Es Krim dan Curhatan

Binar menyuapkan sesendok es krim coklatnya ke dalam mulut, di depannya sudah ada Garfaldo dengan es krim coklatnya—sedang mengamati Binar yang sibuk makan.

“Mau cerita apa Kak?” tanya Binar masih mengunyah es krimnya, Garfaldo menghela nafasnya sambil mengalihkan pandangannya.

“Galau.” jawaban Garfaldo membuat Binar reflek tersedak.

Buru-buru Garfaldo mengambil sebotol air mineral di dekatnya dan langsung membukakan tutupnya untuk Binar, lalu ia menyerahkan botol itu ke Binar. Tangannya tanpa sadar mengelus punggung Binar yang masih berdeham mencoba mengurangi rasa sakit setelah tersedak tadi.

Barulah Binar minum, setelah dikiranya sudah tidak apa-apa, Binar bernafas lega. Matanya memperhatikan tangan Garfaldo yang masih berada di punggungnya, mau tak mau Garfaldo menurunkan tangannya dan kembali duduk.

“Galau kenapa Kak? Sorry ya kalau gak sopan malah keselek pas lo bilang galau.” Garfaldo terkekeh sebentar sebelum menjawab pertanyaan Binar.

“Mantan gue baru aja balik dari luar kota, masih sering komunikasi sih, cuma ya gue udah ada gebetan baru.”

“Oalah, trus gimana?” tanya Binar lagi, Garfaldo mengedikkan bahunya, “gatau deh Nar, pengen balikan tapi gue maunya move on, tapi gue sendiri masih sayang banget ke dia.”

“Ya kenapa gak balikan aja coba? Dari pada sama orang baru tapi lo-nya sendiri masih sayang sama mantan Kak.” saran Binar, tetapi Garfaldo menggeleng.

“Gak mau lagi, gak bisa juga, ngulang yang sama aja kalau gitu mah.” Binar lantas menggeleng mendengar apa yang Garfaldo bilang, “ya gak juga, toh lo ngulang biar apa yang salah sebelumnya bisa jadi pelajaran buat perbaikan di hubungan lo berduanya.”

“Gatau deh Nar, galau.”

Binar menghela nafasnya, menahan emosinya, mulai terlihat menyebalkan ya orang di depannya ini.

“Yaudah makan Kak es krimnya biar gak galau lagi.” Garfaldo mengangguk dan mulai menyendokkan es krimnya.

“Makasih ya Binar.”

“Sama-sama Kak.”

Keduanya terdiam sambil fokus menghabiskan es krim mereka masing-masing, Garfaldo berdeham sebentar sebelum mengeluarkan sesuatu yang ingin ia bilang.

“Jangan panggil gue pake embel-embel ‘Kak’ lagi ya.” ujarnya menyuruh Binar untuk berhenti memanggilnya dengan ‘kak’.

“Kenapa?” tanya Binar sedikit tidak enak, “lo kan udah jadi teman curhat gue, ya mau gamau lepas deh embel-embel ‘kak’-nya biar lebih enak ke depannya untuk gue atau lo buat cerita.” Binar mengangguk nurut.

“Abis ini gue anter balik lagi ya?”

Binar mengangguk lagi, “makasih Garfa.”

Senyum Garfaldo merekah sesaat Binar memanggilnya dengan namanya.