadar
Junkyu terkekeh melihat rambut coklat gelap itu berdiri seperti sarang burung. “Mandi. Biar lama jalannya” katanya sesaat setelah tiba disamping haru sambil sedikit merapihkan rambut itu lucu.
“Hayoo mandi apa dimandiin aku hm?”, mendengar itu haruto malah menjatuhkan badananya lagi dan meringsek kedalam selimut.
“20menit”
“kkkk jangan lupa siap siap” putus kyu mengusak gumpalan tebal selimut putihnya sebelum keluar lagi mengurus sesuatu.
Sudah mulai masuk bulan agustus sekarang. Udara semakin hangat. Makanya haru dan junkyu dapat memakai pakaian santai seperti ini. Junkyu dengan sweater knit nya. Dan haru dengaan kaos polos dilapisi kameja biru nya sudah siap.
“Yedamie sama jihoon hyung mana?” tanya haru sesaat setelah memperhatikan apart ini terlihat sunyi dan rapi, tak biasanya.
“Oh itu dipanggil agensi, dah ayo”, entah kenapa haruto merasa junkyu terburu buru. Entah akan apa.
Mobil yang dinaiki melaju pelan melewati jalan kota yang tampak lengang. Ini hari kamis kenapa siang begini sepi? Padahal cuacanya cocok untuk camping.
Haruto yang biasanya memang diamーkarna junkyu lah yang selalu memulai percakapan merekaーtambah diam. Menoleh sebentar, ia dapati junkyu yang duduk datar dengan earphone ditelinganya. 'ngebug kali ya'
Junkyu yang merasa ditatap menolehkan kepala lalu tersenyum lebar “kenapa?”
Haru yang didapati terang terangan menggeleng saja. Memainkan kedua ujung sepatunya.
Junkyu maju menghapus jarak yang dicipatakan penghalang duduk ini lalu tangannya mengambil wajah haru lembut. Dan kemudian earphone biru langitnya sudah berpindah lubang telinga. Haruto yang sudah sering disosor tetap merasa terkejut, dan saat junkyu kembali pada posisinya lalu merubah lagu dari pengaturan ponselnya membuat haru kembali sadar.
Lagu yang tenang terputar pelan. Haru menikmati itu. Sampai suara yang tak asing menyapa pendengarannya. Pembawaannya lembut. Walau haru masih terbatas pada kosa kata berat bahasa korea, dapat diketahui lagu ini tentang kehilangan. Atau kepergian yang kemudian ditinggalkan?
“Eh?” Jengit haru kaget saat tersadar sesuatu
“Hm?” junkyu menampakkan senyum giginya.
“Apa apa coba tebak” sambung junkyu
“Lagu baru?” tebak pasti haru
“uuu udah hafal lagu david cie cie apal ciee” senyum menggoda itu tampak sebagus langit biru hari ini.
“semua lagu lu dugem ye ini tetiba muncul slow kan beda” sergah haru menyingkirkan telunjuk kyu yang menusuk pipinya.
“hehe oke deh oke”
Lalu kemudian kembali hening. Haruto sedikit menyalahkan tempat tujuan mereka yang lumayan jauh. Dan juga ada apa dengan junkyu memenuhi benaknya.
Dan kemudian sekelebat bayang melintas di kepalanya. Menoleh dahulu, oh junkyu terpejam mungkin tertidur jadi ia aman. Tak butuh waktu lama kemudian haruto sudah mengetikkan 'david' di kolom pencarian naver.
David fluffies
Eh? Yang didapati haru adalah angka tahun lahir junkyu dan dirinya selisih dua?? Waktu itu bukannya-
“Ngapain dicari? Ini ada yang asli” suara junkyu terasa begitu dekat membuat haru reflex menoleh dan
Cup!
Wajah junkyu yang tepat disampingnya dan bibir yang sengaja dimonyongkan itu mendarat halus di pipi.
“Iyyeek basahh” keluh haru dengan tampang jijik nya.
Junkyu tergelak, dan kemudian dengan cepat merampas ponsel itu.
