fluffypow

Haru's . 1,5k word

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertamanya sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name atreus melempar tatapan ke haruto sengit.


Haruto tak tahu malam ini para proprieter bertaruh apa, tapi yuta terlihat senang sekali. Yah sudahlah bukan urusannya, ia hanya perlu menang dan bersenang senang sebentar lalu pergi dengan rekening yang angka 0 dibelakangnya berjejer rapi.

Arena sudah siap. Dan ternyata hanya 6 dari mereka yang turun. Seingat haruto dia pernah sekali tanding dengan belasan hingga puluhan orang. Yah serahlah, haru hanya ingin bermain.

Motor khusus iaros masih ada, terawat rapi. Body biru safirnya mengkilat, sangat terawat. Dulu, iaros salah satu anak kesayangan Red, jadi ya sudah biasa akan perlakuan spesial seperti ini. Tapi haru lumayan terkejut, apa motor iaros ada yang pernah pakai? Atau hanya disimpan menunggunya 2 tahun baru kembali?

. .

Semua sudah siap sedia. Pertandingan ini akan berlangsung cepat karna hanya memerlukan 3 putaran untuk menentukan pemenang.

Haru mendapat space paling pinggir dan disampingnya langsung adalah atreus, hah haru tebak si huijun ini akan sangat ambis untuk mengalahkannya.

Hitungan mundur terdengar kencang, sampai bendera diatas tower kejauhan melambai tanda dimulainya pertandingan.

Putaran pertama berjalan mulus dengan atreus memimpin.

Johnny diatas sana sudah berteriak ribut. Yuta masih diam dengan tangan mendekap didepan dada, memang begini taktik iaros. Membiarkan musuhnya tinggi hati lalu mematahkannya di akhir putaran.

Hampir memasuki putaran kedua,

Motor atreus melambat, dan mulai condong ke arah dinding pembatas. Menyisakan sedikit ruang untuk haruto.

Haru berpikir cepat, kalau tak ingin tertabrak, ia yang mendahului atau terpaksa ikut mengurangi kecepatan,,

Haru melajukan motornya cepat sehingga tercipta lumayan jarak antara dia dan atreus yang semakin menghimpit dinding.

'e anjing mau main kotor', umpatnya saat pantaulan atreus dibelakang semakin cepat

Haruto memutar stang motornya, ingin keluar dari jalur dan mengambil space ditengah agar menghindari himpitan atreus.

Tak sampai disana, atreus benar benar melakukan itu

Kakinya mengangkat tinggi kemudian menendang kencang body motor iaros yang melaju cepat.

Membuat haruto hilang keseimbangan, satu tangannya sudah lepas dari stang dan mengarahkan motor itu ke pembatas dinding,,

Dan sialnya dinding itu tak tertutup pembatas empuk (yang kayak pelampung).

BRAAGH

KREK

Suara body motor dan dinding bertabrakan terdengar.

Disusul dengan bunyi antara sendi dan tulang jari kelingking haruto. Yang perlahan seluruh jari kecil itu berwarna merah.

“Sshhh bangsat”, haru mencengkram pergelangan tangannya, mau memindahkan sebagian rasa sakit dari jari kecilnya.

Sakit, sangat sakit. Sampai mata haru memerah dengan ujung yang sudah berair.

Nafasnya memberat, jika dia marah maka dia harus menang.

Dengan satu tangan gemetar, haru mencengkram bantalan stang motornya. Mulai melaju kembali.

Sampai diambang kecepatannya..

Atreus yang sudah positif akan dirinya menjadi pemenang berjengit diatas motornya. Spionnya memantulkan motor biru safir yang terpantul terang mulai mengikis jarak.

Sampai pada hampir akhir putaran tersebut, haruto masih menekan kuat gas motornya. Tak memedulikan lintasan yang sudah mendekati garis finish.

Terlalu lama mencengkram stang, tangan kirinya mulai gemetar yang berakibat stang motornya yang bergerak tak beraturan.

Haru malah mengangkat bibirnya, tersenyum.

Dengan sisa gas terakhir, ia menabrakkan motornya pada balon gas penghalang didepan, lalu jatuh menggulingkan badannya di aspal yang sudah terlapisi rumput sintetis.

Membuat motornya menyelesaikan sekaligus memenangkan perlombaan tanpa pengemudi diatasnya.

Selang beberapa detik atreus dan racer lainnya sampai di garis akhir. Semua kecuali huijun langsung turun dan menghampiri haruto yang masih diam terlentang dengan helm masih menutup wajahnya.

Dohyon-player Han Seungwoo- yang pertama memegang pundak haru lalu diarahkannya ke posisi duduk. Dohyon sempat melirik ke jari tangan kanan haru yang seluruh ujung kukunya membiru. Dan jari yang paling kecil itu saking birunya, terlihat seperti berdarah didalam.

