Peluk untuk Binar

Suasana sepi terasa sangat di ruang tamu kediaman Binar, Garfaldo hanya mengamati Binar yang duduk menghadap jendela luar rumahnya, tidak tahu sedang memperhatikan apa.

Ragu-ragu ia duduk di dekat Binar.

“Nangis aja kalau mau.” ujarnya kepada gadis yang tengah murung itu. Binar menggeleng, “mau nangisin apa emangnya?”

“Yang di tweet.” jawab Garfaldo. Binar menghela nafasnya sebentar sebelum merespon Garfaldo.

“Udah biasa, jadi gak perlu ada yang di tangisin lagi.” suaranya terdengar parau, bisa Garfaldo lihat mata gadis itu yang sembab dan memerah karena sehabis menangis, namun Binar mencoba tersenyum menutupi fakta bahwa dirinya menangis tadi sebelum Garfaldo datang.

Ia mendekati Binar, mendudukan dirinya di sebelah gadis itu, “mau minjem sesuatu gak?” tawar Garfaldo pada Binar.

Binar mengernyit bingung, “minjem apa?” tanya Binar atas sesuatu yang di tawarkan Garfaldo pada dirinya.

“Peluk.” jawab Garfaldo pelan, Binar mengerjapkan matanya beberapa kali, ia tidak salah dengarkan?

Binar tidak menjawab tawaran Garfaldo yang membuat laki-laki itu langsung membawa Binar ke dalam peluknya, “lama,” Binar tidak membalas pelukan Garfaldo, ia hanya terdiam kala Garfaldo mengusap pelan punggungnya.

“Kata mamah kalau ada cewe lagi sedih banget, langsung di peluk aja, jadi maaf kalau misalnya gak nunggu jawaban lo dulu, tapi gue tau lo pasti butuh di peluk.” Garfaldo meneruskan ucapannya.

Diam, Binar masih membeku. Hanya saja ia benar-benar merasa hangat, jauh lebih membaik setelah di peluk oleh Garfaldo.

“Makasih lagi.” bisik Binar, matanya menahan tangis. Tangan Garfaldo naik beralih mengusap belakang kepalanya, “lo boleh baik, lo boleh sabar, tapi inget ya Nar kalau lo harus sayang sama diri sendiri juga.”

Setelah mengucapkan itu Garfaldo merenggangkan pelukannya, melepaskannya dan membiarkan mereka kembali pada posisi semula.

Garfaldo memberi senyumnya, lalu menyelipkan anak rambut Binar di belakang telinganya, “mau es krim?” Binar menggeleng sambil terkekeh, “gamau, nanti batuk kalau banyak makan es krim.”

“Pecel lele, gimana?” lantas Binar mengangguk, “boleh, lagi laper nih. Tapi abis itu beli es dugan ya Fa?” Garfaldo memberi kedua jempol tangannya, menyetujui permintaan Binar.

Kemudian keduanya pergi, melupakan tentang pelukan tidak sengaja tadi, namun Binar merasa ada yang tidak beres, ia seperti tidak rela kala Garfaldo melepaskan pelukannya pada Binar tadi.