“Kita lihat, apa yang bayi kita baca sampe lupa ada david ganteng disampingnya hmm” ocehnya sendiri lalu masuk ke naver lagi.
Tak ada yang junkyu dapatkan aneh. “Nyari apa?”
“Kita beda dua tahun?” tanya haru polos dengan mata lebarnya.
“Satu”
“Tapi disitu tad-”
“Iya iya 16 bulan”
“Heehh?? Kok lu lebih gem-. Gagaga gajadi”, elak haruto hampir kelepasan.
“Apa tadi?? Gem...? Gem..?”,
Oh ayolah muka junkyu tampol-able sekarang.
Haruto mengabaikannya. Lalu bertanya lagi “jun punya kucing?”
Junkyu yang ditatap begitu membeku. 'jun' + mata besar yang terlihat bersinar lucu + bibir pucat pink haru membuat aliran darah Junkyu naik ke kepala. Pipinya memanas.
“Punya gak” ulang haru
“eeh ah iya punya. Wol yang kamu pake kan punya ruby”, sadar kyu sadar!
“Ruby? Bagus” gumam haru mengangguk anggukkan kepalanya.
“Nanti kita ketemu ruby deh ya. Tapi nanti ya...”, Perkataan junkyu yang menggantung membuat haru sedikit merasa aneh.
Disini mereka, hongdae street food yang tidak terlalu padat. Kalo makan, pasti haru bisa asal bukan pedas. Dan jika dilihat jajanan yang sudah ditanhkap matanya banyak yang berwarna coklat bertabur gula. Itu manis!
“Sana pilih aja” ,suara samar junkyu dibalik maskernya.
Haru kok kesel ya, “kan gue gabisa bakor???”
“Aowkwo iya juga duh cimil sih” , dan tangan junkyu meraih pergelangan haru dan memasukkannya ke kantung sweater depannya. Itu tangan doang dimasukin kantong, ga digenggam berdua masuk gitu bukan :')
Haruto udah ngerasa gondok aja. “Ga jelas kodok zuma” lalu mengeluarkan tangannya.
Junkyu yang dikatai malah tersenyum jahil. Lalu mulai berlari meninggalkan haru dibelakang. Haruto jawdown.
“Kamsut lo??” Tak ada pilihan, haru berjalan cepat mengikuti sweater hijau muda itu bergerak sambil terus menandai kios kios jajanan yang akan disinggahinya nanti.
“huwek”
“Heh jangan disiini” kaget junkyu mendengarnya, haru merasa eneg karna memakan tiga bungeoppang isian coklat sekaligus.
Tadi, setelah junkyu tahu ujung jalan mereka adalah gang buntu mereka kembali pada arah awal dengan haru yang membeli semua jajanan. Salah junkyu jadinya ia tahu semua yang dijual dan membeli berbagai macam. Junkyu ya iya iya aja. Badan haru masih suka kerasa tulangnya kalo dipeluk.
“Minum minum”, junkyu menyodorkan susu pisang
“egh gamau lagi”
“Gamau tau abisin ini kartu pribadi aku” tolak junkyu dengan mata melotot
Haruto semakin bersandar ke kursi. Menutup matanya lelah. Ruang diantara mereka sudah terdapat meja dengan penuh bungkus jajanan. Salahnya juga sih.
Junkyu ga serius ko. Duitnya aja sekebun gampang minta lagi ntar ama eyang.
“Pak sekarang” pinta junkyu pada supirnya
“Aye aye tuan”
Haru tertawa lagi mendengarnya. Walaupun sudah sering tetap saja terasa lucu. Itu karna junkyu menyuruh semua pekerja nya apabila diperintah harus dijawab dengan 'aye aye' ala bajak laut. Dan menurut haruto itu unik.
Sapuan tisu pelan membersihkan sekitaran mulut haru. Junkyu yang menatap mata yang malah menikmati usapannya kesel, digosok kenceng.
“Anjrit aw sakit” haru menepis tangan junkyu
“Keenakan. Gantian lapin” ,junkyu menyodorkan tisu baru pada hawu.