Player lainnya dari Lee Jinhyuk, Win ikut duduk di aspal dan langsung melepas perlahan helm haruto.

“Heh lo ga mati kan?” tanya win retoris saat jelas jelas mata haru terbuka lebar.

Haru diam ditempatnya. Duduk bersandar pada dohyon dan didepannya ada win dengan tatapan khasnya, ah haru rindu teman lamanya.

Kemudian haru memejam, lalu bernafas lirih, “yon bawa gue pulang”.


Samar samar haru mendengar suara pukulan. Dirinya sudah duduk di dalam mobil Win. Sementara si empu mobil bilang ada urusan sebentar.

Haruto sebenarnya marah. Pasti, pasti dia akan menghajar si huijun hui hiu itu. Tapi tangan untuk meninjunya saja terluka...huft.

Saat masih dengan pikirannya, pintu disampingnya terbuka. Menampilkan yuta a.k.a Mr. Red yang nafasnya tak teratur.

“Hah hah haru, maaf.” ,sesalnya

Haru yang sudah ingin tertawa sarkas,, urung.

Tiba tiba dan entah darimana benaknya melayangkan satu nama. Yang sukses membuatnya takut untuk alasan yang tidak jelas.

Kim junkyu.

Haru menoleh cepat dan menatap yuta yang menunggu maafnya.

“Hyung, aku berhenti disini” putusnya telak. Membuat yuta membuka mulutnya yang kemudian ditutup lagi, menghormati keputusan yang lebih muda.

“Ekhem. B-baiklah. Maaf sekali lagi. Akan kuberi motor iaros padamu...itu terlalu lama disimpan. Dan memang dari awal punyamu”, ujar yuta terdengar tulus.

Dan sebelum yuta menutup pintu mobil kembali, ia mengusak rambut gelap itu pelan

“Makasih. Dan kalau kau datang lagi, mungkin aku akan senang. Sekarang Istirahatlah”


“Gue bilang pulang anjrit” umpat haru saat win dan dohyon mengangkat paksa kakinya, keluar dari mobil.

Kemudian badan bongsor haruto yang terangkat, membuat dohyon dan win tertawa sambil terus membopong badan bongsor itu, menyeret masuk ke rumah sakit.

. . .

“Atreus emang agak tolol”, ungkap dohyon berapi api.

Dohyon ini, saat awal bergabung bersama player player juga pernah kena bully oleh hiu huijun itu.

“Tapi biasa aja tuh ke gue” sergah win

“Tapi emang brengsek sih” labjutnya labil,

Haru tertawa pelan. Dijarinya sudah terpasang gips biru. Terasa kaku, tapi mau gimana lagi.

Dan yah benar, kelingking nya patah. Cukup parah kata dokter. Juga mengingat luka yang tak cepat ditangani membuat darahnya tercekat sampai kulitnya membiru nyaris hitam itu.

Saat dohyon masih sibuk mengoceh, dan win yang menanggapi, dering ponsel win membuat ketiganya beralih.

“Si genjreng?” Tanya dohyon asal, ia hafal dering khusus yang diatur di ponsel win.

“DIA PIANIS ANJIR MENCET MENCET PIANO. GENJRENG MAH GITAR” Win meledak, ia berteman dengan dohyon sudah lama. Dan selama itu juga dohyon suka menghina idolanya yang seorang pianis dengan sebutan 'genjreng'.

Haruto terbahak. Muka win yang marah kayak ikan buntal.

“Apasih apa” saut haru tak tahu apa yang sedang dibahas selepas tawanya reda.

“IH ANJRIT ANJRIT PIDIO??!?” Win heboh keseluruh kamar rumah sakit. Untung kamar VIP.

Win jalan mendekati ranjang haru dan menampilkan layar ponselnya yang memutar video pelan.

Awalnya haruto biasa,, tapi saat melihat akun twitter yang mengupload video itu mukanya berubah datar, dengan perasaan yang tak dapat ditebak.

Beruntung, karna kehebohan win,dua teman haru itu diusir. Apalagi mengingat ini sudah hampi jam 3 dini hari, waktu besuk sudah habis.

Menyisakan haru dengan segala pikirannya.

©® fluffyp0w

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertamanya sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name atreus melempar tatapan ke haruto sengit.


Haruto tak tahu malam ini para proprieter bertaruh apa, tapi yuta terlihat senang sekali. Yah sudahlah bukan urusannya, ia hanya perlu menang dan bersenang senang sebentar lalu pergi dengan rekening yang angka 0 dibelakangnya berjejer rapi.

Arena sudah siap. Dan ternyata hanya 6 dari mereka yang turun. Seingat haruto dia pernah sekali tanding dengan belasan hingga puluhan orang. Yah serahlah, haru hanya ingin bermain.

Motor khusus iaros masih ada, terawat rapi. Body biru safirnya mengkilat, sangat terawat. Dulu, iaros salah satu anak kesayangan Red, jadi ya sudah biasa akan perlakuan spesial seperti ini. Tapi haru lumayan terkejut, apa motor iaros ada yang pernah pakai? Atau hanya disimpan menunggunya 2 tahun baru kembali?

. .

Semua sudah siap sedia. Pertandingan ini akan berlangsung cepat karna hanya memerlukan 3 putaran untuk menentukan pemenang.

Haru mendapat space paling pinggir dan disampingnya langsung adalah atreus, hah haru tebak si huijun ini akan sangat ambis untuk mengalahkannya.

Hitungan mundur terdengar kencang, sampai bendera diatas tower kejauhan melambai tanda dimulainya pertandingan.

Putaran pertama berjalan mulus dengan atreus memimpin.

Johnny diatas sana sudah berteriak ribut. Yuta masih diam dengan tangan mendekap didepan dada, memang begini taktik iaros. Membiarkan musuhnya tinggi hati lalu mematahkannya di akhir putaran.

Hampir memasuki putaran kedua,

Motor atreus melambat, dan mulai condong ke arah dinding pembatas. Menyisakan sedikit ruang untuk haruto.

Haru berpikir cepat, kalau tak ingin tertabrak, ia yang mendahului atau terpaksa ikut mengurangi kecepatan,,

Haru melajukan motornya cepat sehingga tercipta lumayan jarak antara dia dan atreus yang semakin menghimpit dinding.

'e anjing mau main kotor', umpatnya saat pantaulan atreus dibelakang semakin cepat

Haruto memutar stang motornya, ingin keluar dari jalur dan mengambil space ditengah agar menghindari himpitan atreus.

Tak sampai disana, atreus benar benar melakukan itu

Kakinya mengangkat tinggi kemudian menendang kencang body motor iaros yang melaju cepat.

Membuat haruto hilang keseimbangan, satu tangannya sudah lepas dari stang dan mengarahkan motor itu ke pembatas dinding,,

Dan sialnya dinding itu tak tertutup pembatas empuk (yang kayak pelampung).

BRAAGH

KREK

Suara body motor dan dinding bertabrakan terdengar.

Disusul dengan bunyi antara sendi dan tulang jari kelingking haruto. Yang perlahan seluruh jari kecil itu berwarna merah.

“Sshhh bangsat”, haru mencengkram pergelangan tangannya, mau memindahkan sebagian rasa sakit dari jari kecilnya.

Sakit, sangat sakit. Sampai mata haru memerah dengan ujung yang sudah berair.

Nafasnya memberat, jika dia marah maka dia harus menang.

Dengan satu tangan gemetar, haru mencengkram bantalan stang motornya. Mulai melaju kembali.

Sampai diambang kecepatannya..

Atreus yang sudah positif akan dirinya menjadi pemenang berjengit diatas motornya. Spionnya memantulkan motor biru safir yang terpantul terang mulai mengikis jarak.

Sampai pada hampir akhir putaran tersebut, haruto masih menekan kuat gas motornya. Tak memedulikan lintasan yang sudah mendekati garis finish.

Terlalu lama mencengkram stang, tangan kirinya mulai gemetar yang berakibat stang motornya yang bergerak tak beraturan.

Haru malah mengangkat bibirnya, tersenyum.

Dengan sisa gas terakhir, ia menabrakkan motornya pada balon gas penghalang didepan, lalu jatuh menggulingkan badannya di aspal yang sudah terlapisi rumput sintetis.

Membuat motornya menyelesaikan sekaligus memenangkan perlombaan tanpa pengemudi diatasnya.

Selang beberapa detik atreus dan racer lainnya sampai di garis akhir. Semua kecuali huijun langsung turun dan menghampiri haruto yang masih diam terlentang dengan helm masih menutup wajahnya.

Dohyon-player Han Seungwoo- yang pertama memegang pundak haru lalu diarahkannya ke posisi duduk. Dohyon sempat melirik ke jari tangan kanan haru yang seluruh ujung kukunya membiru. Dan jari yang paling kecil itu saking birunya, terlihat seperti berdarah didalam.

Player lainnya dari Lee Jinhyuk, Win ikut duduk di aspal dan langsung melepas perlahan helm haruto.

“Heh lo ga mati kan?” tanya win retoris saat jelas jelas mata haru terbuka lebar.

Haru diam ditempatnya. Duduk bersandar pada dohyon dan didepannya ada win dengan tatapan khasnya, ah haru rindu teman lamanya.

Kemudian haru memejam, lalu bernafas lirih, “yon bawa gue pulang”.


Samar samar haru mendengar suara pukulan. Dirinya sudah duduk di dalam mobil Win. Sementara si empu mobil bilang ada urusan sebentar.