'Hah? Ohh lap in' haruto malah mengusap sudut junkyu yang terdapat gula itu dengan jari kelingkingnya alih alih menerima sodoran tisu.
Seolah tak terjadi apa apa haruto menyamankan lagi duduknya karna mobil mulai berjalan dan menatap keluar.
Junkyu itu anaknya terbiasa 'menerkam' tapi giliran dia yang dihalusin duluan lemah.
“Ru mau tangannya dong” minta junkyu yangs udah menarik kameja hawu.
Haruto memberikan tangannya. Dan terus menatap lekat apa yang selanjutnya junkyu lakukan.
DEG
Degupnya berpacu cepat.
Junkyu mengecup kelima ujung jarinya. Dilanjut dengan menempelkan tangan itu dipipinya, lalu kemudian dibawa kembali bertemu bibir yang sudah dibasahi enzimnya. Yang diperlakukan seperti itu menahan senyum geli. Perutnya menggelitik.
Step terakhir yang benar benar membuat haru plongo. Junkyu menggigitnya di pergelangan tangan. Lalu bekasnya disapu pelan dengan lidah dan dikecup sebagai penutup.
Haruto memerah sampai ke telinga. Ia menyaksikan sendiri apa yang wajah tampan itu lakukan pada tangannya.
“aa-apasih” , gugup haru tak dapat ditutupi.
Kim junkyu mendapati pemandangannya sesaat sebelum nanti. Pemandangan saat haruto nya memalingkan wajah menahan malu. Menyembunyikan rona di pipi tapi malah menunjukkan telinga merah terangnya.
'mungkin dewi ga salah' benak kyu dan senyum lembutnya.
Pak sopir yang berada di depan yang sempat melirik gemas ikut menahan senyum. Yah tak apa namanya anak muda dan tuannya yang dapat tersenyum secerah dulu, ia turut bersyukur akan itu.
“TERUS MAKSUT LO APA KALO GA NGUSIR??” Suara haru menggelegar di dalam mobil terkunci.
Ia tak sengaja tertidur setelah jantungnya berolahraga tadi dan saat membuka mata, pemandangan ini yang didapatnya.
Bandara, asahi yang memegang koper terlihat jauh di pintu masuk, dan kedekatan junkyu yang menatap wajah tidurnya intens.
“Shuutt ga gitu. Dengerin” junkyu sedikit mencengkram lengan atasnya, membuat haru mau tak mau diam mendengarkan.
“Pulang dulu ya? Istirahat buat kamu juga. Akhir akh-”
“Gue gak ngapa ngapain seminggu buat apa istirahat jing?” Kata kasar haruto keluar lagi. Sejujurnya ia juga tak mau kasar seperti ini tapi saat otaknya menangkap bahwa junkyu menyuruhnya kebali kejepang, hatinya berdenyut sakit.
Ditambah lagi saat diingatnya, kemarin juga ia dipaksa datang dan kemudian disuruh pulang seperti ini. Persis sama. Tanpa alasan yang pasti dan tentunya keputusan sepihak yang haruto benci.
Kalau memang ia menyusahkan kenapa tak bilang? Atau kalau memang hanya mau main main, kenapa harus haru?? Tak dapat dipungkiri hatinya skit.
Mata haru perlahan memerah. Air mata ini diluar kendalinya. Dan saat ia memejam mata kuat kuat yang ada malah kelibat bayangan saat saat tadi pagi mereka yang terasa manis.
Junkyu terenyuh melihat itu. Tetes air mata itu karenanya. Lagi. Dan selanjutnya, pasti yang membuat haru sakit adalah dirinya lagi.
Mengapit dua pipi itu pelan, junkyu menyatukan bibir mereka. Hanya menempel sampai tetes air mata haru turun dan akhirnya mengikuti jalur pipi junkyu.
Junkyu ingin menenangkan harunya dengan masih menempelkan kedua benda kenyal tersebut. Sampai haruto yang mengambil alih ciuman mereka, menyesapnya pelan. Instingnya berkata ini akan cukup. Entah itu cukup lama dalam artian waktu. Atau mungkin cukup menyakitkan pada kedua dari mereka.