Haruto sebenarnya marah. Pasti, pasti dia akan menghajar si huijun hui hiu itu. Tapi tangan untuk meninjunya saja terluka...huft.

Saat masih dengan pikirannya, pintu disampingnya terbuka. Menampilkan yuta a.k.a Mr. Red yang nafasnya tak teratur.

“Hah hah haru, maaf.” ,sesalnya

Haru yang sudah ingin tertawa sarkas,, urung.

Tiba tiba dan entah darimana benaknya melayangkan satu nama. Yang sukses membuatnya takut untuk alasan yang tidak jelas.

Kim junkyu.

Haru menoleh cepat dan menatap yuta yang menunggu maafnya.

“Hyung, aku berhenti disini” putusnya telak. Membuat yuta membuka mulutnya yang kemudian ditutup lagi, menghormati keputusan yang lebih muda.

“Ekhem. B-baiklah. Maaf sekali lagi. Akan kuberi motor iaros padamu...itu terlalu lama disimpan. Dan memang dari awal punyamu”, ujar yuta terdengar tulus.

Dan sebelum yuta menutup pintu mobil kembali, ia mengusak rambut gelap itu pelan

“Makasih. Dan kalau kau datang lagi, mungkin aku akan senang. Sekarang Istirahatlah”


“Gue bilang pulang anjrit” umpat haru saat win dan dohyon mengangkat paksa kakinya, keluar dari mobil.

Kemudian badan bongsor haruto yang terangkat, membuat dohyon dan win tertawa sambil terus membopong badan bongsor itu, menyeret masuk ke rumah sakit.

. . .

“Atreus emang agak tolol”, ungkap dohyon berapi api.

Dohyon ini, saat awal bergabung bersama player player juga pernah kena bully oleh hiu huijun itu.

“Tapi biasa aja tuh ke gue” sergah win

“Tapi emang brengsek sih” labjutnya labil,

Haru tertawa pelan. Dijarinya sudah terpasang gips biru. Terasa kaku, tapi mau gimana lagi.

Dan yah benar, kelingking nya patah. Cukup parah kata dokter. Juga mengingat luka yang tak cepat ditangani membuat darahnya tercekat sampai kulitnya membiru nyaris hitam itu.

Saat dohyon masih sibuk mengoceh, dan win yang menanggapi, dering ponsel win membuat ketiganya beralih.

“Si genjreng?” Tanya dohyon asal, ia hafal dering khusus yang diatur di ponsel win.

“DIA PIANIS ANJIR MENCET MENCET PIANO. GENJRENG MAH GITAR” Win meledak, ia berteman dengan dohyon sudah lama. Dan selama itu juga dohyon suka menghina idolanya yang seorang pianis dengan sebutan 'genjreng'.

Haruto terbahak. Muka win yang marah kayak ikan buntal.

“Apasih apa” saut haru tak tahu apa yang sedang dibahas selepas tawanya reda.

“IH ANJRIT ANJRIT PIDIO??!?” Win heboh keseluruh kamar rumah sakit. Untung kamar VIP.

Win jalan mendekati ranjang haru dan menampilkan layar ponselnya yang memutar video pelan.

Awalnya haruto biasa,, tapi saat melihat akun twitter yang mengupload video itu mukanya berubah datar, dengan perasaan yang tak dapat ditebak.

Beruntung, karna kehebohan win,dua teman haru itu diusir. Apalagi mengingat ini sudah hampi jam 3 dini hari, waktu besuk sudah habis.

Menyisakan haru dengan segala pikirannya.

©® fluffyp0w

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertamanya sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name atreus melempar tatapan ke haruto sengit.


Haruto tak tahu malam ini para proprieter bertaruh apa, tapi yuta terlihat senang sekali. Yah sudahlah bukan urusannya, ia hanya perlu menang dan bersenang senang sebentar lalu pergi dengan rekening yang angka 0 dibelakangnya berjejer rapi.

Arena sudah siap. Dan ternyata hanya 6 dari mereka yang turun. Seingat haruto dia pernah sekali tanding dengan belasan hingga puluhan orang. Yah serahlah, haru hanya ingin bermain.

Motor khusus iaros masih ada, terawat rapi. Body biru safirnya mengkilat, sangat terawat. Dulu, iaros salah satu anak kesayangan Red, jadi ya sudah biasa akan perlakuan spesial seperti ini. Tapi haru lumayan terkejut, apa motor iaros ada yang pernah pakai? Atau hanya disimpan menunggunya 2 tahun baru kembali?

. .

Semua sudah siap sedia. Pertandingan ini akan berlangsung cepat karna hanya memerlukan 3 putaran untuk menentukan pemenang.

Haru mendapat space paling pinggir dan disampingnya langsung adalah atreus, hah haru tebak si huijun ini akan sangat ambis untuk mengalahkannya.

Hitungan mundur terdengar kencang, sampai bendera diatas tower kejauhan melambai tanda dimulainya pertandingan.

Putaran pertama berjalan mulus dengan atreus memimpin.

Johnny diatas sana sudah berteriak ribut. Yuta masih diam dengan tangan mendekap didepan dada, memang begini taktik iaros. Membiarkan musuhnya tinggi hati lalu mematahkannya di akhir putaran.

Hampir memasuki putaran kedua,

Motor atreus melambat, dan mulai condong ke arah dinding pembatas. Menyisakan sedikit ruang untuk haruto.

Haru berpikir cepat, kalau tak ingin tertabrak, ia yang mendahului atau terpaksa ikut mengurangi kecepatan,,

Haru melajukan motornya cepat sehingga tercipta lumayan jarak antara dia dan atreus yang semakin menghimpit dinding.

'e anjing mau main kotor', umpatnya saat pantaulan atreus dibelakang semakin cepat

Haruto memutar stang motornya, ingin keluar dari jalur dan mengambil space ditengah agar menghindari himpitan atreus.

Tak sampai disana, atreus benar benar melakukan itu

Kakinya mengangkat tinggi kemudian menendang kencang body motor iaros yang melaju cepat.

Membuat haruto hilang keseimbangan, satu tangannya sudah lepas dari stang dan mengarahkan motor itu ke pembatas dinding,,

Dan sialnya dinding itu tak tertutup pembatas empuk (yang kayak pelampung).

BRAAGH

KREK

Suara body motor dan dinding bertabrakan terdengar.

Disusul dengan bunyi antara sendi dan tulang jari kelingking haruto. Yang perlahan seluruh jari kecil itu berwarna merah.

“Sshhh bangsat”, haru mencengkram pergelangan tangannya, mau memindahkan sebagian rasa sakit dari jari kecilnya.

Sakit, sangat sakit. Sampai mata haru memerah dengan ujung yang sudah berair.

Nafasnya memberat, jika dia marah maka dia harus menang.

Dengan satu tangan gemetar, haru mencengkram bantalan stang motornya. Mulai melaju kembali.

Sampai diambang kecepatannya..

Atreus yang sudah positif akan dirinya menjadi pemenang berjengit diatas motornya. Spionnya memantulkan motor biru safir yang terpantul terang mulai mengikis jarak.

Sampai pada hampir akhir putaran tersebut, haruto masih menekan kuat gas motornya. Tak memedulikan lintasan yang sudah mendekati garis finish.

Terlalu lama mencengkram stang, tangan kirinya mulai gemetar yang berakibat stang motornya yang bergerak tak beraturan.

Haru malah mengangkat bibirnya, tersenyum.

Dengan sisa gas terakhir, ia menabrakkan motornya pada balon gas penghalang didepan, lalu jatuh menggulingkan badannya di aspal yang sudah terlapisi rumput sintetis.

Membuat motornya menyelesaikan sekaligus memenangkan perlombaan tanpa pengemudi diatasnya.

Selang beberapa detik atreus dan racer lainnya sampai di garis akhir. Semua kecuali huijun langsung turun dan menghampiri haruto yang masih diam terlentang dengan helm masih menutup wajahnya.

Dohyon-player Han Seungwoo- yang pertama memegang pundak haru lalu diarahkannya ke posisi duduk. Dohyon sempat melirik ke jari tangan kanan haru yang seluruh ujung kukunya membiru. Dan jari yang paling kecil itu saking birunya, terlihat seperti berdarah didalam.

Player lainnya dari Lee Jinhyuk, Win ikut duduk di aspal dan langsung melepas perlahan helm haruto.

“Heh lo ga mati kan?” tanya win retoris saat jelas jelas mata haru terbuka lebar.

Haru diam ditempatnya. Duduk bersandar pada dohyon dan didepannya ada win dengan tatapan khasnya, ah haru rindu teman lamanya.

Kemudian haru memejam, lalu bernafas lirih, “yon bawa gue pulang”.

.

Samar samar haru mendengar suara pukulan. Dirinya sudah duduk di dalam mobil Win. Sementara si empu mobil bilang ada urusan sebentar.

Haruto sebenarnya marah. Pasti, pasti dia akan menghajar si huijun hui hiu itu. Tapi tangan untuk meninjunya saja terluka...huft.

Saat masih dengan pikirannya, pintu disampingnya terbuka. Menampilkan yuta a.k.a Mr. Red yang nafasnya tak teratur.

“Hah hah haru, maaf.” Sesalnya

Haru yang sudah ingin tertawa sarkas,, urung.

Tiba tiba dan entah darimana benaknya melayangkan satu nama. Yang sukses membuatnya takut untuk alasan yang tidak jelas.

Kim junkyu

Haru menoleh cepat dan menatap yuta yang menunggu maafnya.

“Hyung, aku berhenti disini” telaknya. Membuat yuta membuka mulutnya yang kemudian ditutup lagi, menghormati kepuusan yang lebih muda.

“Ekhem. B-baiklah. Maaf sekali lagi. Akan kuberi motor iaros padamu...itu terlalu lama disimpan. Dan memang dari awal punyamu”, ujar yuta terdengar tulus.

Dan sebelum yuta menutup pintu mobil kembali, ia mengusak rambut gelap itu pelan

“Makasih. Dan kalau kau datang lagi, mungkin aku akan senang. Sekarang Istirahatlah”

.

“Gue bilang pulang anjrit” umpat haru saat win dan dohyon mengangkat paksa kakinya, keluar dari mobil.

Kemudian badan bongsor haruto yang terangkat, membuat dohyon dan win tertawa sambil terus membopong badan bongsor itu, menyeret masuk ke rumah sakit.

. .

“Atreus emang agak tolol”, ungkap dohyon berapi api.

Dohyon ini, saat awal bergabung juga pernah kena bully oleh hiu huijun itu.

“Tapi biasa aja tuh ke gue” sergah win

“Tapi emang brengsek sih” labjutnya labil,

Haru tertawa pelan. Dijarinya sudah terpasang gips biru. Terasa kaku, tapi mau gimana lagi.

Dan yah benar, kelingking nya patah. Cukup parah kata dokter. Juga mengingat luka yang tak cepat ditangani sampai membiru nyaris hitam itu.

Saat dohyon masih sibuk mengoceh, dan win yang menanggapi, dering ponsel win membuat ketiganya beralih.

“Si genjreng?” Tanya dohyon asal.

“DIA PIANIS ANJIR MENCET MENCET. GENJRENG MAH GITAR” Win meledak, ia berteman dengan dohyon sudah lama. Dan selama itu juga dohyon suka menghina idolanya yang seorang pianis dengan sebutan 'genjreng'.

Haruto terbahak. Muka win yang marah kayak ikan buntal.

“Apasih apa” saut haru tak tahu apa yang sedang dibahas selepas tawanya reda.

“IH ANJRIT ANJRIT PIDIO??!?” Win heboh seseluruh kamar rumah sakit. Untung kamar VIP.

Win jalan mendekati ranjang haru dan menampilkan layar ponselnya yang memutar video pelan.

Awalnya haruto biasa,, tapi saat melihat akun twitter yang mengupload video itu mukanya berubah datar, dengan perasaan yang tak dapaat ditebak.

Beruntung, karna kehebohan win dua teman haru itu diusir. Apalagi mengingat ini sudah hampi jam 3 dini hari, waktu besuk sudah habis.

Menyisakan haru dengan segala pikirannya.

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertamanya sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name atreus melempar tatapan ke haruto sengit.


Haruto tak tahu malam ini para proprieter bertaruh apa, tapi yuta terlihat senang sekali. Yah sudahlah bukan urusannya, ia hanya perlu menang dan bersenang senang sebentar lalu pergi dengan rekening yang angka 0 dibelakangnya berjejer rapi.

Arena sudah siap. Dan ternyata hanya 6 dari mereka yang turun. Seingat haruto dia pernah sekali tanding dengan belasan hingga puluhan orang. Yah serahlah, haru hanya ingin bermain.

Motor khusus iaros masih ada, terawat rapi. Body biru safirnya mengkilat, sangat terawat. Dulu, iaros salah satu anak kesayangan Red, jadi ya sudah biasa akan perlakuan spesial seperti ini. Tapi haru lumayan terkejut, apa motor iaros ada yang pernah pakai? Atau hanya disimpan menunggunya 2 tahun baru kembali?

. .

Semua sudah siap sedia. Pertandingan ini akan berlangsung cepat karna hanya memerlukan 3 putaran untuk menentukan pemenang.

Haru mendapat space paling pinggir dan disampingnya langsung adalah atreus, hah haru tebak si huijun ini akan sangat ambis untuk mengalahkannya.

Hitungan mundur terdengar kencang, sampai bendera diatas tower kejauhan melambai tanda dimulainya pertandingan.

Putaran pertama berjalan mulus dengan atreus memimpin.

Johnny diatas sana sudah berteriak ribut. Yuta masih diam dengan tangan mendekap didepan dada, memang begini taktik iaros. Membiarkan musuhnya tinggi hati lalu mematahkannya di akhir putaran.

Hampir memasuki putaran kedua,

Motor atreus melambat, dan mulai condong ke arah dinding pembatas. Menyisakan sedikit ruang untuk haruto.

Haru berpikir cepat, kalau tak ingin tertabrak, ia yang mendahului atau terpaksa ikut mengurangi kecepatan,,

Haru melajukan motornya cepat sehingga tercipta lumayan jarak antara dia dan atreus yang semakin menghimpit dinding.

'e anjing mau main kotor', umpatnya saat pantaulan atreus dibelakang semakin cepat

Haruto memutar stang motornya, ingin keluar dari jalur dan mengambil space ditengah agar menghindari himpitan atreus.

Tak sampai disana, atreus benar benar melakukan itu

Kakinya mengangkat tinggi kemudian menendang kencang body motor iaros yang melaju cepat.

Membuat haruto hilang keseimbangan, satu tangannya sudah lepas dari stang dan mengarahkan motor itu ke pembatas dinding,,

Dan sialnya dinding itu tak tertutup pembatas empuk (yang kayak pelampung).

BRAAGH

KREK

Suara body motor dan dinding bertabrakan terdengar.

Disusul dengan bunyi antara sendi dan tulang jari kelingking haruto. Yang perlahan seluruh jari kecil itu berwarna merah.

“Sshhh bangsat”, haru mencengkram pergelangan tangannya, mau memindahkan sebagian sakit di jari kecilnya.

Sakit, sampai mata haru memerah dengan ujung yang sudah berair.

Nafasnya memberat, jika dia marah maka dia harus menang.

Dengan satu tangan gemetar, haru mencengkram bantalan stang motornya. Mulai melaju kembali.

Sampai diambang kecepatannya..

Atreus yang sudah positif akan dirinya menjadi pemenang berjengit diatas motornya. Spionnya memantulkan motor biru safir yang terpantul terang mulai mengikis jarak.

Sampai pada hampir akhir putaran tersebut, haruto masih menekan kuat gas motornya. Tak memedulikan lintasan yang sudah mendekati garis finish.

Terlalu lama mencengkram stang, tangan kirinya mulai gemetar yang berakibat stang motornya yang bergerak tak beraturan.

Haru malah mengangkat bibirnya, tersenyum.

Dengan sisa gas terakhir, ia menabrakkan motornya pada balon gas penghalang didepan, lalu jatuh menggulingkan badannya di aspal yang sudah terlapisi rumput sintetis.

Membuat motornya menyelesaikan sekaligus memenangkan perlombaan tanpa pengemudi diatasnya.

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertamanya sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name atreus melempar tatapan ke haruto sengit.


Haruto tak tahu malam ini para proprieter bertaruh apa, tapi yuta terlihat senang sekali. Yah sudahlah bukan urusannya, ia hanya perlu menang dan bersenang senang sebentar lalu pergi dengan rekening yang angka 0 dibelakangnya berjejer rapi.

Arena sudah siap. Dan ternyata hanya 6 dari mereka yang turun. Seingat haruto dia pernah sekali tanding dengan belasan hingga puluhan orang. Yah serahlah, haru hanya ingin bermain.

Motor khusus iaros masih ada, terawat rapi. Body biru safirnya mengkilat, sangat terawat. Dulu, iaros salah satu anak kesayangan Red, jadi ya sudah biasa akan perlakuan spesial seperti ini. Tapi haru lumayan terkejut, apa motor iaros ada yang pernah pakai? Atau hanya disimpan menunggunya 2 tahun baru kembali?

Semua sudah siap sedia. Pertandingan ini akan berlangsung cepat karna hanya memerlukan 3 putaran untuk menentukan pemenang.

Haru mendapat space paling pinggir dan disampingnya langsung adalah atreus, hah haru tebak si huijun ini akan sangat ambis untuk mengalahkannya.

Hitungan mundur terdengar kencang, sampai bendera diatas tower kejauhan melambai tanda dimulainya pertandingan.

Putaran pertama berjalan mulus dengan atreus memimpin.

Johnny diatas sana sudah berteriak ribut. Yuta masih diam dengan tangan mendekap didepan dada, memang begini taktik iaros. Membiarkan musuhnya tinggi hati lalu mematahkannya di putaran terakhir.

Memasuki putaran kedua.

Atreus mulai

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertamanya sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name atreus melempar tatapan ke haruto sengit.


Haruto tak tahu malam ini para proprieter bertaruh apa, tapi yuta terlihat senang sekali. Yah sudahlah bukan urusannya, ia hanya perlu menang dan bersenang senang sebentar lalu pergi dengan rekening yang angka 0 dibelakangnya berjejer rapi.

Arena sudah siap. Dan ternyata hanya 6 dari mereka yang turun. Seingat haruto dia pernah sekali tanding dengan belasan hingga puluhan orang. Yah serahlah, haru hanya ingin bermain.

Motor khusus iaros masih ada, terawat rapi. Body biru safirnya mengkilat, sangat terawat. Dulu, iaros salah satu anak kesayangan Red, jadi ya sudah biasa akan perlakuan spesial seperti ini. Tapi haru lumayan terkejut, apa motor iaros ada yang pernah pakai? Atau hanya disimpan menunggunya 2 tahun baru kembali?

Semua sudah siap sedia. Pertandingan ini akan berlangsung cepat karna hanya memerlukan 3 putaran untuk menentukan pemenang.

Haru mendapat space paling pinggir dan disampingnya langsung adalah atreus, hah haru tebak si huijun ini akan sangat ambis untuk mengalahkannya.

Hitungan mundur terdengar kencang, sampai bendera diatas tower kejauhan melambai tanda dimulainya pertandingan.

Putaran pertama berjalan mulus dengan atreus memimpin.

Johnny diatas sana sudah berteriak ribut. Yuta masih diam dengan tangan mendekap didepan dada, memang begini taktik iaros. Membiarkan musuhnya tinggi hati lalu mematahkannya di putaran terakhir.

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertamanya sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name ares melempar tatapan ke haruto sengit.


Haruto tak tahu malam ini para proprieter bertaruh apa, tapi yuta terlihat senang sekali. Yah sudahlah bukan urusannya, ia hanya perlu menang dan bersenang senang sebentar lalu pergi dengan rekening yang angka 0 dibelakangnya berjejer rapi.

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah disana.

Satu lainnya sedang kosong, skip agenda malam ini.

Haruto menatap datar pria yang duduk di depannya. Dia sudah merasa menang karna memiliki watanabe haruto disini.

Iaros didepannya. Berdiri lagi setelah out dan tak mau menerima panggilan selama dua tahun terakhir. ACE dari para racer muda, watanabe haruto.

“Kau jadi tinggi sekali” suara pria tadi keluar,

“Aku tumbuh” , haru singkat.

Pria itu tertawa pelan, tampan. “Sudah siap?”

“Hm semoga” jujur haru, ini pertandingan pertama sejak lama.

Nakamoto yuta, proprieter dengan salah satu racer iaros itu tersenyum miring ke arah sofa merah satunya. Melihat sahabatnya yang menatap sinis.

“Hai hati john, iaros kembali” goda yuta pada johnny yang tampak masam. Dan player johnny malam ini, huijun dengan stage name ares menatap haruto sengit.

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.

Saat kakinya melangkah, banyak player yang mengernyit ke arahnya. Lantaran haru yang dengan kaki tegapnya berjalan ke salah satu sofa merah. Lalu membungkuk sedikit, memberi salam.

Sofa merah, bisa melambangkan kedudukan bahwa ia adalah salah satu proptier tingkat atas. Dan hanya ada 3 sofa merah.

Disini mungkin terlihat seperti distrik yang berdiri sendiri. Terdapat banyak bangunan dengan masing masing lantai tidak lebih dari 5. Maupun hotel, ah lebih tepatnya motel disini ada. Benar benar luas. Memiliki jalan sendiri. Tanpa peraturan khusus selain orang tertentu yang punya akses masuk. Tak ada polisi apalagi pencuri.

Bangunan bar, motel sampai billyard room semua terpisah. Definisi tempat cari dosa.

Dan motor hitam itu melaju pelan, menelisik setiap bangunan. Haruto bodoh tidak menanyakan di gedung mana si red berada.

Tapi, kan ia dipanggil kesini untuk 'itu' jadi tak menunggu lama, haruto menarik gas nya kearah paling pojok area ini.

Arena racing.

Letaknya paling pojok karna suaranya yang bising. Di malam cerah ini, lampu sorot sudah terlihat dari jauh. Menampilkan bangunan yang lebih tinggi tempat dimana proprieter menonton pertandingan para players nya.

Proprieter, mereka yang memiliki para petanding. Melihat balapan dari bangunan tingkat 5. Tentu tak sia sia, ada taruhan yang berlaku.

Dan player, mereka bisa disebut para pelomba, racer atau semacamnya.

Yang membuat arena ini beda, adalah lintasannya. Mungkin lintasan biasa hanya berkelok dengan aspal halus, Atau ada jenis arena trail, yang mana berlumpur dan menanjak. Disini, keduanya digabung. Dalam artian bentuk lintasan tapi aspal tetap menjadi dasar pijakan.

Haruto memarkirkan motornya. Merapihkan letak headband nya agar tak menutup penglihatan. Kemudian membuka room chat dan menyampaikan pada mr. Red bahawa ia telah sampai.

“Langsung ke guest room, biasa” gumamnya membaca balasan pesan.

Haruto menapak pelan ke lantai dua. Lantai luas dengan banyak sofa. Yang menjadi tempat menunggu mulainya permainan. Tapi tak jarang menjadi ajang untuk menyombongkan players oleh para proprieter yang telah membuat taruhan.